Kamis, 24 Mei 2012

Ilmu Jare

kalo anda tanya saya bagaimana cara menjadi ini, menjadi itu, bagaimana menemukan hasil seperti ini, seperti itu kok rasanya anda ini makhluk mubazir. untuk apa tangan, kaki, mata, otak, telingan, dan solar plexus di tempelin ke tubuhmu? ndak usah banyak tanya, wong jawabanya juga ndak mesti bener, mending kamu jalanin dulu, kamu cari sendiri dulu, itu ilmu yang paling nyata, bukan "ilmu jare"....


sebuah kalimat yang berhasil di tamparkan ke mukaku dua jam yang lalu.
siapa lagi kalo bukan, dia, sosok yang akan kau kenal nanti.


aku sedang bertanya waktu itu, bagaimana agar kita menjadi orang yang kuat menjalani cobaan. aku tak sedang bertanya bagaimana cara agar jadi sakti mandraguna. sosok yang kukenal itu adalah seorang yang sakti. ia selalu ada tiba-tiba disaat aku sangat tidak membutuhkanya! dan dia akan selalu menghilang ketika aku mencarinya, menggapainya. dia bukan makhluk gaib, bukan benda astral, apalagi metafisik! dia nyata, hanya saja ia bisa datang dan pergi tiba-tiba. sesuka hatinya. terserah, kalian percaya atau tidak. 

"ketika kita tak memiliki ilmu jare (ilmu katanya, kata si ini begini, kata si itu begitu) apa yang jadi patokan kita untuk menentukan berhasil atau ndak?sudah sampai apa belum?"

aku meneruskan pertanyaanku. aku tak mengerti kenapa dia menyebutku makhluk mubazir?!

"hahaha mungkin kamu ini bener-bener wong mubazir. kamu kira apa yang ada di tubuhmu itu barang rongsok semua apa? apa kamu kira otaku lebih bagus dari otakmu? apa kamu kira solar plexus mu tak lebih peka dari punyaku? apa kamu kira Gusti itu ngasih kekamu barang-brang dari barkas? ilmu jare itu ya harus kamu dengar dulu setidaknya, tapi bukan kamu yakini. ilmu jare ada untuk jadi pedoman kamu menemukan teori baru, rumusan baru, formula baru!"

aku diam. melongo dan sangat merasa gobol. 

"lalu apakah aku harus trabas kiri kanan, ndak pedulikan kanan kiri? apa aku harus rubuhkan apa-apa yang ada didepanku, masa bodoh dengan jare-jare mereka?"

dia menatapku, alisnya dinaikan, tajam. lalu tawanya mencair

"hihihi hhhhihhh kamu itu ndak tahu yang namanya harmoni? kalo kamu trabas tok itu namanya gembagus! yang dimaksud laku tanpa jare, itu ya kamu lakukan sendiri, kamu jalani sendiri apa yang ingin kamu cari, kamu gapai, dengan melihat peta-peta jare. ndak masalah kok kamu ndak ikutin arah jare-jare tadi. asal kamu masih dijalan, ndak nyemplung kali ya ndak papa, nanti yang capek kan kamu sendiri! ilmu jare bukan untuk kamu percayai total! tapi cuma sebagai pedoman paling kecil, selebihnya kamu tentukan sendiri, baik buruknya kan bisa kamu timbang dengan mengasah kepekaanmu dengan harmoni!"

aku mulai sedikit mengerti. pengertianku mulai muncul, walaupun masih temaram. walaupun masih samar-samar tak karuan.

"jadi apa kesimpulanya? apa berarti aku harus melupakan semua nasihatmu? apa aku harus melupakan semua kata-kata orang?"

dia tertawa keras sekali. aku serba salah dimatanya.

"lhah kamu ini jadi orang kok lucu. kamu tanya nasihatku untuk melupakan nasihat-nasihatku? sontoloyo. sudah, semua itu yang penting kamu bisa tahu batas, peka dengan harmoni kanan-kirimu. ilmu jare itu cuma sebagian ilmu kecil kok. ndak usah dibikin repot. kamu ndak boleh percaya sesuatu dengan berlebih, tapi kamu juga ndak boleh nggak percayaan. kembali ke harmoni tadi. perluaslah cakrawalamu!"

aku rasa, ia sedang memaki kebodohanku didalam hatinya.

"jadi itu kesimpulanya?"

dia menatapku

"oalah asu tenan koe iki, kalo untuk kesimpulan saja kamu masih tanya aku? kenapa kamu ndak buat patung wajahku? kamu sembah dan kasih buah-buahan tiap sore? kesimpulan itu ya dateng dari kamu! kok kamu percya banget sama keputusan-keputusanku?! percaya nuranimu itu lho, kamu obrak-abrik hatimu, benahin nafsumu, bersihin nurani, itu bisa dipercaya kok, ndak usah lagi-lagi tanya kesimpulan sama aku! sontoloyo! cari kesimpulan sendiri, cari jawabn sendiri, itulah ilmu sejati, kalo kamu masih tanya kesimpulan dari aku, itu lak podo wae koe seh ngasah ilmu jare! sudah pusing aku kalo ngobrol sama kamu, tak pulang ya...!"

oalah, dia pergi begitu saja. dia menggantungkan apa yang dia beri. ndak senyum ndak apa, malah pergi begitu saja. dia pake sandalku lagi. jancuk!

hah, kutinggalkan teras, dan masuk, memutar keran kamar mandi. mulepas baju. dan mulai membasahi diri.
dan aku sadar, aku tahu hakikat air itu dingin, bukan kata dia dingin. aku tahu cabe itu pedes bukan karna kata dia itu pedes, hakikat dingin dan pedas itu ndak akan kita rasakan kalo belum kita temui betul. yang ilmu jare ungkapkan hanya sebuah makna ilusi, emosi sebuah kata-kata. dinamika kata kerja. hakikat pedas, dan dingin tak bisa dirasakan hanya dengan ilmu jare..apakah mungkin ini yang dia maksud?


ah masabodoh, aku harus cepat-cepat mandi..dosen sudah kurang kerjaan datang kekampus cepat-cepat..
-IA-

Rabu, 23 Mei 2012

Serat Alam Gaib

burung-burung lupa menyanyi untuku pagi ini
gajah dan singa juga tak menyapaku.
capung dan kupu-kupu juga tak hinggak dikepalaku


aku duduk di sudut kebun
dibawah pohon mangga yang katanya angker.
aku pejamkan mata. meresapi pagi, sendiri
dibawah pohon-pohon mangga yang katanya angker.


