Minggu, 30 Desember 2012

catatan akhir tahun.


yang tersisa dalam kenangan hanya serpihan memori yang berantakan.
yang tersisa setelah mabuk adalah rasa mual dan pusing yang menggila.
yang tersisa setelah perjalanan panjang adalah lelah dan cerita-cerita.
yang tersisa setelah berbincang dengan alam semesta adalah kerinduan.
kerinduan akan gelap nya titik hitam. dan cahaya yang melampaui difinisi kata terang.\


pok tunggal. gerbang awal saat tahun baru memasuki hari pertamanya. setunggal-satu.
ada pesan aneh yang datang tiba-tiba. seperti hujan dibulan februari, seperti banjir di sungai-sungai keruh, pesan itu datang tak diundang. sebuah pesan singkat dari seseorang yang akan kau ketahui nanti.


"pok tunggal menjadi mpok tunggal-kemudian menjelma menjadi mbok tunggal, mbok berarti ibu-mbok tunggal menjelma dengan ganjil menjadi mbok manunggal,mbok kali ini berarti menjadi,menjadilah satu-bersatu-kemudian kau menyatu. tepat di tanggal satu.kebetulan?terlalu kebetulan untuk sebuah kebetulan itu sendiri"

hujan belum berhenti dan aku menunda perjalanan. mungkin esok. 
pesan itu kusimpan. kutulis dalam kertas buram, dan sore ini aku masukan ia kedalam dompet yang kusam.

IA 30 Desember, sebelum mabuk berat.


Rabu, 19 Desember 2012

Gal-waw

pagi ini aku melihat merapi dengan jelas. sebuah gunung yang terbelah ujungnnya. 

langit begitu cerah-tanpa sedikitpun ada warna abu-abu di sekumpulan biru dan putih. entah apa yang akn terjadi. mungkin ini hanya fenomena,mungkin ini hanya hiperbola-hiperbola yang lain.

tapi ada yang aneh. pagi ini aku melepaskan sesuatu dengan berat dan langit malah memberi jawabannya dengan langit yang tampak cerah berlipat-lipat. semalam, ada tiga hal yang membuat kita tak ingin mati dan pergi meninggalkan bumi begitu saja. yang pertama, mabuk berat di pantai dengan musik-musik pantai. yang kedua, pagi yang seperti ini dengan teh hangat, rokok dan musik folk. yang ketiga hujan, dengan segelas coklat panas kental, membaca buku bagus, dan suara hujan itu sendiri. tiga keputusan tersebut dibuat semalam. dan tiap hari aku berusaha mewujudkannya sebisa mungkin. akumenelan dunia bulat-bulat. entah sampai kapan.

seorang pertapa tua datang dalam mimpiku. ia diam dan hnya menatapku. ia mengenalkanku dengan seseorang yang aku kenal baik sebenarnya. dan dalam mimpi ganjil itu yang kami lakukan hanya saling menatap. aku menyelami matanya yang-hmm kamu harus lihat. tak ada kegiatan yang lain selain saling menyalami mata satu sama lain. aku tak kuasa. aku menangis. dan pergi menuju pertapa tua. ia tak ada. yang ada hanya seorang yang aku kenal dengan baik. tapi ia hanya diam. tersenyum dan menatap. aku cari lagi semesta di matanya dan...kamu harus melihatnya.

mata adalah telaga yang lucu. kamu bisa mendapat sebagian jawaban dari sebagian pertanyaanmu. 

akhir-akhir ini semua tampak lebih jelas. apa yang harus aku kejar dan aku lakukan. sedikit demi sedikit aku mencoba berani mengambil resiko. aku mulai pasrah kepada koneksi-koneksi alam semesta. dan semua tampak begitu jelas.

sejelas apa yang mata mu tawarkan dalam mimpi.

aku kejar itu.

