Sabtu, 30 Juni 2012

one email

apa yang membuat kunang-kunang melupakan cahaya?
malam yang lalu aku mendapat satu pesan, entah, mungkin puisi. puisi itu dikirim melalui email
dengan nama, senja

perubahan
adalah salah satu kata yang kita, manusia , tidak mengerti benar
apakah kita sedang berubah, sudah berubah, atau sama sekali tak berubah
kita hanya mengira dari perspektif yang sakit
apa indahnya gunung jika kau hanya bisa melihanya dari satu sisi awan, 
topografi mana yang menyajikan bias warna-warni matahari tebenam?

laron adalah pencari cahaya
ia tak suka kepekatan malam
laron mengejar apa saja yang bercahaya,
lampu kamar, lampu jalan, atau cahaya kecil di ujung gang
tapi, apakah ku kira laron menyukai malam yang terang?
apakah kau kira laron berharap menarik matahari untuk beredar di garis malam?
apa kau kira laron selalu ingin menarik matahari?

laron adalah pencari cahaya
ia tak suka diam dan tak berubah
ia tak mau diam di tempat pekat yang lembab
ia selalu mencari cahaya, tapi laron mengenal batas.
ia tahu bahwa
menarik matahari dimalam hari
sama saja mengajak malaikt langit untuk melucu 
didepan orang-orangan sawah.

dari: senja.
untukmu: gelap gulita

pernah kah aku pikirkan sebenarnya? bahwa perubahan-perubahan yang sedang aku kejar kadang seperti melucu didepan orang-orangan sawah? dimana sistem dan lingkungan yang memang buta tuli terhadap perubahan gerak dan laku. dimana sistem sudah impoten terhadap rangsangan-rangsangan. senja, teman dalam dunia maya itu, memberi satu pesan yang entah mengapa, bahwa kita tak mungkin menarik matahari untuk beredar di malam hari. mari kita mundur satu hari sebelum aku menerima pesan itu, seorang yang akan kau ketahui nanti pernah berkata tentang perubahan yang sebenarnya tak berubah

"dimana saat kau merasa melawan, dan mengambil arah mainstream, merasa berbeda dari yang lain, dan merasa berjalan di arah yang lain atau bertolak belakang dengan orang-orang lain, dan kau merasa itu benar-benar melawan, siapkan kepkaanmu, jangan-jangan kau malah sedang menjalankan kerangka rancangan sistem mereka yang sakit"

ia selalu mengolah kata-kata untuk susah dipahami.

semoga beberapa hari lagi aku bisa mendapat penjelasan tentang senja dan apa yang dikirimkn olehnya.

IA

wanita yang ingin jadi kaya

hari ini aku mendengar
bahwa wanita yang kurus itu sedang bercita-cita
untuk menjadi kaya
sukses dengan gelang emas ditangan kanan,
dan jika memungkinkan anting berlian
yang menyapa dengan kerlap-kerlip cahayanya

hari ini aku mendengar
bahwa wanita yang kurus itu
rela untuk makan nasi putih dan ikan asin
uang belanja ia sisakkan
ia simpan, dipendam agar kelak menjadi segunung
dan orang-orang melihat hartanya menjulang menembus awan

hari ini aku mendengar
bahwa wanita yang kurus itu
rela menahan keinginan anaknya untuk beli mainan
atau beli es krim seribu lima ratus rupiah yang baru saja lewat
ia menutup telinga ketika anaknya menangis
ia berharap agar anaknya cepat tumbuh dewasa dan dijejali dengan pengetahuan
bahwa kesuksesan itu adalah uang banyak
dan batu mulia bergantungan di tubuh
pating crentel
dan semoga anaknya cepat mengerti

hari ini aku mendengar
bahwa wanita yang kurus itu
rela diam di depan televisi
hiburan murah meriah, daripada ia harus repot-repot ke taman kota
melihat dangdut yang akan menghabiskan uang untuk beli gorengan
atau kacang rebus, atau es sirup seribu perak

hari ini aku aku tak hanya mendengar
ia muncul didepanku
aku melihatnya
wanita yang kurus dan memiliki senyum ganjil
di matanya tergantung sesuatu yang aneh
sepertinya bukan imajinasi
bukan juga harapan

sampai detik ini ku masih tak mengerti apa yang bergantung dimatanya
disenyumnya yang ganjil
di raut mukanya yang tertahan

aku coba menerka,
mungkinkah itu yang disebut ajal?
sepertinya dia sudah mati sejak ia ingin jadi kaya
lalu apa yang ada dihadapanku saat ini?