tapi ini pagi, mana ada hantu yang keluar
menampakan diri
menakut-nakuti anak kecil dalam bentuk menyeramkan


dalam bentuk gombalan putih seperti bantal guling
atau wanita dengan punggung berlubang


ini sudah pagi, hantu-hantu itu sudah lepas kostumnya.
mereka sudah mandi sehabis subuh tadi.
mereka sudah berdandan rapi.


dari bawah pohon mangga
yang katanya anger aku melihat jalanan dari kejauhan


oh itu ada pocong!
yang semalam memakai gombalan putih yang lusuh
tapi kenapa sekarang ia memakai seragam rapi
coklat-coklat seperti pegawai pemerintahan?


oh disana ada genderuwo!
tapi kenapa dia sekarang memakai dasi
dan setelan rapi itu? dan sepatu kulit yang kinclong itu?
kenapa genderuwo pagi-pagi berdandan seperti itu?
mau kemana ia siang ini?


aku menggapai-gapai pandanganku lagi
aku duduk memandang dengan heran
dari bawah pohon mangga yang katanya angker


oh itukan mbak kunti!
kenapa dia memakai baju sexy
mau kemana ia pagi-pagi dengan pakaian seperti itu?
kok dia pegang majalah gosip? kemana baju putih panjangnya?


oh disana ada sekumpulan tuyul!
kok dia pakai pakaian keagamaan?
kemana popok lusuhnya? kenapa mereka memakai sarung?peci?
dan itu ada yang pakai pakaian pastur! apa yang akan mereka curi di masjid?
digereja?


aku hampir bingung dan mutah


mataku semakin jelalatan.
memandangi jalanan yang ramai


tiba-tiba aku dikagetkan suara sirene
sirene itu berasal dari mobil-mobil mulus dan gagah
dan didalamnya?! betapa kagetnya?!
mereka ternyata banaspati yang memakai pakaian ajudan!
gila, mereka sampai memakai kacamata hitam?!
aku ingincari tahu, apa yang mereka kawal?


kuamati benar-benar, ternyata itu mobil kepresidenan!
entah siapa itu, rambutnya klimis, matanya menatapku!
pakaianya rapi, tapi..dia kan..
dia kan buto ijo...!!!


wah..aku lari..aku lari
pusing bingung. dan kaget!
ternyata yang aku kira pohon-pohon angker itu ternyata
tempat ibadah! sekolahan!


ternyata capung, gajah, singa, burung dan kupu-kupu itu
patung semua! aku tertipu mentah-mentah!
kebun yang aku kira kebun, ternyata kuburan!


aku lari, aku merasa dibohongi
setiap orang yang aku temui dijalan
matanya satu! mereka senyum sambil menawarkan bunga dan mengajak minum teh!
pantas mereka memakai kacamata
mereka mau menyembunyikan matanya yang entah kenapa cuma satu!
mereka mau menipuku!


aku mutah dijalan, didekat kantor sebuah parpol
dan betapa kagetnya aku,
ternyata pegawainya segrombolan setan!
wewe gombel, mak lampir, jerangkong,
grandong dan jengglot ada semua!
entah ada berapa spesies setan lagi yang belum bisa aku
identifikasikan!


aku takut
pasti aku sedang masuk ke alam demit!
aku pasti sudah di neraka!
tapi kalo neraka, kenapa ada carefour, mall, rumah ibadah, sekolah
rumah sakit, kantor-kantor pemerintah? apa memang neraka ini begini?
ahh..aku belum mati, tak mungkin ini neraka
pasti aku ada di alam gaib! aku frustasi!


saat itu pikiranku cuma bunuh diri!
aku takut melihat setan-setan disekitaku!


didepanku ada jembatan. dibawahnya ada sungai.
aku lompat sambil menagis.
dan ketika hampir nyebur sungai, aku melihat bayangan diriku di air
dan ternyata!
aku ini gundul pringis! setaaan juga aku!
sebelum tenggelam aku pingsan duluan!


-IA-
(jogja-240512)





Pagi yang Berat

semakin hari, hal-hal yang kutemui, kulakukan semakin tak masuk akal, jauh dari kata rasional.
aku seperti mengejar keajaiban, mencari-cari kantong doraemon yang mungkin jatuh di trotoar.

aku seperti menjatuhkan diri dari tebing, bermimpi tak akan hancur terhempas kebawah, berandai-andai bisa terbang seperti elang atau rajawali yang gagah.
aku jatuhkan diriku dari tebing, tanpa baling-baling bambu..tanpa kain terbang supermen, atau permadani aladin. 

entah aliran sungai yang mana yang menggiring aku sampai jalan ini.

percayakah kalian pada keajaiban? pada sebuah optimisme? atau sebuah kata "mukjizat" ?
haha mungkin orang kota sudah tak percaya pada energi-energi yang tak kasat mata. mereka merasionalkan semua fenomena. seakan otaknya mampu mencakup tentang ruh dan lain sebagainya. 

pada pagi-pagi buta, saat cahaya hanya remang-remang dilangit. saat sejuk sangat terasa murni, aku terbangun, oleh sebuah bebunyian digital. sedikit sadar aku baru tahu itu berasal dari ponselku. sedikit lebih sadar lagi, itu sebuah panggilan. dari nala. ketika aku mencoba meraihnya, dan menekan tombol, ia memutuskan panggilanya.

asu!!! miskol esuk-esuk!

aku acak-acak kulit mataku, aku memaksa kantuk pergi. aku menggusur lemas dan meregangkan otot-otok tangan, kaki, leher, punggung. kulihat lagi ponselku. satu pesan masuk. dari nala. sang penggusur mimpi.

"apa yang kamu lakukan? apa yang kamu pikirkan sampai mau pusing buat sanggar? apa kamu kira kamu ndak akan mencetak bajingan-bajingan dari sanggar? apa kamu kira sanggar kamu ini rumah suci? apa kamu kira kamu bisa mengentaskan semua masalah mereka? kamu ini buang-buang waktu!!!"

hah, dia mempertebal keraguanku. dia menambah daftar orang yang tak setuju denganku. dan parahnya, dia melakukanya pada waktu-waktu sakralku, pagi hari yang murnni! bajingan cantik yang tengik!

