Rabu, 06 Juni 2012

apa kabar puisi?

apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


hari-hariku di rampas penolakan demi penolakan. imajinasiku dibungkus kain hitam. entah berapa orang lagi yang memberikan aku ceramah moral. mereka menggunjingku dari belakang, dan mengatakan "anak itu tak bermoral, lihat badan nya, lusuh dan urakkan!". atau akhir-akhiri ini aku ditampar oleh kenyataan yang sering mereka ucapkan "lihat anak itu, agamanya itu kok jalan hidupnya kayak gitu! apa pantas orang beragama seperti itu?!". atau yang lain, atau yang lain. yang semuanya adalah prasangka. dan aku ucapkan terimakasih yang besar karna aku yakin, prasangka juga merupakan bentuk cinta, walaupun dalam rupa yang berbeda. terimakasih.




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


hari ini aku katakan kepada mu. aku bukan imam untuk dirimu, apalagi untuk mereka. betapa tak beraninya aku menyandang status layak menjadi imam. aku tak mau seperti orang-orang yang memaksa.banyak orang yang tak pantas memimpin tapi tetep mekso mimpin, banyak orang yang tak pantas ngimam tapi mekso ngimam. dan apa yang pantas dalam tubuhku sehingga kalian bisa menerimaku? apa yang pantas dari tubuhku, dari badan luarku sehingga sistem harus repot-repot menerimaku? aku tak pantas untuk sistem kalian, aku tak pantas hadir dalam moral yang kalian kibas-kibaskan setiap hari. biarlah. biarlah...biarlah Tuhan saja yang menerimaku, biarkan Tuhan saja yang mengasihi aku, melihatku, menyayangiku dalam murkaNya dan menciumku dengan siksaNya. kupasrahkan tiap jiwaku untuk keputusanNya.




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


aku bukanlah mahasiswa. kaum intelektual. budayawan. apalagi dermawan. aku bukan pemimpinmu. aku adalah pemimpin atas diriku. aku bukan gurumu, aku adalah guru atas diriku. maka berilah aku sedikit ruang dalam hatimu, walaupun dalam bentuk kebencian. agar aku bisa membelaimu setiap saat, agar aku bisa mengabdikan diriku walau dalam bentuk paling remeh temeh untukmu. aku tak bisa memeberi tahumu segala sesuatu, karna akupun tak tahu segala sesuatu. biarlah kugantungan pengetahuan dan penjelasan-penjelasan oleh segala sesuatu kepada Nya. Yang Maha Tahu atas tiap-tiap keadaan di tujuh lapisan langit, tujuh lapisan bumi dan semua keadaanya. biarlah aku bercinta dengan kebodohanku, kesesatanku, jangan kau ikuti aku dari belakang, carilah jalanmu sendiri, agar kamu tak berpelukan denganku saat di neraka nanti. surga dan nereka ku sudah kupasrahkan penuh kepadaNya Yang Maha Berwenang. Tuhan dari pencipta sanghyang wenang. kepadaNya aku gantungkan segala sesuatu.




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


hari-hariku disita, dan dicuri. entah oleh siapa. entah nuri, entah rutinitas, atau mungkin tersedot habis oleh tabung televisi. aku menemui puncak putus asa dimana kebenaran yang aku kira sejati luluh lantak. porak poranda dan badai kegalauan benar salah menyerangku. hujan lebatnya menyibakan debu-debu tebal. dan di ujung sana, dijalan yang memang harus aku lalui meski harus memutar seribu gunung, menampakan cahaya. ia berasal dari nurani. ia terpantul oleh besarnya cahaya para kekasihNya.


apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


kalian aggap aku pesakitan. atau preman, atau maling, atau gali kecil, atau seniman gadungan, atau apapun itu. kalian tenggelamkan aku dalam budaya pop kosakata. kalian golong-golongkan aku, kalian kotak-kotakan aku. dan kalian mencuri hakNya, yang sampai matipun sebenarnya kalian sedang ditertawakan oleh malaikatNya karna sedang melucu. kalian pikir kuasaNya ada ditangan kalian, bukankah tiada hak untuk kalian untuk mengkotak-kotakan aku, kami dan mereka? bukankah tiada hak untukmu untuk mengatur balasan akhirat, surga-neraka, dan apa-apa yang akan menimpaku? aku dan kamu tidak mengetahui segala sesuatu, dan untuk apa aku mengganutngkan keputusan-keputusanku kepada keputusanmu? kepada penggolanganmu? hanya Dia yang meliki hak atas segalanya, atas segala kebenaran dan pengetahuan. lalu biarlah aku berteriak didepanNya, biarlah aku berlari dengan luka dikaki untuk menemuiNya, biarlah..biarlah aku pasrahkan diriku pada api murkaNya. murka, siksa, dan cobaan-cobaanya adalah cinta dalam bentuk yang diluar kepala kita. kasih sayangnya tak terjangkau oleh alam pikiran kita...


apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


aku menggantungkan segala sesuatu bukan kepadamu, bukan kepada kaum-kaum inteletual atau religius yang mengkotak-kotakanku, menggollong-golongkanku.
aku menggantungkan segala sesuatu kepada Ia yang memiliki pagi, matahari terbit dan kabut tipis di pelataran merapi-merbabu. aku menggantungkan segala sesuatu kepada Ia yang memiliki ombak laut selatan, dan semua yang ada di bumi ini...




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


aku menantimu wahai Sang Maha Pujangga Agung. aku menanti prosa-prosaMu, agar plastik hitam yang menyingkap segala sesuatu di sampingku hilang diterkam kasih sayangMu.


-IA-


(jogja,07-0602012)

2 komentar:

  1. masbod kotak berlangganannya sebelahmana ya, atau mungkin agar saya selalu mencuri waktu untuk singgah disini :)

    BalasHapus
  2. halo mas ganteng nan hebat :)
    haha sengaja tak hapus mas...biar orang-orang iseng aja yang mau baca-baca disini :D

    BalasHapus