IA
sragen,01-07-2012


Selasa, 19 Juni 2012

Dialog bulkubulkubul

pada suatu pagi yang renta
aku terbangun, tertatih menuju pintu cahaya, yang entah berasal dari mana
mungkin lampu-lampu pasar malam lupa dimatikan pagi ini
atau mungkin sekumpulan kunang-kunang yang lupa pulang

aku keluar, mencari, meggapai nafsu keingintahuanku
dan tak hanya semburat cahaya yang entah apa
Tuhan?bukan..musa dan sinai tak mampu, apalagi aku
Tuhan mana yang bisa terlihat oleh mata belekan dan mulut bau iler?
Tuhan mana yang susah payah menungguku bangun dan berdiri di pintu seberang?
Tuhan mana yang mau menemuiku, yang kalian sebut tolol, atau malah najis mugholadhoh
hahaha aku yakin itu bukan Tuhan!

dan, tiba-tiba guntur menggelegar
angin meniup, kencang menerbangkan apa saja
celana dalam, celana luar, celana samping

dan disinilah cahaya itu menawarkan dialog-dialog

"APA YANG ENGKAU KETAHUI TENTANG TUHANMU?SEHINGGA KAU BERKATA 'INI BUKAN TUHAN, ITU TUHAN, ITU BUKAN TUHAN, INI TUHAN' SESUNGGUHNYA KAU TAK TAHU SEGALA SESUATU!"

aku ketakutan, menangis, bukan karna terharu, aku menangis karna aku kira aku sudah gila..suara tangisku tak terdengar, semua yang ada terserap, tanpa terkecuali, hnya aku dan celana dalam
dan celana luar, dan celana samping..

"siapa kamu?! jin jenis mana kamu?!aku tak ada urusan denganmu"

"URUSAN MANA YANG BISA LEPAS DARI KEPUTUSAN-KEPUTUSANNYA. AKU HANYALAH UTUSAN YANG DIPERINTAHKAN MENEMUIMU! BUKANKAH KAU MEMBUTUHKAN SESUATU YANG LEBIH? BUKAN KAH KAU INGIN TAHU SEGALA SESUATU SEPERTI MEREKA MENCARI INI-ITU YANG SEBENARNYA TAK AKAN MEREKA TEMUKAN SAMPAI KAPANPUN? ITU URUSANNYA! ITU KUASANYA! ITU RAHASIANYA!"

"sopoooo koe?! jangan ganggu aku, aku tak pernah menggangu kaum mu, aku tak pernah mengusik bangsa jin, setan, sundelbolong, dan wewe gombel, pergilah, pergilah, mataku sakit, mataku sakit! 

"SIAPA ENGKAU?! HINGGA MERASA MENGERTI INI SETAN, ITU SETAN DAN MENJATUHKAN FATWA-FATWA YANG KAU TAK BERHAK MEMENGELUARKANNYA! BUKANKAH KAU, UDIN, IZYUDIN, BODHI, ATAU BERPULUH NAMA YANG COBA MENYEMBUNYIKAN KE-AKU-ANMU SELALU MENCARI INI ITU, UNTUK BISA MENJAWAB INI ITU?!"

"ampuun..ampunn, aku tak pernah ingin tahu ini itu, aku tak pernah ingin tahu semua rahasia langit tujuh lapis, atau daratantujuh lapis, aku tak pernah ingin tahu tentang apa yang terjadi pada komunitas langit, apa yang terjadi pada bumi dan para penggerak nya rotasinya! aku hanya berjalan, dan mencoba mengikuti arah cahaya, aku mencoba bertanya, agar aku tak salah jalan, bukannya aku ingin membuka pusat informasi yang menyilaukan mata orang lain!ampuun, ampun jika aku sudah mengecewakan kaum para penjaga langit!

"SIAPA ENGKAU HINGGA MENUNJUK INI BAIK, ITU BAIK, INI DARI LANGIT, DAN ITU DARI LANGIT, INI MALAIKAT, DAN ITU MALAIKAT, SIAPA ENGKAU DIN?APAKAH KAU INGIN AKU MEMIMINTAKAN KEPADANYA AGAR KAU DIBERITAHU SEGALA SESUATU?DAN JANGAN MEMOHON AMPUN KEPADA SIAPAPUN YANG BERCAHAYA KECULI IA!YANG MEMILIKI SEGALA ESENSI CAHAYA!"

"jadi, kalau begitu sampaikan ampunku kepadaNya, dan aku hanyalah manusia. wong cilik sing ora ngerti opo-opo. aku adalah manusia yang selalu merindukan cakar kemarahan dan selendang kelembutaNya. aku hanya mencoba menggapai-gapai apa yang ada dimataku, didepan jalanku, aku tak menuduhmu setan, atau malaikat. aku hanya ingin menggapai penjelasn-penjelasa tentang apa yang ada didepan mataku, yang tepat ada di depan jari-jari kakiku,dijalanan yang entah tak ada siapa-sisapa ini. aku hanya ingin kau tergapai oleh penjelasan-penjelasan imaji ku, siapa kah kau?"

"APA KEUNTUNGMU MENGETAHUI NAMAKU?APAKAH KAU AKAN MERASA BANGGA DAN BERDIRI DI UJUNG TEBING DAN MENGAKU SEBAGAI SANG PENCERAH BARU YANG DIDATANGI OLEH SEBUAH CAHAYA, YANG KAU KIRA INI WAHYU UNTUKMU, TAPI BUKAN! AKU HANYA BERTUGAS MENGHIBURMU, DAN BERCAKAP-CAKAP DENGANMU! DAN KAU BELUM MENJAWAB PERTANYAANKU! APAKAH KAU MAU MENGETAHUI SEGALA SESUATU?"