"nala, yang cantik, yang busuk, yang menggusur mimpiku, aku juga belum tahu apa yang aku lakukan. otaku ini seperti tiba-tiba di lubangi, dibor oleh alien, di bilas, di cuci bersih sampai tiba-tiba merasa harus membuat sanggar, tolong aku nala..aku butuh orang sepertimu"

aku mulai bangkit, layar pada ponsel ku lap dengan sarung bantal. aku kembali mengacak-acak mataku, menunggu pesan, dan menunggu pagi benar-benar terang.

"hedonis! kamu ini terlalu gila dengan dunia, apa yang kamu kira duniawi itu cuma mabuk, dugem, konsumerisme? kamu sekarang sedang menjadi seorang hedonis, yang kamu gilai saja yang beda. kamu terlalu gila melakukan ini itu, kamu terlalu gila dengan rencana-rencanamu. mengubah negara?jangan harap aku mau menemanimu, buang-buang waktu!"

dia benar-benar racun. keraguanku semakin kental.

"haha biarlah nala, biarlah, aku ini memang hedonis yang berlagak baik, sok-sokan peduli, padahal aku ini cuma memenuhi nafsuku sendiri, nafsu rencana-rencanaku yang entah kapan akan berakhir, tapi nala, apa kamu ndak ngerti, bahwa sanggar yang aku buat ini ndak muluk-muluk? aku ndak mau ngubah negara, aku ndak mau ngubah dunia, aku cuma mau anak-anak kembali percaya dengan keajaiban, aku nggak menebar mimpi palsu, aku ini sedang mencoba menabur optimisme!"

aku gila. aku gila. aku mau bunuh diri

"kamu punya apa? kita berdua ini baru kemarin belajar, kita belum tahu apa-apa! kita ndak punya apa-apa untuk kita bagi..optimisme? motivasi? untuk apa?! agar mereka ini buta dengan kenyataan? agar mereka mengira bahwa tahi itu rasanya apel? agar mereka kira sampah itu rasanya pisang? optimisme apa yang kamu bangun? tahi kucing rasa coklat? jangan perparah kenyataan dengan impian-impianmu..! yang mereka perlukan ini membuka mata lebar-lebar!"

aku diam, lesu, aku mengharap keajaiban terjadi, aku berharap ada meteor jatuh tepat ke arah kepala wanita ini.

"tolong jangan tekan aku terus, aku tak serasional kamu nala. aku ini sedang membentuk kerajaan mimpiku.aku ndak mau menipu mereka, aku ndak mau mengajarkan mereka bahwa keledai itu sehebat harimau, aku tak akan mendongengkan mereka tentang tikus yang memakan kucing. aku ini mau mereka melihat kenyataan disekitar mereka dengan optimisme. agar saat mereka tahu bahwa tahi itu busuk, mereka tak mutah. agar saat mereka melihat darah keluar dari kaki, mereka tak berlama-lama menangis. aku ingin mereka berani menatap kenyataan"

aku menarik nafas, berjalan kearah kamar mandi. kantong kemih sudah sangat penuh. sudah tak kuat menampung air. sudah sesak dan rasanya mau meledak. setelah dari kamar mandi aku kembali ke kamar, kali ini dengan segelas air putih.

"hahahaha! keberanian? kamu mau membentuk sekelompok preman? mau mengumpulkan kekuatan untuk menggulingkan penindas dengan cara menindas balik?mau apa dengan keberanianmu, kamu sudah sering lihat tayangan di benda kotak dirumahmu! berapa banyak orang dengan keberanian mengobrak-abrik kemanusian. mengobrak-abrik nurani para pendosa"

aku minum air dalam gelas. aku tarik nafas panjang.

"nala, aku ini sedang belum tahu mau apa, aku cuma mau menebar cintaku tok, cara satu-satunya yang terbesit waktu itu ya cuma sok-sokan membuat sanggar. aku ini cuma pingin melakukan sesuatu yang ndak merugikan, mana mungkin aku didik anak-anak jadi preman-preman semacam itu? won aku ndak bisa mendidik, aku ndak ngajar, aku ndak mbimbing, yang aku bisa cuma bermain dan belajar bareng-bareng, dengan rasa kebersamaan, dengan cinta"

lama. ponsel ku lama tak berdering lagi. aku pikir nala sudah muak. atau sudah lelah menyadarkanku.

"temanku, yang sama-sama menggilai kedatangan matahari. yang sama-sama mencintai gunung dan lautan. yang sama-sama suka tidur dibawah rerimbunan hutan. aku tak tahu apa yang kamu lakukan. aku mencoba menyadarkanmu, aku tak ingin kau membuang waktumu untuk eksistensi-eksistensi. aku tak mau kau jadi pemuja tepuk tangan dan puja-puji. aku doakan sanggar mu terbentuk, tanpa ketenaran. aku tak mau kehilangan seorang teman yang tenggelam di lautan puja-puji"

aku diam. menutup mata. membayangkan jika aku bersama teman-teman mampu mewujudkan sanggar itu, apakah kita akan tenggelam di lautan puja-puji. aku bayangkan jika tepuk tangan itu menyumpal aliran nafasku. pujian menyumpal kerongkonganku. sampai aku mati tersedak oleh puja-puji. ah, betapa mengerikan mati dengan cara tersedak seperti itu!

"maaf nala, aku ini bukan tarzan! aku tak seliar kamu. aku hanya hedonis, benar katamu tadi. aku terlalu mencintai alam, dan kemanusian. tanpa tahu harus bagaimana untuk menjaga alam dan kemanusiaan. aku harap kamu mau bergabung dengan kami, aku harap kamu mau membantu ku, aku harap kamu mau menyadarkanku, mau mengingatkanku saat aku mulai keluar arah, mau mengangkatku, mengentaskanku dari lautan puja-puji"

aku keluar dari kamar, membuka pintu rumah, dan betapa gilanya! sosok itu, sosok yang akan kau ketahui nanti sudah duduk dengan kretek dan kopi! aku masih terkejut, dan mencoba fokus. aku ingat-ingat lagi apa yang sedang ia lakukan. 

oh aku ingat, ia bermalam ditempatku. semalam hujan, di tak bisa pulang. bukuku yang mau dipinjam semalam sudah dibaca. ia mau meminjam buku semalam, lalu hujan dan tak mau pulang.aku ingat sekarang.

aku duduk disampingnya. dan melihat ponsel lagi. 