seorang teman pagi buta membangunkan tidur. ia bercerita tentang keberanian. tentang untuk menjadi kamu yang sebenarnya. ia bercerita:

aku pernah membaca sebuah buku penyembuhan yang bercerita tentang pematung kuda yang hebat. suatu hari pematung dari luarnegri datang untuk belajar dari pematung kuda hebat tersebut. pematung luar negri bertanya, "bagaimana kamu membuat patung kuda itu dari sebongkah batu besar dan menjadikannya tampak nyata" pematung kuda yang hebat itu hanya tersenyum dan berkata, "mudah saja, aku hanya perlu membuang hal yang bukan kuda pada batu ini," sang pematung dari luar negri kaget akan jawaban ini.

dan entah. mungkin sudah saatnya aku mulai menyingkirkan hal yang bukan aku. untuk mencari aku yang sejati. tapi semua begitu sayang untuk disingkirkan. dunia ini rasanya hanya terdiri dari gula-gula-dan kau menjadi seorang anak yang sangat menyukai gula.

-IA-


Senin, 10 Desember 2012

Besok

besok hari aneh. entah mungkin karena aku tak suka dengan angka satu dan dua. angka yang sama sama aneh dan sama sekali tak masukdalam daftar angka yang aku suka. hahahaha 12-12-2012. belum, belum akhir dunia. masih banyak orang mencuri yang tiba-tiba pake peci. masih banyak orang yang masturbasi sebelum mandi untuk mencari kata "suci".

lama aku tak menulis-juga tak menggambar atau memotret. penat-dinding-dinding otak ku sedang mengalami sengketa yang serius. apalagi tugas-tugas perkuliahan yang aduhai. pagi ini satu pesan singkat aku terima-via sms:

orang pikir mereka perlu kuliah untuk mendapat hidup layak. padahal kau tau,cucuku, tak ada mata kuliah yang memberikan kita satu pun ilmu tentang hidup. ambigu bukan?

pengirim tak tercatat dalam data kontak. hanya nomer. angka. dan sekali lagi angka-angka yang aku tak suka. ah masabodoh, ibuk sudah terlanjur bayar mahal untuk uang gedung ini dan aku rasa kuliah memiliki fungsinya sendiri, entah apa.

besok masih akan tetap hari yang aneh. dengan cuaca yang sudah terlanjur aneh. ya-memang ada aksi reaksi-sebab akibat. karma. keanehan ini berdasar dari manusia-manusia yang lupa. yang tak ingat bahwa bumi yang ia injak bernapas dan menghubungkan benang panjang dengan keseimbangan alam semesta. bumi dilubangi dengan seenak hati-pohon ditebangi-satwa apapun dikuasai,ditaklukan. dan vegetasi hanya akan berakhir pada taman-taman kota yang tak mampu berbicara tentang alam semesta. sementara peristiwa-peristiwa itu berlangsung-sebagian orang malah dengan anehnya mengadakan acara pernikahan ditanggal yang aneh- tanggal cantik untuk bumi yang sakit. dan makan besar digalangkan-piring kotor-air sabun-gelas plastik dan sebutlah apapun benda aneh lainnya yang akan bertambah di tanggal ini.

kiamat?belum.

aku mencintai teori monokromatik. dimana untuk mencapai putih, hitam harus melalui tahap abu-abu dengan sabar. lapis demi lapis. dan saat ini bumi sedang mengalami masa itu. entah dari mana dan kemana kita sedang berproses, dari hitam ke putih atau sebaliknya. kita sedang mengalami masa abu-abu. monokromatik-pelajaran semester satu,matakuliah rupadasar. saat itu nilaiku C dan tak ada dosen yang membicarakan hal ini diluar teori-teori dalam buku dan internet. entah aku dapat ini dari mana-mungkin dibawa nyamuk-nyamuk yang menggigit tubuh ini sesuka hati. atau kebetulan terbawa angin kemudian termakan saat aku membuka mulut lebar-lebar. atau mungkin ini dibawa ajaran baru-paham baru: WATONISME. ah terlalu banyak isme-isme didunia ini.