"ampuuun, ampun, emoooh aku emoh..biarkan aku ada dijalan ini tanpa petaNya, biarkan aku tak tahu apa-apa, agar aku bisa selalu bertanya kepadaNya, agar aku bisa selalu menangis manja kepadaNya. aku tak mau kettika aku membawa peta, Ia tak mau memberiku petunjuk lagi karna aku sudah memiliki peta, aku tak mau ia diam dan menganggapku tahu kemana jalan yang tepat, aku lebih suka selalu ada di terkamannya, biarpun itu murkaNya sekalipun. aku tak ingin kau menjelaskna segala sesuatu yang bukan pada kapasitaskuwaha makhluk yang tak mengenal gelap"

"SIAPA ENGKAU HINGGA MERASA PALING TAHU TENTANG CAHAYA?TENTANG KEGELAPAN DAN SILAU SEMBURAT WARNA TERANGNYA?KENAPA KAU TAK MAU TAHU SEGALA SESUATU TAPI KAU MENCARI SEGALA SESUATU? APAKAH KAU ADALAH KAUM-KAUM YANG TERTIPU?"

"ampun, sampaikan ampunku kepada Sang Raja. kegelapan dan terang benderang adalah milikNya, kuasaNya. aku hanya menggapai kenyataan yang ditangkap indra mataku. yang mana kegelapan adalah sesuatu yang tak disusuri oleh partikel-partikel cahaya, yang mana terang benderang adalah sesuatu tanpa aling-aling, tanpa penghambat cahaya yang menghasilkan bayangan pada sisi lainya, terang benderang adalah kesempurnaan ruang pada penampungan cahaya. dan aku tak mencari segala sesuatu, aku hanya ingin berdialektika dengan sekitarku, aku hanya ingin mengenal dan menyapa semua yang aku lewati dijalan ini, aku tak ingin membawanya, memilikinya dan mengusainya, bukankah ada yang lebih Berkuasa atas segala sesuatu?biarkan aku diliputi rasa ketidak tahuanku, biarkan aku dikelilingi kebun tanda tanya, biarkan yang tahu segla sesuatu dan memberikan ku segala jawaban atas buih-buih pertanyaanku hanya Dia, yang Maha Tahu Segala Sesuatu"

"APA YANG KAU MAKSUD CAHAYA ITU SUNGGUH-SUNGGUH CAHYA? APA YANG KAU KIRA KEGELAPAN ITU ADALAH KEGELAPAN? APA YANG KAU KIRA BAYANGAN BENAR-BENAR BAYANGAN?"

"nuraniku berkata iya wahai makhluk yang bersembunyi dibalik KuasaNya!"

"APAKAH KAU KIRA JALANMU ITU, ILMU MU ITU SUDAH BENAR?"

"nuraniku berkata iya, untuk masalah penampilan, Ia lebih tahu. biarkan aku selalu tampak busuk, hancur lebur, agar Ia mengasihi aku dan tak mengacuhkanku"

"KENAPA KAU TAK MEMAKAI PAKAIN SOPAN, MENGAPA KAU TAK MENGIKUTI CARA-CARA PARA PENDAHULUMU YANG LEBIH TAU SEGALA SESUATU DARIPADA KAMU DIN?KENAPA KAMU MALAH SEPERTI ORANG GILA? MENGOTORI TUBUHMU DAENGAN SEGALA SESUATU!"

"sampaikan ampun pada Gusti yang Maha Agung, aku tak ingin dikira tahu segala sesuatu tentang urusanNya, aku tak mau dipandang tahu segala sesuatu tentangNya, biarkan! biarkan! biarkan aku berada di level paling hina bagi mata manusia lain, biarkan aku dianggap tak tahu apa-apa tentangNya, karna aku takuut..aku takut jika aku bisa menjerumuskan orang lain degan penampilanku aku tak mau orang tersesat dengan alam pikiranku ..biarkan aku menyendiri agar bis bermesraan dengaNya. sampaikan maafku kepada Sang Raja karna sudah mengotori pakaian pinjamanNya. segala keputusanny nanti kupasrahkan kepaada Sang Maha Adil"

"KENAPA TAK KAU MINTA SENDIRI AMPUNANMU?BUKANKAH KAU PERCAYA BAHWA IA MAHA MENDENGAR SEGALA SESUATU. IA MAHA MELIHAT SEGALA SESUATU, KARNA SEJATINYA TAK ADA SEGALA SESUATU YANG LEPAS DARI NYA"

"sudah pakdhe, aku sudah minta ampun, tapi siapa tahu njenengan bisa membantu memberi penjelas kepadaNya tentang kesungguhanku meminta maaf dan ampun"

"BETAPA BELUM MENGERTINYA KAMU TENTANG IA! TAK ADA YANG MAMPU MEMBERI PENJELASAN KEPADA YANG MAHA JELAS! TAK ADA YANG MEBERI PENGETAHUAN KEPADA YANG MAHA TAHU! TAK ADA YANG BISA MENIPU YANG MAHA MENDENGAR DAN MELIHAT SEGALA SESUATU!  BAHKAN KEINGINANMU YANG BELUM SEMPAT TERPIKIRKAN OLEHMU, IA SUDAH TAHU DIN !"