"aku ini cuma bisa menebar omong kosong, seperti kamu. tapi aku tak mau ambil resiko dengan mengganggu omong kosongmu. aku hanya akan mengusikmu, tanpa kau ketahui, sudahlah, matahari sudah tak jinak lagi. daaagh...!"

hah..sudah?pesan demi pesan tadi cuma berakhir seperti ini?nala, kenapa kau tak membantuku?!
aku perhatikan tokoh itu, sosok yang akan kau kenali nanti. ia senyum-senyum melihatku.

"ono opo? mumet? kamu ini mau buat yang baik kok repot sendiri! kalo ragu ya ndak usah buat. kalo mau buat ya ndak usah ragu. kalo ndak kuat ngangkat dewe yo diajak konco-koncomu kui! inget, dulu aku pernah ngingetin kamu, kalo mau lekukan apaapa itu ya dicoba dulu, kalo jalanmu di tutupi bambu yang rimbun, ya coba disingkirkan dulu, kamu singkirkan pake tangan, jangan ditebas! kalo ndak bisa ya berarti harus muter, kalo capek muter gunung istirahat dulu, cari sungai, mandi. nanti akan sampai, pasti akan sampai!"

aku menatapnya, matanya tak bisa ditembus, matanya dilapisi dinding yang aneh, yang membuat kita gentar untuk memanjatnya. 

"aku ini ragu, benar salah apa yang aku lakukan dimata mereka. baik atau ndak baik"

dia menatapku, meletakan kopinya

"berarti kamu belum tulus! kamu masih mengharap apa yang kamu lakukan ini baik. kamu ini masih membangun nama besar atau bener-bener mau mengabdi sama mereka? kalo mau membangun nama kenapa tak buat pondok pesantren sekalian, lalu jalan-jalan pake gamis, peci? kalo kamu mau mengabdi berarti kamu harus siap diludahi! siap dianggap gila, siap dianggap melenceng, siap di celeng-celeng kan orang-orang tertentu, dikafir-kafirkan orang-orang. kamu harus siap, tapi apapun yang kamu lakukan harus benar-benar untuk kebaikan semua orang! jangan kebaikan kamu tok dan kelompok kamu tok!"

saya diam, dia menarik panjang nafasnya, mengepulkan asap kretek, dan aku tahu ia akan berpanjang-panjang bicara

"saya sering ngomong sama kamu untuk selalu memelihara sifat angon, jadi cah angon, anak gembala. tapi dengan menjadi anak gembala kamu ndak bisa seenaknya mem "bebek-bebekan" manusia lain. kamu kira kamu harus mengarahkan semua orang? kamu kira manusia ini bebek semua? setiap manusia memang pemimpin, tapi sebelum jadi pemimpin buat yang lain, kamu pimpin dulu dirimu itu. kamu atur dulu bebek-bebek dalam tubuhmu. kamu rapikan dulu itu kandang-kandang bebek di otak dan hatimu! setelah bebekmu sudah nurut sama kamu, baru kamu ajak orang lain untuk menggembalakan bebek-bebek mereka dengan benar! jangan seenaknya nyuruh anak untuk berbuat begini begitu untuk mencapai ini-itu. biarkan mereka merapikan kandang bebek mereka dulu! kamu juga harus terus jaga bebek yang ada didirimu dulu!"

aku diam, bingung, tak tahu harus apa

"tapi sudahlah, kalo kamu benahi kandang bebekmu terus ya ndak bisa buat apa-apa. kamu harus pinter-pinter bagi waktu, kapan saatnya benahi kandang pribadi, kapan saatnya bareng-bareng merapikan peternakan dunia"

aku mau meledak, keraguan yang ditebalkan nala ditambah ceramah tentang bebek oleh sosok didepanku ini..

"sudahlah! aku usahakan yang terbaik, tak lakuin semampuku dulu, aku ndak bisa ngatur kandang bebek di tubuhku ya biarlah, aku juga ndak bermaksud mengatur kandang bebek orang lain kok. aku ndak sedang membuat perserikatan bebek!!!"

orang itu malah tertawa.

"hahaha ya sudah, kamu tak dukung kok, asal jangan maksain diri, inget tentang cara muterin gunung, oke?"

aku tak menjawabnya. bingung atau entah kenapa.
yang aku yakin, aku tak sedang tebang tanpa parasut....

-IA-


Rabu, 16 Mei 2012

Bapak di Candi kala Siang

Gunung, dahulu kala...adalah pusat spiritual manusia.
dipuja dan diberi persembahan, diagungkan. dan kemudian kata "dilestarikan" akan menyusul. lalu "dijaga" dan "dilindungi" oleh masyarakat sekitar, pemuja, dan mereka yang menghargai bumi tujuh lapis dan langit tujuh lapis, beserta keadaanya.

tapi sekarang keadaan sudah jauh berubah. keadaan sudah sangat gonjang-ganjing.
manusia sudah tidak menghargai langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis, dan semua keadaanya.


entah angin apa, aku mengunjungi prambanan kemarin. satu jam dari rumah ungu.
entah angin apa juga aku memilih menggunakan transportasi umum. dan berhimpitan dengan macam-macam manusia. dari yang ibu-ibu gendut dari jakarta. kakek-kakek buta yang memakai peci, seorang atlit kejurnas (yang entah kenapa menelpon keras-keras sehingga semua orang di bus tahu bahwa dia sedang dalam latihan kejurnas), atau seorang bapak-bapak yang malu didekati dan lebih memilih mengasingkan diri duduk dikursi pojok belakang karna tubuhnya dipenuhi gatal-gatal berkepanjangan. atau dengan orang-orang dari perancis, belanda, dan turis-turis yang mukanya memerah karna udara di indonesia sangat mencekik mungkin. 

prambanan, entah apa maknanya. aku bukan arkeolog dan pendongeng yang pintar.
tapi ia menghadap tepat kegunung merapi. mengupayakan harmoni yang entah bagaimana hubunganya dan prosesnya. lalu ada nama-nama candi. dan yang terakhir aku lihat adalah candi siwa. yang sedang dipugar. kau hanya bisa melihatnya dari luar. dan berandai-andai menjadi salah satu tukang yang membangun candi pada waktu pembangunannya dulu.