monokromatik menjelaskan banyak hal dengan romantik.klasik. dan kiamat?belum.

besok adalah hari yang aneh. dengan gairah yang aneh.

dan kiamat? tetap-masih saja belum.

gitarku senarnya putus-tepat di senar nomor dua dan satu. yang tersisa hanya tinggal senar nomor tiga sampai enam. dan yang terdengar adalah dominan senar-senar tebal-antara nomor empat sampai enam. dan lagi-lagi aku merasa aneh-apa ini tanda-bahwa besok kiamat?hahaha belum.

masih banyak koruptor yang pergi haji setalah mencuri berkali-kali. dan pencuri-pencuri itu kini mulai mempertimbangkan konsep syariah. mereka mencuri kitab suci-mengkorupsi-mungkin mereka pikir tuhan akan memberikan keringanan jika yang ia curi kitab suci. hahahaha dan aku dengar ada beberapa calon bupati yang memajang foto close up dirinya pada sampul kitab suci kemudian ia bagi-bagi. hahahaha ada-ada saja aktivitas lucu dibumi.

maaf-kembali lagi.
besok aku menarik kesimpulan bahwa hari akan sangat ganjil-orang-orang berfoto sebaik mungkin untuk mendapat foto pranikah yang cantik. sekali lagi mereka mengejar tanggal cantik saat bumi sakit. dan sementara suku-suku maya menyiapkan tumpeng untuk upacara akhir dunia-sebagian manusia malah rame-rame potong kulit penis di hari yang tragis. dimana bumi sudah terlanjur amis tak sanggup lagi menangis atau hanya meringis. pasrah bersimbah darah.

hari ini, bukan besok, aku dikawal mendung. mengantarku pada pohon besar. aku duduk dibawahnya-kopi-kretek dan buku jurnal sudah ada ditangan. aku duduk di sudut dusun. Muntilan. dibawah pohon yang kesepian mendung menemaniku dengan tarian-tarian pemanggil hujan. aku resah. semoga jurnal ini tak basah.

-IA-sebelum duabelasduabelasduabelas.


Jumat, 23 November 2012

sahabat yang samar

sahabat yang samar. kuberi tali dan kujadikan kalung. kuletakan ia dileher dimana orang bilang disitulah nyawa bersembunyi, sebab jika kena tebas-habis sudah. sahabat yang samar,aku beri tali agar tidak lepas, sebab orang bilang jika kau pegang erat saja kadang kau lengah dan melepaskan genggaman,maka tali mengikat. dan kuletakan ia dileher. sebab hanya dengan menebas-memisah kepala dan badan,tali bisa terlepas. megatruh. atau mungkin akan terlepas jika kau memilih carok untuk mendapatkannya. belati lawan belati. parang lawan parang. tak ada rudal atau batu-atau peluru,karena itu hanya pilihan pecundang,kata simbah. kalau kau mau ambil sesuatu yang terikat dileherku. ayo, satu lawan satu. kalau perlu sampai makan jantung atau minum darah.

-IA-

Selasa, 16 Oktober 2012

Bahagia

malam sudah lewat. dan aku bangun terlalu pagi untuk bercerita kepadamu.
hujan turun begitu sempurna malam ini. hampirtanpa cacat. hari ini aku menjadi ringan. bahagia. 

aku melihat beberapa orang tersenyum dan tertawa setelah melihat bu sumirah. yng tetap bernyanya-meski bapak dan ibunya sudah mati,meski ia belum makan sejak pagi,meski a datang dari gunung kidul yang jauh tanpa alas kaki-busumirah tak memberikan ruang untuk mengeluh didepan banyak orang. ia bernynyi dengan semangat.tanpa harus hafal kunci untuk bermain ukulele ia gerakan ujung kakinya mengikuti iramanya sendiri. ia larut dalam seuasana kekeluargaan. entah dimana yang salah disini. kami ikut tertawa. ikut bahagia. mendengar bu sumirah diatas panggung. tanpa kesedihan ia bernynyi dan memetik ukulele sesuka hati. aku yakin bu sumirah juga bahagia. terlebih kami, kami terlampau larut melihat ia mau bergabung kepada kami.