"ampun.ampun, mafkan aku, jangan pakdhe ikut marah..santai pakdhe, santai hehehe ampun"

"TAK MAUKAH KAU MENGUBAH PENAMPILANMU?MAUKAH KAU DIBERI KEAJIABAN AGAR BERPENAMPILAN SEPERTI ORANG-ORANG TERDAHULUMU YANG TAHU LEBIH DARI KAMU DIN?"

"tidak..tidaaaak! jangan kau rubah aku, aku tak mau orang menganggapku bisa segala sesuatu lantas meraka ikut memboncengku yang mungkin sedang menuju raden Malik yang menjaga pintu menyeramkan itu, aku tak tega orang-orang ikut memboncengku menuju api-api, aku tak mau orang percaya kepada apa yang aku lakukan, aku tak kuasa memberi mereka panutan. biarkan aku berada pada tubuhku yang hina ini, atau bahkan sedang bekembang menjadi lebih hina"

"SIAPA KAMU, HINGGA MERASA PALING TAHU AKHIR DARI TUJUANMU NANTI?"

"aku serahkan hasil akhir, rapor ku, pada Maha Guru. bolehkah aku bertanya sesuatu?siapakah kamu?"

"TAK USAH KAU INGIN TAHU SEGALA SESUATU YANG BUKAN KUASAMU! DAN JANGANLAH MERASA INGIN TAHU SEGALA SESUATU, UBAH TAG LINE BLOGMU ITU DIN!JANGAN MERASA INGIN TAHU, BIARKAN ITU MENGALIR, JANGAN KAU RAIH SEMUA, OTAKMU TAK MAMPU! BIARKAN KAMU BERJALAN RINGAN TAK MEMBAWA BEBAN PIKIRAN, KARNA SEGALA SESUATU SUDAH KAU GANTUNGKAN KEPADANYA. BIARKAN IA SAJA YANG MAHA TAHU SEGALA SESUATU. TUGASMU HANYA BERJALAN PADA JALANMU, TANPA HARUS MENYIKUT ORANG LAIN, TANPA HARUS MERAMPOK BUAH-BUHAN DIJALAN. KAU HANYA PERLU MENYINGKIRKAN KERIKIL-KERIKIL KECIL, BATU-BATU YANG MASUK AKAL UNTUK KAU PINDAHKAN, HALANGAN YANG TAK MENGGANGU JALAN ORANG LAIN DAN JIKA DIDEPANMU ADA GUNUNG BESAR, JANGAN KAU LEDAKAN! JANGAN KAU BELAH! JANGAN KAU ANGAT, BERPUTARLAH MENCARI JALAN LAIN. KARNA DIDALAM GUNUNG TERDAPA BANYAK SESUATU YANG BUKAN DALAM KUASAMU! DAN INGAT, KAMU HANYA BOLEH MENERIMA BUAH PEMBERIAN ORANG, TAPI JANGAN KAU COBA-COBA MENCURINYA. KAMU BOLEH SESEKALI BERHENTI UNTUK MENANAM POHON AGAR BISA MEMETIK BUAHMU SENDIRI DAN KAU BAGIKAN BAGI ORANG-ORANG YANG ADA. TAPI JANGAN SEKALI-KALI KAMU MENCURI BUAH ORANG LAIN, JANGAN MEMAKSA INGIN TAHU, JANGAN INGIN MENGUASAI APAPUN YANG BUKAN DALAM KUASAMU!!"

suara akhirnya menggema, memantul kesegala sesuatu.
lalu semua hening, cahaya meredup. mati kemudian menyala. nyala kemudian mati. dan akhirnya berkedip-kedip.

kuberanikan untuk menuju pintu yang pelan-pelan ditinggalkan cahaya. ketika aku masuk..

bum!

aku seperti terbanting dari lanti tujuh, dan mataku membuka. aku bermimpi.
khayalan, imjinasi, mimpi? apakah maksud semua ini? 
aku membuka mataku, mencoba mengingat sesuatu.

aku mencoba merentangkan pandanganku, siapa tahu ada sisa-sisa mimpi yang tertinggal

dan..disudut kamar, dia, sosok yang akan kau kenali nanti, masih hanyut dalam nyanyiaanya
ia membacakan pucung pada serat wedatama dengan penghayatan yang mengerikan
membat bulu kudukmu berdiri jika mendengarnya waktu itu

ia menatapku
ia tersnyum..lalu ia berkata
"capat mandi, hari ini kamu ujian fotografi!"

handukpun ia lemparkan tepat pada mukaku...

-IA
jogja20.06.2012-

Rabu, 06 Juni 2012

apa kabar puisi?

apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


hari-hariku di rampas penolakan demi penolakan. imajinasiku dibungkus kain hitam. entah berapa orang lagi yang memberikan aku ceramah moral. mereka menggunjingku dari belakang, dan mengatakan "anak itu tak bermoral, lihat badan nya, lusuh dan urakkan!". atau akhir-akhiri ini aku ditampar oleh kenyataan yang sering mereka ucapkan "lihat anak itu, agamanya itu kok jalan hidupnya kayak gitu! apa pantas orang beragama seperti itu?!". atau yang lain, atau yang lain. yang semuanya adalah prasangka. dan aku ucapkan terimakasih yang besar karna aku yakin, prasangka juga merupakan bentuk cinta, walaupun dalam rupa yang berbeda. terimakasih.