batu-batu besar. keras dan tak masuk akal untuk ukuran tubuh orang jawa. tapi dulu, ketika semua orang menghargai langit tujuh lapis dan bumi hingga kerak ketujuh, semua kemungkinan-kemungkinan itu mungkin.

aku membayangkan sumur peripih. sebuah lubang yang dalam dibawah permukaan tanah. sebuah lubang untuk menyimpan kotak peripih. kotak yang akan membuat matamu berbinar ketika dibuka. kotak yang akan menceritakan kepadamu misteri-misteri kala itu. 

aku berandai-andai tentang manusia sekarang yang membuat sumur peripih. jenis manusia yang optimis bahwa kiamat 2012 akan berlangsung. manusia-manusia ini akan memasukan segala hal kesumur peripih. iphone, laptop, cek kosong, hardisk portable mungkin. manusia-manusia itu berharap bahwa identitasnya akan ditemukan kelak, entah oleh alien atau penghuni kehidupan selanjutnya.

candi ynag berhasil aku masuki waktu itu hanya candi yang berisi arca sosok perempuan. dewi durga mungkin. aku tak bisa mendapat keterangan waktu itu. atau mungkin mata ini sudah terlalu lelah untuk mencari-cari penjelasan yang ada. yang kutemui hanya seorang india paruh baya, dengan aksen seperti orang bali "photo plis" nya. selain orang itu, tak ada yang bisa memberi keterangan-keterangan lengkap. suatu saat harus kesana dengan buku panduan ditangan dan guide tour didepan, hahaha.

karnalelah, aku duduk. mencari kepulihan.
dan datanglah seseorang. paruh baya, bukan india, duduk disampingku. dengan payung merah dan kumis tipis santai. memakai baju hijau. kita muali bercakap-cakap. lalu entah karna apa ia menceritakan tentang Durga. dewi yang dikutuk karna melanggar perintah suaminya. dahulu dewi durga adalah dewi uma, dewi yang sangat cantik berkulit kuning bersih. istri dewa siwa. dewi uma , karna melanggar perintah untuk tidak menemui dewa siwa ketika sedang bercinta akhirnya dikutuk. uma dikutuk menjadi durga karna mau bercinta denga pendayung sampan yang bisa mengantarkan uma menemui siwa yang sedang bertapa. ia dikutuk karna rasa cintanya. ia dihukum karna kadar kerinduan yang memuncak, sampai rela melakukan apapun demi bertemu suaminya, siwa. hukum para dewa adalah mutlak, maka ia tak bisa menggugat kutukan-kutukan. ia tak bisa membela diri.

apakah posisi kita sekarang seperti dengan uma? jika pemerintah merasa jumawa dan berlagak seperti dewa, percayalah, kita sedang dikutuk-kutuk oleh penguasa dan tak mungkin bisa bersuara.
hahaha kenapa sampai dengan penguasa? (hahaha seorang teman pernah berkata, bahwa aktivis, LSM atau kritikus selalu suka melihat kejelekan-kejelekan orang besar, dan tidak suka jika orang-orang itu menjadi baik. taubatnya hanya akan menumbuhkan kecurigaan..haha maaf teman, tapi saya bukan aktivis, anggota lsm, atau kritikus saya ini cuma sok-sokan ngomong macem-macem, aku ini badut tok kawan, jadi santai, aku ndak akan memburu kejelekan bapakmu yang polisi atau pakdemu yang dpr, tapi kalo mereka lucu yang tak tertawakan, wajar tho?)

hahaha oke...balik lagi ke cerita seorang bapak paruh baya itu tentang durga.
"mas, apa hak dewa mengkutuk durga yang sedang jatuh cinta, sedang kasmaran dan kangen sama suamainya?"

saya bingung, blo'on setengah mati.
"mungkin dewa ini penguasa mutlak pak, jadi yo sak karepe dewe tho"

lalu bapak itu tertawa.
"mas ini pie tho, kalau semua menjadi penguasa mutlak apa yo akan tetep boleh sak karep dewe, apa ndak mempertimbangkan keadilan-keadilan? apa kamu pikir tuhan itu mung sak karepe dewe? ndak punya perhitungan-perhitungan? apa kamu pikir tuhan sebagai penguasa mutlak, pemilik hak paten manusia ini akan sak karepe dewe ngasih teluh ke somalia, ke pesawat sukhoi?hahaha mas-mas...."

aku malu bukan main. bapak itu menaparku. tamapr kanan-kiri bergantian, cepat dan tanpa jeda
"lho pak, apa tuhan itu ndak sakarepe dewe?bukannya Beliau ini yang punya andil atas semuanya pak? kan dia ndak punya tanggung jawab atas semua yang ia ciptakan, suka-suka Tuhan lah pak...apa iya manusia ini berhak menuntuk keadilan-keadilan Tuhan?apa yo Tuhan itu perlu tuntutan-tuntutan manusia pak? wong dia sudah adil, dan dianggep maha adil, kenapa harus memiliki pertimbangan-pertimbangan?"

bapak itu diam, meminum air dari botol plastik. lalu tertawa
"lho mas iki pie tho?! Tuhan itu maha adil, oleh karna itu dia wajib memiliki pertimbangan-pertimbangan, ia maha mendengar, maka ia wajib mendengar tuntutan-tuntutan umatnya mas. Tuhan tidak memiliki kewajiban kepada umatnya, ia wajib karna dia ini dzat maha super. Beliau ini pencipta yang paling hebat dan paling bertanggung jawab. maka dia ndak akan nggawe terus sak karepe dewe. tapi Pertimbangan, pertimbangan yang diajukan tuhan itu beda dengan pertimbangan-pertimbangan manusia mas. kalo manusia kan harus nimbang perut, pangkat, penis, kalo Tuhan sudah mempertimbangkan buat semuaaa nya, sudah dikaji dampaknya hingga ending dunia ini. cuma ndak ada kekuatan manusia untuk tau apa yang menjadi pertimbangan Tuhan. yang jelas Tuhan mau kita ini berbuat baik. 'baik' lho mas, bukan benar.apa yang benar belum tentu baik buat Semua orang. dan apa yang baik juga ndak mesti benar. tugas manusia itu kan mengharmonikanya mas.haduh kok malah nggelendengi tuhan tho dewe, ampuun gusti hahaha"

aku tersenyum. pusing. terlalu banyak ditampar bapak-bapak itu.
"sudah lupakan, bapak juga ngawur tok. mending kalo mas bingung mas pulang mulai buka-buka buku lagi, mulai dengar dan lihat macem-macem lagi, mulai datang keguru-guru mas. dipegang keyakinannya. dan ingat. benar dan baik harus imbang mas. kalo timpang nantin njungkel kebelakang lak repot mas. hahahaa"

bapak itu mengambil nafas panjang, melempar muka. dan kembali bersuara
"durga itu dulu dipuja oleh janda calon arang. janda ahli teluh mas. mas pasti tahu kan?"

aku mengangguk, dan mengunci kata-kata. aku meredam rasa sok tahu ku kali ini.