lantas kebahagian dengan mudah datang malam itu. tanpa menunggu dipanggil dan dicari. apakah semudah itu kita mendapatkan rasa bahagia?datang seperti angin. begituringan seperti debu.
kebahagiaan tak selamanya melupakan rasa haru. kadang ia adalah manifestasi dari kesedihan itu sendiri.

 
aku bertemu bnyak hal hari itu. seorang kawan dari kota yang sama. kami tak saling kenal. tapi kami mencoba saling mengenal waktu itu. ia bercerita tentang desa dan mindset orang-orang dikampungnya. ia bercerita banya hal. dan aku duduk mendengarkannya. mungkin beginilah ceritanya:

ia seorang barista. dengan tattoo di lengan kiri, pierching dan rambut gondrong yang diikat. bicaranya ramah,meredamkan bentuknnya yang dianggap mengganggu kenyaman sekitar desa. ia bercerita tentang konflik yang nyata. yang masih dengan sangat bodoh dipelihara. tentang kepemimpinan.

didesanya,mayoritasadalah muslim. dan beberapa orang disana memeluk nasrani. saat itu ia menceritakan pemilihan kepala desa. sebuah partai demokrasi untuk orang-orang yang tak mampu heboh ditelevisi. dan ia bersikeras memilih seorang nasrani, yang baik dan bijak katanya. dan seluruh kampung geger. semua menghampiri rumahnya berteriak dan mengepalkan tangan. temanku keluar. orang semakin ribut. ia bilang ada apa ini. orang-orang menjawab dengan tak karuan. salah satu dari gerombolan itu berkata bahwa iakafir,tak mendukung pemimpn yang seiman. temanku yang baru aku kenal beberapa menit itu masuk kembali kedalam rumah. ambil baju. lalu keluar. 

kau pasti akan menganggap ia akan menyelesaikan masalah. berdiskusi dengan banyak orang itu. tapi,bukan itu yang ia lakukan. ia keluar beserta tas punggung yang tampak apdat. ia merantau. dikota besar. pergi meninggalkan orang-orang desa dan mindsetnya yang tak sejalan.

di perjalanan ia menangisi kampungnya. tempat ia mulai petama menginjak tanah dan tempat ia bercita-cita untuk mati. ia berkata bahwa berulang kali ia disepelkan. dicap sebagai preman karna sebuah tattoo yang masih tetap tampak meski kaos sudah dibuat besar. dan ia tak mampu menahannya lagi saat ia dicap kafir gara-gara ia memilih tuan dari ujung gang. yang setiap minggu kegereja. yang setiap imlek mebagikan kua ranjang dan amplop merah. yang lebih ramah dari siapapun disana. termasuk orangtuanya yang mulai dingin sejak ia hidup dengan prinsipnya.

ia menangisi orang-orang kamoung yang semasa kecil menjadi teman-temannya. ia heran mengapa mereka harus begitu mengkotak-kotakan keadaan. ia tahu benar bahwa sebagian calon kepala desa waktu itu memang banyak yang muslim, tapi ia tau bahwa kinerja mereka tak kompeten. salah satu diantara mereka malah p[ernah tertangkap sebuah sekandal. kini orang itu malah menampakan fotonya dengan peci dan senyum hasil rekayasa penata model fotografer. ia bilang,bukan agamanya yang jelak. ia tak mengaitkan agama sama sekali disitu. ia dengan semangat dan menggebrakan meja didepanku berkata bahwa kita seharusnya tak terkotak-kotakan oleh banyak hal. agama memili tempat sendiri saat kita berbicara tentang demokrasi,ia bilang seperti itu. dan orang-orang kampung ini begitu sadisnya menolak pengabdian seorang nasrani yang mencoba menjadi indonesia. ia berkata ini bukan masalah siapa muslim dan siapa nasrani. ini bukan masalah siapa yang melarangku tatto atau masabodoh dengan tattoo ku. bukan,bukan itu. air mukanya berubah saat itu. ia mengharapkan indonesia yang lebih humanis dan plural. yang mau bersama-sama duduk sejajar memikirkan banyak masalah yang sama,tanpa membawa privasi-privasi individu. tanpa membawa ruang agama dan ruang ketuhanan. kemudian ia membuang muka. menyalakan rokok dan memulai basa-basi yang lain.