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


hari ini aku katakan kepada mu. aku bukan imam untuk dirimu, apalagi untuk mereka. betapa tak beraninya aku menyandang status layak menjadi imam. aku tak mau seperti orang-orang yang memaksa.banyak orang yang tak pantas memimpin tapi tetep mekso mimpin, banyak orang yang tak pantas ngimam tapi mekso ngimam. dan apa yang pantas dalam tubuhku sehingga kalian bisa menerimaku? apa yang pantas dari tubuhku, dari badan luarku sehingga sistem harus repot-repot menerimaku? aku tak pantas untuk sistem kalian, aku tak pantas hadir dalam moral yang kalian kibas-kibaskan setiap hari. biarlah. biarlah...biarlah Tuhan saja yang menerimaku, biarkan Tuhan saja yang mengasihi aku, melihatku, menyayangiku dalam murkaNya dan menciumku dengan siksaNya. kupasrahkan tiap jiwaku untuk keputusanNya.




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


aku bukanlah mahasiswa. kaum intelektual. budayawan. apalagi dermawan. aku bukan pemimpinmu. aku adalah pemimpin atas diriku. aku bukan gurumu, aku adalah guru atas diriku. maka berilah aku sedikit ruang dalam hatimu, walaupun dalam bentuk kebencian. agar aku bisa membelaimu setiap saat, agar aku bisa mengabdikan diriku walau dalam bentuk paling remeh temeh untukmu. aku tak bisa memeberi tahumu segala sesuatu, karna akupun tak tahu segala sesuatu. biarlah kugantungan pengetahuan dan penjelasan-penjelasan oleh segala sesuatu kepada Nya. Yang Maha Tahu atas tiap-tiap keadaan di tujuh lapisan langit, tujuh lapisan bumi dan semua keadaanya. biarlah aku bercinta dengan kebodohanku, kesesatanku, jangan kau ikuti aku dari belakang, carilah jalanmu sendiri, agar kamu tak berpelukan denganku saat di neraka nanti. surga dan nereka ku sudah kupasrahkan penuh kepadaNya Yang Maha Berwenang. Tuhan dari pencipta sanghyang wenang. kepadaNya aku gantungkan segala sesuatu.




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


hari-hariku disita, dan dicuri. entah oleh siapa. entah nuri, entah rutinitas, atau mungkin tersedot habis oleh tabung televisi. aku menemui puncak putus asa dimana kebenaran yang aku kira sejati luluh lantak. porak poranda dan badai kegalauan benar salah menyerangku. hujan lebatnya menyibakan debu-debu tebal. dan di ujung sana, dijalan yang memang harus aku lalui meski harus memutar seribu gunung, menampakan cahaya. ia berasal dari nurani. ia terpantul oleh besarnya cahaya para kekasihNya.


apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


kalian aggap aku pesakitan. atau preman, atau maling, atau gali kecil, atau seniman gadungan, atau apapun itu. kalian tenggelamkan aku dalam budaya pop kosakata. kalian golong-golongkan aku, kalian kotak-kotakan aku. dan kalian mencuri hakNya, yang sampai matipun sebenarnya kalian sedang ditertawakan oleh malaikatNya karna sedang melucu. kalian pikir kuasaNya ada ditangan kalian, bukankah tiada hak untuk kalian untuk mengkotak-kotakan aku, kami dan mereka? bukankah tiada hak untukmu untuk mengatur balasan akhirat, surga-neraka, dan apa-apa yang akan menimpaku? aku dan kamu tidak mengetahui segala sesuatu, dan untuk apa aku mengganutngkan keputusan-keputusanku kepada keputusanmu? kepada penggolanganmu? hanya Dia yang meliki hak atas segalanya, atas segala kebenaran dan pengetahuan. lalu biarlah aku berteriak didepanNya, biarlah aku berlari dengan luka dikaki untuk menemuiNya, biarlah..biarlah aku pasrahkan diriku pada api murkaNya. murka, siksa, dan cobaan-cobaanya adalah cinta dalam bentuk yang diluar kepala kita. kasih sayangnya tak terjangkau oleh alam pikiran kita...


apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


aku menggantungkan segala sesuatu bukan kepadamu, bukan kepada kaum-kaum inteletual atau religius yang mengkotak-kotakanku, menggollong-golongkanku.
aku menggantungkan segala sesuatu kepada Ia yang memiliki pagi, matahari terbit dan kabut tipis di pelataran merapi-merbabu. aku menggantungkan segala sesuatu kepada Ia yang memiliki ombak laut selatan, dan semua yang ada di bumi ini...




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


aku menantimu wahai Sang Maha Pujangga Agung. aku menanti prosa-prosaMu, agar plastik hitam yang menyingkap segala sesuatu di sampingku hilang diterkam kasih sayangMu.


-IA-


(jogja,07-0602012)

Lepaskan...jangan terjebak!