"ndak ada yang berani sama janda calon arang. kecuali siasat mpu baradah. calon arang lengah karna anaknya ratna manggali menikah dengan bahula, pemuda yang datang bersama mpu baradah. betapa gilanay teluh calon arang. betapa mencekamnya ketika kekejiannya tak mampu dilawan..ngeri mas kalo denger cerita orang-orang sakti jaman dulu. medeni. sekarang orang-orang juga mulai bernostalgia dengan kesaktian nenek moyang. mereka ini mulai (berlagak) sakti. dan meulai (berlagak) menyeramkan mas. cuma medianya beda mas dulu sakti ini ajimatnya rapalan, keris, dan batu-batuan. tapi kalo sekarang ajimatnya mung uang, pangkat, sama nama besar ya mas. sama tapi beda. apa ya persamaanya mereka?"

"sama-sama masih ngisep darah orang pak!"
aku menimpali bapak itu gnawur, dan seratus persen asal-asalan.

"haha bener mas! tapi ndak kelihatan aja ya mas, dulu calon arang ini keramas pake darah orang. nah kalo orang sakti sekarang kebal hukum karna habis nilep darah orang, ya yang dihisep uangnnya. terus kita yang uangnnya dicuri jadi ndak makan, kere, terus mati mas. hahaha podo wae jebule yo. bedone mung gamane mas (gaman=senjata)"

bapak itu tertawa girang, kemudian dialog kami terpisah oleh sebuah pengumuman dari speaker.

"yo wis mas, aku tak mulih sek, rombonganku wis diceluk. sudah dipanggili dari speker mas. bapak pamit yo mas, ojo lali, dibuka matane, dijembreng kupinge hahaha"

"nggih pak, ati-ati..nuwun nggih pak"
aku membalas ucapana perpisahan bapak itu. lalu ia tersenyum dan melangkah. jalannya bugar. pasti ia bukan malaikat yang berubah menjadi mansusia. karna biasanya (seperti yang televisi kabarkan) malaikat yang menjelma itu berpakaian lusuh. simbah-simbah tua. dan layak dikasihanai. bapak tadi beda. ia bugar kekar, dan arloji di tangan kirinya berwarna emas mengkilap.

-IA-

Jumat, 11 Mei 2012

Happy Ending.

pki. fpi. nii.
fpi. pki. nii
nii. fpi. pki.
pki. nii. fpi.
fpi. nii. pki.
nii. pki. fpi.

entah apa maksudnya. entah apa yang aku tulis itu.
tapi aku yakin pasti ada yang mengkutuk dalam hati.
memaki dalam hati. mengepalkan tangan sembari mencaci maki
fpi, nii, pki
semua pernah ada di indonesia, semua masih ada di indonesia.
untuk apa? untuk menggapai impiannya masing-masing.
maafkan aku, jika rangkaian kata-kataku itu membuat kalian berprasangka.
sungguh, aku hanya suka mendengar akhiranya yang sama-sama bernunyi "i". mereka ini sama-sama sedang berusaha melakukan sesuatu untuk Indonesia. entah salah atau benar cara yang mereka anut. aku hanya penonton. yang latah, dan suka mendengar rangkaian bunyi-bunyian yang harmonis. fpi,nii, pki. semua melakukan sesuatu untuk indonesia. entah salah atau benar cara yang mereka tempuh.

untuk menjatuhkan kebenaran-kebenaran yang mereka anut.
untuk meng-universalkan pandangan-pandangan.
untuk menyamakan batasan-batasan.
untuk menjaga impian-impian.

hah, betapa televisi kita dipenuhi konflik-konflik yang memuakan. yang sepertinya tak berhenti. yang sepertinya membanjiri mata, telinga, menyumbat saraf-saraf otak. menumpulkan taring-taring kemanusiaan. sebentar, kemanusiaan tak butuh taring. yang memakai taring untuk bertahan hanya binatang. manusia bisa bertahan tanpa taring. tanpa pedang, tanpa senapan, tanpa balok kayu, tanpa kepalan tangan.

betapa kelamnya sejarah indonesia. perlu berapa peristiwa berdarah lagi agar kita tahu kekerasan demi alasan apapun itu selalu menyambungkan dendam tak berkesudahan? berapa darah lagi yang dibutuhkan? berapa hati yang hatus dimakan, berapa darah yang harus diminum, berapa peluru yang harus dimutahkan? harus berapa kaum yang manangis? berapa umat-umat lain yang terluka? berapa kepercayaan-kepercayaan terinjak-injak? berapa wanita menangis? atau butuh berapa anak kecil yang kebingungan? agar kita mulai bisa melupakan kepentingan kita masing-masing?agar kita bisa meletakan seragam-seragam kita, pangkat-pangkat kita, dan bergandengan tangan untuk mulai membersihkan puing-puing sejarah, dan membangun masa depan bersama?