aku mengambil nafas dalam. berharap ia mau pulang dan bertemu orang-orang kampunnya. berharap ia mau memahami mereka lebih-lebih. tapi aku bukan dia,bukan juga orang-orang kampung itu. ia bilang aku sepertinya berada disebuah kasta yang berbeda dengannya.

aku tersenyum dan mengelus dada.

bisakah manusia bersama-sama menghimpun sebuah rasa kebahgiaan?bisakah mereka melupakan kota-kotak yang ia bawa?melupakan jejak-jejak yang dibawa sejak lahir?melupakan kasta-kasta?untuk menjadi bahagia?untuk setidaknyaseperti bu sumirah yang masabodoh dengan orang-orang didepannya, asal ia bisa bernyanyi dan orang itu tertawa melihat tingkahnya?mungkin disini kita harus belajar kepada bu sumirah. yang benar-benar masabodoh dengan banyak hal. asal kamu terhibur,ia pasti tertawa. dan sat kau tertawa kau akan memberikan keping-keping rupiahmu. dan ia tambah bahagia. lalu meneruskan menyanyi dan mungkin kamu akan melihanya sedikit menari. bisakah bahagia selalu muncul sesedaerhana itu?karna temanku mencari kebahagiaan itu dikota orang. karna temanku sedih orang-orang kampungnya tampak rasial dengan hal agama. karna temanku menganggap aku dari kasta yang berbeda. karna temanku...mungkin belum melihat bu sumirah bernyanyi,yang tanpa harus bisa memainkan ukulele,ia memetik benda kecil itu,menganggukan kepala,menyanyi dan menghentakan kaki. bu sumirah yang sejak pagi belum makan itu tampk selalu bahagia, dan kita harus banyak belajar dari dia...mungkin.

-IA-

Senin, 15 Oktober 2012

setelah malam itu

kadang sesuatu hadir secara irasional. dan mengendap-endap. tenang seperti kematian. sesuatu itu, yang irasional, hinggap seperti debu. bekas kulit mati yang mengering dan berterbangan. kadang yang datang dengan cara tak masuk akal akan pergi pula dengan alasan-alasan yang tak mampu dijelaskan. seperti mabuk yang hilang saat pagi, yang pergi tetap meninggalkan jejak. meskipun berupa perasaan ham
pir muntah. lalu setelah sadar,kadang kita mengumpati arak murah yang kita beli semalam. kenapa begini-kenapa begitu. tapi mungkin,di malam yang lain,kita akan membeli lagi. mabuk lagi. muntah kemudian mengumpat. dan begitulah hal-hal yang irasional bertahan. datang dan pergi. berterbangan. melekat. dan terlalu melankolis untuk diacuhkan.