Dalam sebuah perjalanan pulang untuk ketemu orang-orang yang mau ikut membangun RUMAH HUJAN aku bertemu dua sosok yang wajahnya mirip wiji thukul! Ya..memang aku ndak pernah liat wajah pak wiji itu, tapi di buku atau internet aku punya pandangan tentang gestur mukanya hmm, atau obsesiku saja yang berlebihan? Orang yang pertama adalah seorang supir travel gila yang aku tumpangi. Dengan trevel tua dan bercat pudar dia gaspol teruuus jogja pekalongan tanpa tarik nafas mungkin. Yang kedua ada di warung, sosok itu, yang mirip pak wiji, memkai baju superman! Di senyum-senyum ngeliat dangdutan yang diadain empunya warung. Entah, kenapa, aku tiba-tiba menuliskan cerita ini. Sebuah cerita yang sebenarnya nggak ada hubunganya sama sekali dengan tulisanku. Mungkin dua sosok itu jadi pengingatku yang hampir-hampir lupa dengan perjuangan-perjuang pak wiji, semoga kalian yang terus berjuang tak lupa dengan yang pak wiji tempuh...dan untuk pak wiji, kita rindu bapak dalam fisik, maupun dalam sajak...hmmmm
Beberapa hari ini aku benar-benar digilakan oleh tuntutan yang tak habis-habis. Dan tahukah kalian? Disela-sela kegilaan yang sedang aku jalani, sosok itu, yang akan kau temui nanti lebih sering menampakan diri! Ya dia memang bukan genderuwo, tapi kehadiranya menyeramkan, ia bisa datang begitu saja (jangan bayangkan dia bisa menghilang!). dan terserah kalian bagaimana menyikapi tulisan-tulisan ini. Karna fakta tidak bisa membuat kalian percaya lagi. Dan apa yang kalian percaya sekarang ini hanyalah imaji-imaji yang bisa memperluas kekuasaan.
Kalau ndak salah waktu itu hari rabu malam. Rabu adalah hari yang cukup menyita keringat. Aku terpaku oleh rutinitas dari jam delapan pagi sampai jam enam sore! Dan malamnya melanjutkan apa yang tak bisa diselesaikan sore! Hahaha homunculus-ku pasti lebih sering pingsan pada hari rabu, karna akut ak mendengar kebisingan-kebisingan di hari ini. Saat itu, rabu malam, dan aku duduk di depan nasi kucing, tempe bakar, dan jeruk anget. Didepanku ada bapak-bapak paruh baya. Satu memakai jaket kulit, satu memakai kaos polo lusuh dan disamping kerahny ada lubang kecil, dari lubang itu, kulit coklat legam mengkilat tampak mengintip. Entah salah apa aku, atau mungkin dari awal mereka sudah curiga aku ikut mendengar percakapan mereka, bapak yang memakai jaket kulit bertanya.
Aku terjemahkan ke bahasa indonesia, biar ndak nulis terlalu banyaak (trnyata nulis jawa-indo-jawa-indo terus itu capek bung!)
“dek, dulu pernah dapet pelajaran bahasa jawa?”
“pernah lah pak, kenapa pak? Njenengan guru bahasa jawa ya hehe?” aku malah cengar-cengir kurang ajar

“bukan..adek pernah dengar kata ajining diri saka lathi ajining raga saka busana  agama agemaning diri?”

“pernah pak, sd saya malah nulis itu di kertas asturo buat ditempel dikelas pak”

Bapak yang memakai jaket kulit diam untuk meminum kopinya, dan bapak satunya, dengan wajah berkeringat menggntikan peran rekannya yang masih minum kopi

“adek tahu artinya?”

“hahaha ndak pak, saya tahunya bahasa indonesianya tok pak, kalau artinya ndak paham, bapak mau kasih tahu saya?”

Bapak dengan baju polo lusuh itu menghisap kreteknya, kemudian tertawa, entah kenapa

“hahaha bapak ini Cuma tukang becak dek, tapi semalam waktu bapak pergi ke musola di kampung bapak ada orang tua, orang sepuh, dia duduk di di latar sama bapak habis sholat isya..dia bilang: mas orang-orang kota itu lucu ya, mereka tahu tentang agama agemaning diri ndak tho? Kok banyak sekali orang yang merasa berpakaian ternyata telanjang bulat, dan orang telanjang kok ternyata berpakaian”

“terus bapak ngomong apa?”

“ya saya Cuma cengengesan  dek hahha orang saya ini ndak tahu apa-apa. Tapi kalo buat saya ya yang penting kelakuan kitanya dek, terserah mau pakai pakian apa. Toh Gusti Alloh itu ndak liat dari pakain kita, tapi dari kelakuan kita setelah memakai pakaian mas. Ndak patut juga sih dek kalo kita mau bantu orang tapi telanjang, anunya gondal-gandul hahaha”

Tawa di gerobak angkring pecah...

“iya..yang penting kan lakunya mas, bukan seragam atau pakaiannya”

Tiba-tiba bapak dengan jaket kulit itu ikut berbicara lagi. Mungkin ia sudah bosan dengan kepulan kopi, yang panasnya tak kunjung reda.

Dan akupun pulang, setelah melewati beberapa pembicaraan penting. Ditangan, kutenteng plastik hitam yang isinya penuh, rencanaku waktu itu untuk nonton film-film baru, dan samapai dirumah...dia, sosok yang akan kau ketahui nanti itu sudah muncul dengan kretek menyala ditangannya.

“darimana?”
 Ia bertanya dingin, hampir-hampir seperti polisi yang mengajukan pertanyaan di ruang introgasi..