Tuhan, Engkau memiliki timur dan barat. kemanupun aku menghadap aku akan selalu bertemu padaMu. kemanapun aku berjalan, aku akan berakhir padaMu. aku yakin, sangat yakin bahwa Engkau pasti akan mengakhiri konflik-konflik ini. Engkau lebih tahu daripada aku yang buta sama sekali. aku tak tahu apa rencana-rencanaMu. dan apa hakku untuk mengetahui keputusan-keputusanmu? yang aku yakin, bahwa setiap apa terjadi pasti memiliki maksud tertentu, semua mengarah agar kita mau memperbaiki diri masing-masing. bukankah begitu Tuhan? semua manusia memiliki pilihan untuk mengubah konflik ini atau diam, seolah-oleh masa depan akan cerah dengan tangan-tangan terkepal.

seorang teman, pernah bertanya kepadaku, sebuah canda yang tragis, ironi sebuah lelucon.
"apakah tuhan benar-benar sedang menjalankan sebuah sinema maha besar?jika memang demikian, aku rasa aku hanya figuran. sepertinya ada tokoh utama yang bisa melakukan sesuatu untuk dunia ini. karna apapun yang aku lakukan tak berarti apa-apa"

temanku, cah lanang. ia sedang dibalut rasa galau. ya, galau! sebuah istilah yang berwarna abu-abu. sebuah perasaan yang berayun-ayun ditengah batang putus asa, dan ketidaktahuan. sebuah perasaan yang mengambang, kemudian tenggelam, lalu timbul lagi. seperti rasa pesimis yang enggan mati.

temanku, cah lanang.jika kamu adalah figuran. bapakmu adalah figuran, kakek mu adalah figuran, maka kau akan mati dengan biasa saja jika terus mengira kau adalah figuran. kau tak akan tersorot kamera. mukamu yang berminyak itu tak akan pernah mendapat close up dari lensa-lensa kehidupan. bukan, aku tak menyarankanmu menjadi orang gila yang narsis dengan aksi-aksi. aku hanya menyarankanmu melakukan lompatan. tapi jangan tanyakan aku temanku, cah lanang. akupun masih tak tahu. aku masih belum bisa tersorot kamera, aku belum bisa melakukan apa-apa untuk manusia, untuk kebaikan-kebaikan bersama. dari dulu yang aku lakukan hanya untuk kebaikanku sendiri. 

sebutlah aku egois. tapi manusia mana yang tak egois sekarang? manusia mana yang rela menyerahkan daun telinganya untuk digigit orang yang kelaparan ditengah gurun pasir yang sedang gonjang-ganjing ini? 

apa?kau yakin ada? memang ada. orang-orang itulah yang mungkin kau katakan sebagai tokoh utama. dan jika memang manusia terdiri dari figuran-figuran dan tokoh-tokoh utama, maka kenapa kau tak mencoba menjadi tokoh utama kawanku? kenapa kau tak mengajak keluargamu, tetanggamu mulai memberikan daging-daging dari badanmu sendiri untuk kau berikan kepada orang-orang lapar? aku yakin kau mampu, aku yakin semua orang mampu memberikan kuping, jari, atau paha sekalian untuk diberikan kepada orang lapar. persoalan manusia hanyalah, apakah mereka mampu menahan derita dari pengorbanan-pengorbanan? bukankah setiap pengorbanan manusia selalu memiliki tujuan-tujuan terpendam? mungkin jika kita hanya memberikan saja sebagian dari daging kita, tanpa tujuan-tujuan terpendam, maka dunia akan indah. dan setiap sinema yang berakhir indah akan segera berakhir. happy ending adalah akhir dari sebuah cerita. jika cerita belum berakhir dengan happy ending, aku yakin cerita itu belum selesai. lalu apakah siap kita mengakhiri dunia ini? mengakhiri sinema ini? apa konflik-konflik itu memang direka-reka manusia agar sinema panjang ini tak berakhir. seperti sinetron tersanjung satu sampai tersanjung enam? apakah tak bosan? apakah manusia-manusia memang selalu terobsesi dengan panjang umur?

hah, aku belum mengerti. jika apa yang kau ucapkan benar, jika kita terbagi dari figuran-figuran dan tokoh-tokoh utama. maka mari kita bersama-sama merasa menjadi tokoh utama. dan merasa memiliki peran untuk memperbaiki cerita ini. agar kita cepat menuju happy ending dan cerita ini selesai dengan semua orang yang tersenyum. semua orang yang tertawa bahagia. atau ditutup dengan ciuman-ciuman kasih sayang seperti film-film drama cinta.

tapi aku rasa orang-orang itu memang sedang menikmati konflik-konflik, sedang menikmati klimaks-klimaks yang panang, agar sinema ini benar-benar tanpa ujung. agar jam tayang semakin lama. agar kita bisa lebih kenyang dan terhibur. apa orang-orang terlalu takut dengan akhir yang menyenangkan?

ayo, sudah saatnya anti klimaks, mari saring berangkulan, bergandeng tangan menyongsong happy ending, agar sinema besar ini tak kepanjangan.setidaknya tidak menjadi sinetron tersanjung satu, tersanjung dua, tiga, empat, lima, enam...............aku tak mau Tuhan bosan melihat kebodohan-kebodohan kita.


-IA-

Kamis, 03 Mei 2012

Mimpi Buruk

 hal yang kalian sebut ide, pengetahuan, ilmu, atau apapun namanya itu kadang melayang di udara seperti lalat, nyamuk, capung, kupu-kupu. hinggap begitu saja. ya! seperti hal-hal yang tak kasat di udara, yang setiap hari tersedot lubang hidung kalian tanpa kalian sadari. seperti debu, menutupi organ nafas kalian menjadi abu-abu seperti kotak tua di gudang bawah tanah.


mungkin aku akan bersyukur sekali jika pikiran kita memiliki semacam membran mukosa bersilia yang ada dihidung. yang menyaring kotoran-kotoran sehingga paru-paru tak jadi abu-abu. atau sebenarnya otak kita memiliki rambut yang lebih kribo daripada rambut-rambut hidung, hanya saja tak kasat mata. tapi yang tak kasat mata hanya membuat kadar percaya kita pada fungsi-fungsinya naik turun.

entah kenapa gambar-gambar berdarah dari sebuah video yang berjudul "maling sapi" itu tak bisa dihapus dari memori ini. visualitas yang merah dan kelam. aku melihat video itu empat bulan yang lalu, sejak tulisan ini dimuat. entah, mungkin apa yang terekam dalam video itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. tapi betapa gilanya manusia. menyembelih manusia lain gara-gara masalah sapi yang dicuri. dengan pisau kecil, pisau yang biasa kalian lihat saat idul adha, biasa digunakan untuk mengkuliti sapi. orang yang ditutup dengan kain hitam, yang sudah saya duga ia menangis, walaupun jeritnya sudah tak tertangkap detailnya. pernahkah kau bayangkan ketika pita suaramu diiris dan kau berusaha berteriak saat itu? persis seperti suara sapi-sapi yang disembelih! betapa gilanya manusia-manusia itu! ahh... apa yang mereka rasakan ketika darah yang merah, yang sama dengan darahnya sendiri itu mengalir deras, mencuat seperti air-air keran dari selang yang bocor? ahh betapa gilanya vigilante-vigilante. 