-IA-

Rabu, 10 Oktober 2012

Basa-Basi

semua tampak penuh dengan basa-basi. seperti biasa pagi tidak dapat merangsang katukku sama sekali, meski suasana begitu sexy. hmm, jika tidur dan terlelap adalah sebuah tujuan, maka rasa kantuk adalah sebuah basa-basi paling menjengkelkan.karna ia bertahan dan bergelayutan di pelupuk mata, sangat dekat, namun tak terlihat..aku tak tahu mengapa tulisan ini akan diawali dengan sbeuah paragraf yang tak menarik. bahkan kamu lebih baik baca tulisan jorok murahan dengan judul: istri tetanggaku. hah! lalu setelah itu pergilah ke kamar mandi. onani! kadang aku merasa kasihan kepada mereka yang memperlukan bacaan, tulisan, refrensi untuk sekedar mebangkitkan fantasi. otak mereka sepertinya terlampau suram untuk menciptakan keindahan.

oke..
kita mulai

orang-orang disekitraku adalah masyarakat dengan dialektika monoton. setiap saat mereka selalu melakukan pembicaraan yang sama. mereka memuji apapun yang mereka lihat dengan harapan mereka akan mendapat pujian balasan.sebuah lingkaran narsisme yang terlalu ortodoks.

tapi TIDAK semua orang yang aku kenal melakukan hal itu. beberapa diantara mereka cukup sehat untuk memberi penilaian tentang apapun itu. kadang diam adalah sebuah ketidaksetujuan yang disembunyikan, itu yang diyakini beberapa temanku yg lain.

aku tak tahu kenapa mereka diam
akupuntak tahu kenapa mereka berbicara
karna apapun yang dilakukan manusia "kadang" memiliki tujuan yang disembunyikan

apapun

bahkan doa-doa kadanng menjadi konspirasi. betapa lucunya kita. kadang kita mencoba menipu "orang-orang langit", mereka yang bertugas merangkum alam semesta.
lalu mengapa kita selalu menyembunyikan banyak hal?

orang bilang, bahwa terkadang kejujuran menjadi sbeuah racun yang menyeramkan. ia membunuh semua yang tak memiliki penawarnya.

kadang aku membayangkan jika benci dan sakit hati tidak diredam dengan basa-basi. tidak diredam dengan dialektika kompromn,mungkin dunia hany akan dipenuhi dengan orang-orang yang siap melemparkan batu kepada siapapun.

lihatlah! batu-batu berterbangan! kau harus menggenggam sebuah batu juga.
jaga jaga siapa tahu orang-orang disekitarmu ternyata memiliki dendam masalalu.

mungkin kita akan berpikir, bahwa sebuah basa-basi ternyata dapat menunda mati, dan hahahaha! aku yakin orang-orang langit akan tertawa jika kita meyakini hal itu. pil kematian sudah kita telan sejak lahir? kita hanya menunggu waktu yang tepat kapan pil itu akan berkontraksi. dan saatnya tiba, kau tak bisa lari. karna ia ada didalam tubuhmu.

basa-basi atau sebuah dialektika yang masuk akal, hanya akan berfungsi jika ia digunakan untuk meredam sebuah konflik yang belum mampu diterjemahkan nalar.

-I.A- oktober 2012

dua temanku

malam ini
aku mendengarkan
dua temanku
berbicara panjang lebar
tentang banyak hal

temanku yang pertama bercerita
bahwa dia mampu menyanyi
hingga langit terlelap.
ia yakin,
nyanyiaanya adalah
sebuah obat tidur
tanpa efek samping.

dan temanku yang lain bercerita
bahwa hidup adalah sekumpulan "iya" dan "tidak"
diantara keduanya terdapat kompromi
dan dia meyakini,
bahwa kebenaran
tanpa efek samping
adalah kompromi.
bukan nyanyian panjang
kepada langit yang tak pasti.

ia bilang,
karna didalam kompromi
kita menyublimkan yang paling benar
dengan yang paling salah
lalu lahirlah sebuah diskusi
disanalah kadang harmoni tercipta

aku diam
karna dua temanku
sama-sama yakin
bahwa yang mereka pikirkan sama-sama tanpa efek samping.

aku rasa
mereka tak perlu saling menyalahkan.
karna sampai kapanpun nyanyian akan mengiringi sebuah diskusi.
dan diskusi mana yang dapat bertahan lama tanpa sebuah lagu?