“beli makanan, kamu ini tahu wae yo waktu yang pas...sial, ini gorengan, kita makan bareng-bareng”

Setelah kopi hitam kental dan gorengan tersiap, aku hapus dengan kecewa yang masih tersisa acara nonton film-film baru (atau biru)

“kamu ini masih buat lingkar diskusi?”
Lagi-lagi ia bernada seperti polisi, hmm...aku ndak pernah ada di posisi tersangka yang diintrogasi polisi dengan rokok disulutkan dikulit, aku hanya meniru apa yang televisi beri. Bukankah televisi sudah banyak mencuri peran imajinasimu?

“iya, ya masih kecil kok, Cuma dua tiga orang, belum bisa membentuk lingkaran lah kalo buat duduk haha”

“malah cengangas-cengenges! Kamu pikir dengan berdiskusi itu kamu bisa menyelesaikan ini itu?! Masalah itu kamu jalani, bukan kamu bicaraka!”

“tapi bagaimana aku bisa menjalani kalo saya ndak paham, saya bentuk diskusi agar setidaknya paham”

“ya maksudmu itu bagus, tapi tahukah kamu?pernahkah kamu dengar kata-kata, bahwa cocot iku seje ceker su! Betapa kata asu disitu menegaskan kita, bahwa kita yang masih Cuma gonggong itu belum bisa dikatan sudah menangkap maling, apakah kamu tidak tahu bahwa banyak maling sekarang yang budeg atau sekedar memakai penutup telinga, maling-maling sekarang ini kebal suara, kamu harus berjalan dan menerkam, baru kamu bisa dibilang anjing penjaga. Itu kalo kita sebagai posisi anjing, nah kalo kita ini merasa manusia yang jangan Cuma berdiskusi, ingat, awan tak akan mengubah haluanya hanya karna kita menyanyikan lagu sendu, kamu perlu melakukan aksi langsung, agar awan mau berkumpul membentuk mendung lalu memanggil hujan”

Aku tak paham apa yang ia ucapkan. Aku tak mengerti...aku pun ingin menghentakan protes, berontak barangkali

“awan mana yang bisa diatur oleh manusia, aksi seperti apa yang bisa dilakukan oleh manusia?manusia hanya bisa membicarakan awan, dan berharap agar ia mau mengikuti lagu-lagu sendu kita”

“hahaha..kamu ini sudah jadi orang kota kebanyakan, yang tak percaya dengan keajaiban-keajaibn! Apa kamu kira setiap jalan yang kamu tempuh, pilihan-pilihan yang kamu gunakan itu ndak berpengaruh buat alam? Apa kamu kira harmoni kamu itu Cuma diseputaran lingkungan manusia? Tahukah kamu tentang teori yang orang barat katakan sebagai chaos theory? Kita ini ndak tahu apa-apa, kita ndak bisa mengatur langkah-langkah alam, baik yang tampak dan besar apalagi yang kecil tak kasat mata. Kita ini maha tak mengetahui apa-apa. Setiap langkah dan jalan yang kita pilih pasti memiliki dampak. Ingat dan garis bawahi, yang akan berdampak hanya yang sudah berlaku, langkah, bukan hanya pembicaraan panjang atau buah pikiran!”

Aku merasa dikebiri, apakah lingkar diskusi ku ini benar-benar tak berati dimatanya? Dia menarik dalam-dalam kreteknya..dan menyambung lagi..

“dengarlah ini, lingkar diskusi mu itu adalah sumber mata air, yang harus dijaga benar-benar. Jangan sampai kemasukan racun! Dari sumbermu itu akan mengalir, dan mengalir. Lalu dikonsumsi banyak manusia lain. Jangan sampai kalian mempermainkan ilmu pengetahuan! Aku ragu, apakah kamu ini benar-benar sudah tahu tentang konsep ilmu pengetahuan?”

“belum..apakah untuk pengetahuan saja aku perlu konsep?”

“hahaha memang, konsep dan teori itu juga buah pikiran, masih cocot tok, tapi kamu perlu tau arti dari kata tau Tau itu ndak ada batasnya. Bahkan jik kamu ndak tahu itu berarti kamu masih tahu. Tahu bahwa kamu ndak tahu. Nah manusia kebanyakan ini merasa tahu segalanya, dan ia merasa pengetahuanyalah yang paling benar. Jangan sampai kamu menghasilkan orang-orang seperti itu di diskusimu! Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang tertipu! Kamu tak bisa mengetahui segalanya. Dan jangan harap untuk bisa tahu segalanya. Setelah kau tahu segalanya kau akan jauh  denganNya. Dia yang Maha Tahu enggan memberi tahu padamu sesuatu karna kamu sudah merasa tahu akan segala sesuatu, padahal kamu ndak tahu tentang segala sesuatu, apakah kamu mau menciptakan orang-orang yang jauh dan buta tuli kepada Tuhan Yang Maha Tahu. Sang Hyang Segalanaya”

Aku diam. Untuk menghentakan nafas saja berat sekali, aku tak bisa berontak. Kubangun sedikit demi sedikit energiku, untuk membela apa yang aku bangun..