berapa kia-kira harga sapi saat itu? berapa kira-kira harga kemanusiaan saat itu? sebuah bencana kemanusiaan karena sapi yang diambil tanpa permisi. apa manusia memang selalu berhasrat melindungi apa yang ia pikir miliknya? atau mungkin ia menyembelih setelah perhitungan labarugi yang matang? ahh, betapa besarnya perusahaanpun pertimbangan-pertimbangan labarugi yang harus mengorbankan leher manusia tak bia dibenarkan. 

video itu menampakan dua dosa. dosa pembunuhan, dan dosa kekejaman. mungkin akan beda rasanya jika ia tak disembilah, mungkin diracun, atau di tembak didada. tapi disembelih? apa yang dikatakan orang-orang tua jika melihat video seperti ini? ah mungkin orang tua sudah biasa menyembelih sejak jaman pki dulu. berapa pisau yang diasah sehari kala tahun 1966?

semalam bayang-bayang dari video itu muncul lagi dalam visualisasi mimpi bisu. darah hitam, orang yang abu-abu. dalam mimpi yang berbunyi tik-tak-tik-tak. obat flu ini meredam sakit, tapi tak menimbulkan mimpi-mimpi gelap. betapa mudah terheran-heranya aku saat itu? orang menyembelih orang lainnya. manusia menggorok manusia hanya karna sapi.

tapi bukankah sudah sering? saat masa pki. saat orang-orang dayak berkonflik dengan orang-orang madura? saat konflik-konflik agama? saat orang-orang dijawa-bali tega memisahkan leher manusia dari badannya? bukankah sejarah sudah memberikan kekejaman-kekejaman. apakah belum cukup manusia mengerti bahwa darah itu merah, dan kejam jika keluar pada saat nyawa masih menempel dan memompakan nafas?

sejarah memang tak akan memberi pelajaran yang berarti jika kita tak mau membacanya benar-benar.

seperti yang aku tulis di awal tadi bahwa ilmu-ilmu itu sebenarnya sudah melayang-layang, namun kita hanya menganggap seperti debu-debu yang tak berarti. atau hanya angin yang mampu menggoyangkan rambut dan kumis tuan-tuan. darah dalam video, atau daging merah yang keluar dari leher, atau otot-otot yang terburai dalam gambar bergerak itu mash hanya dianggap sebagai "tontonan sadisme biasa". yang setelah dilihat hanya akan menimbulkan penontonnya mencaci maki, mual- atau malah onani? (ingatkah kalian dengan sade? yang dari namanya muncul istilah sadisme? yang puas saat hasrat sexualnya bertemu kekerasan-kekerasan?)

berapa banyak darah yang diperlukan manusia? berapa banyak leher yang harus disayat sedikit demi sedikit? berpa banyak kepala harus terpisah dari leher? berapa banya semua itu untuk menyadarkan manusia bahwa darah itu merah, dan kejam jika keluar pada saat nyawa masih menempel dan memompakan nafas? berapa banyak yang harus kita gorok, harus kita sembelih agar kita menghargai tangisan-tangisan kemanusiaan?

haruskah setiap manusia dewasa menyembelih manusia dewasa lainya agar status kedewasaan tercapai? haruskah manusia saling bunuh untuk menjaga nama-nama? haruskah manusia membunuh untuk sebuah kebenaran? kebenaran mana yang merelakan kita harus membunuh? apa membunuh akan dibenarkan jika kita melandasinya dengan alsan-alasan kebenaran? jika iya, maka persetan dengan kebenaran-kebenaran yang seperti itu. kebenaran seperti itu hanya kebenaran fasis. apa yang baik-belum tentu baik, dan begitu pula dengan yang buruk. tapi jika kebenaran tidak membawa kebaikan, apa harus kita kejar kebenaran-kebenaran? apa tidak lebih baik kita mengejar kebaikan-kebaikan? aku lebih sudi mengejar kebaikan, walaupun itu salah dimata kalian.




hah, hari ini aku terlalu penuh. terlalu banyak pikiran-pikiran yang datang tiba-tiba. ya! seperti debu dan capung-capung! jika ada software komputer yang bisa mengoptimalkan kerja otak, bisa di defrag otak kita, atau di pasang fire wall, mungkin aku sudah jadi ulama hahaha! (jangan-jangan ustadz-ustadz yang di tivi itu hasil buatan software juga?ahh beli dimana mereka?). hahaha kadang lucu ya, jika manusia-manusia yang belajar bertahun-tahun untuk  bisa mengkomposisikan musik dengan baik tiba-tiba frustasi melihat anak-anak smp, sma sudah bisa membuat komposisi musik dengan mudah. ya dengan software-sofware musik, anak-anak bisa dengan mudah membuat sebuah komposisi musik. dan tidak hanya itu! kalian pikir lagi betapa frustasinya seorang arsitek yang belajar keras, dan tiba-tiba mereka ditumukan dengan kenyataan teknologi jaman sekarang. anak-anak sudah bisa merancang satu bangunan dengan ukuran pas dan perhitungan-perhitungan biayanya! betapa instantnya, software-sofware itu seperti menyingkat waktu pikir manusia. haha dan mungkin hasilnya akan jadi manusia-manusia instant.


ah, tulisan ini sudah semakin berantakan! dari gorok-gorokan jadi seperti ini, apa aku ini dibuat oleh software-software juga?hahaha atau jangan-jangan pemimpin-pemimpin kita merancang hukum dan peraturan-peraturan lain dengan software instant juga? atau rule of international morality itu juga terbitan software-software instant? ya, mungkin saja semua sudah menyukai hal-hal instant, daripada buang waktu lama-lama mengadili bapak pencuri sapi, daripada harus melalu birokrasi hukum yang berkelit, mending gorok saja langsung ditempat itu pencuri. instant, sebuah ironi vigilante. dan kemanusiaan menjadi kurang gizi. ah apa itu yang dipikirkan pemegang pisau-pisau itu? apakah itu yang merekapikirkan sebelum memisahkan kepala-kepala dari badan-badan? ah, saya rasa mereka ini ndak memikirkan apapun!


-IA-