“tapi lingkar diskusiku ini hanya membicarakan aksi-aksi yang kita ambil, agar aksi yang kita ambil masih berkesinambungan dangan konsep-konsep yang kita rancang dan tidak keluar jalur, hanya itu..”

Dia tertawa dan batuk sesekali. Kreteknya terlalu dalam ia hisap...

ya, itu dari kamu, apa kamu kira semua orang di diskusi itu gobloknya sama dengan level goblok dan pekokmu? Apa kamu kira level kelicikan mereka ini sama dengan kelicikan mu?apa kamu kira kecerdikan mereka ini ndak lebih tinggi dari kamu?sehingga mereka ndak mungkin menipu daya niat lugu mu yang masih kacau balau itu?”

Saya berontak..

“saya percaya dengan mereka! Walaupun masih banyak yang Cuma bermulut besar, tapi biarlah, itu bisa menjadi acuan mereka untuk jadi lebih baik kok! Daripada kamu nyela terus apa yang tak lakuin, ceker mu sendiri sudah sampai mana?”

Dia menatapku tajam..mampus.

“hahaha! Cekerku ini ndak perlu kamu tahu sampai mana, cekerku ini tak sembunyiin, saya ndak suka orang melihat jejak-jejak kaki yang saya buat. Bukankah jejak kaki itu menunjukan eksistensi kita? Seandainya kamu benar-benar tulus, berjalanlah seperti hantu, jika kamu sulit jadi malaikat. Jangan sampai meninggalkan jejak untuk setiap kebaikanmu. Tapi biarlah, menjadi hantu atau malaikat itu terlalu sulit untuk orang-orang kota yang tak percaya dengan hal-hal tak kasat mata. Orang-orang membutuhkan hal fisik, data, dan bukti tersentuh. Mereka sudah menihilkan hal-hal tak kasat mata, kekuatan alam, atau apapun yang tak berwujud. Karna orang-orang sekarang ini suka memperlihatkan apa-apa yang ia lakukan. Ya mereka semua dan kamu ini termasuk pemuja fisik. Kamu mau orang lain melihat kerja kerasmu, untuk apa? Kamu mendustai dirimu sendiri!”

Aku mengelak waktu itu
“sudahlah, jangn terus mebunuh alam pikiranku!”

“orang kira mereka ini tulus kerja buat oganisasi sosial, padahal mereka mau dipandangan berbakti dn berguna. Orang rela mati syahid hanya untuk dianggap pahlawan, orang jadi dermawan hanya untuk memberi thu bahwa ia suka membagikan harta. Tapi biarlah, aku tak masalah juga dengan niat-niat busuk dibalik kebaikan. Asalkan kebaikan itu benar-benar dilksanakan, biar Tuhanyng menentukan. Tapi kamu? Apa kamu ndak khawatir nanti lingkar diskusimu itu Cuma terjebak di alam pikiran?kamu ndak bisa merubah sistem hannya dengan cara berpikir keras siang dan malam, kamu butuh turun lapangan dan mengganti sistemmu sendiri”

Aku semakin tak tahu dan merasa dihina. Bahkan ketika aku tak tahu sesuatu aku merasa dihina, betapa cepatny aku mengambil keputusan setiap hari...

“sudahlah, mendingan kita habisin gorengan ini, aku ndak mau kasih kamu banyak-banyak hari ini, ayo bsana buatkan aku teh hangat”

Seperti terhipnotis, kala itu aku pergi dan membuat teh hangat, dua gelas.lalu duduk diam melewatkan tempe dan pisang goreng yang habis disambar sosok itu..ia pun pergi. Dn aku sendiri dengan kebingungan-kebingunganku..

Sekarang aku sudah didepan komputer, merancang postingan blog dan artikel untuk zine minggu ini, tapi..semua itu hilang, dan aku menjadi paranoid. Aku takut jika aku jadi sosok yang hanya memakai cocot tok. Memakai mulut tok untuk mengatasi semua masalah, aku takut aku terjebak dalam alam pikiranku..

Tiba-tiba telponku berdering, dia, yang akan kau ketahui nanti mengirim pesan pendek..

“lepaskan, lepaskan semua hal yang memberatkanmu, taruh disakumu untuk sementara, kau urai lagi nanti saat waktunya tepat, jika memang kamu harus berjalan, berjalanlah, jangan sampai terjebak dalam alam pikiran. Berjalan dan uraikan hal-hal tadi dalam perjalananmu, jagan terjebak dalam alam pikiran, jangan terjebak dalam kerang-kerangka pikiran,lepaskan dan urai lagi nanti”

Aku pun berhenti menulis...dan membuat teh hangat dengan sedikit perasan jeruk nipis..aku keluar memandangi langit yang biru,jingga,oren ,gelap dan entah warna apa lagi..ternyata ini sudah pagi..dan aku belum menulis sesuatu, biarlah, aku tak ingit terpaku untuk selalu menulis, lepaskan, dan jangan terjebak kerangkan pikiran dan rutinitas yang membunuh perlahan..

jika pikiranku terlalu keras, lidahku terlalu kotak, maka imajinasiku terbungkus plastik hitam tebal. saat-saat seperti itulah aku tak bisa menulis. karna sesuatu dariku telah dicuri entah oleh siapa. entah burung nuri, entah rutinitas, atau diam-diam tersedot televisi...

-IA-