.I.A- 10 oktober 2012

ah sepertinya aku galau..!

temanku itu..


seorang temanku, kini mulai menulis banyak hal. ia menjelma menjadi sosok samar-samar. ia seorang pelukis yang menggambar dengan pena dan kata-kata. menerjemahkan pagi dengan puisi, dan malam dengan prosa panjang. temanku itu, menolak konsep-konsep umum. ia bukan tak peduli dengan norma dan "kebiasaan banyak orang". ia hanya tergelitik, betapa kadang, kita, manusia, terpaku hanya dalam satu pers
pektif saja. termasuk dalam menerjemahkan "cinta".kita terjebak dengan konsep kekasih dan pasangannya, suami dan istri, linga dan yoni. ia sering tertawa jika melihat seorang laki-laki mati langkah saat cintanya patah. ia bilang "betapa laki-laki itu tak tahu, bahwa cinta sebenarnya adalah alam semesta menyeluruh". agaknya kini aku tahu, temanku itu adalah seorang wanita sinting untuk ukuran orang kebanyakan,orang-orang kaku yang hanya terpaku pada satu sudut pandang.





IA /06/10/2012





---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------






menunggu mendung

pernahkah kalian rindu dgn hujan?dengan langit gelapnya dan sore yang diiringi mati lampu?duduk diatas ranjang sederhana,dgn selimut atau kain sarung yg memberikan perasaan nyaman,menghadap jendela yg tak mampu bercerita tapi kita setia mendengarkannya..menatap apapapun yg tersapu air,mencoba menerjemahkan perasaan mengharu biru..dan akhirnya terhisap dlm bau tanah yg menyenangkan

-I.A /6/10/2012/
-----------------------------------------------------------------
perjalanan

disebuah perjalanan
aku hanya berdialog dengan sepi
karna siapa lagi 
yang abadi
selain dirimu sendiri

-I.A /08/10/2012-

----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Puisi 

tiga hari yang lalu, disebuah acara baca puisi pinggir kota, suasana ganji. aku dan beberapa kawanku meratapi sesuatu yang kami tak tahu. bukan, bukan tentang anak-anak pesisir yang selalu kecewa saat tau kami tak membawa cukup banyak kuas. tapi seperti merindukan sesuatu yang pernah kami himpun bersama. kami meratapi suara biola yang sendu malam itu, tapi kami tak tau, untuk apa kami meratapi sebuah lagu. dan air mata pun menolak keluar. atas nama keganjilan akupun muntah, dan selanjutnya terhanyut. apakah puisi hanya mampu mempertegas keganjilan? hingga hari ini, aku tak tau itu..

-IA- oktober

Minggu, 07 Oktober 2012

Di sebuah Jalan Pulang

sebuah cerita tak selamanya menyimpan sebuah petuah. nasihat hidup yang terselubung.

jam lima pagi, aku pulang dari kota yang pura-pura tenang, kota yang ganjil dan mengambang. tak pasti. kota salatiga.

menuju jogjakarta melewati daerah salib puith kemudian menuju kopeng yang dingin. dingin dalama arti sebenarnya. sendirian, menatap gunung yang tampak samar-samar. kabut dan gelap yang tanggung selalu mengingatkanku dengan satu hal yang kadang kita lupa, suasana pasar saat pagi. saat pedagang sayur, dan bermacam daging potong mulai menata lapak dan membersihkan dagangannya. mengipasi ikan-ikan yang terbujur kaku agar lalat tak menaruh bibit telurnya di tubuh sang ikan. karna tak ada harga untuk ikan dengan belatung yang menggeliat di mata ikan yang terlampau amis. aku tak tau akan bercerita tentang apa, karna sisa-sisa dari perjalanan tadi pagi hanyalah rasa dingin dan tulang yang terasa kaku.

saat kau melewati salib putih dini hari, kau akan mendapatkan gambaran perkampungan nasrani yang teduh. dengan hotel-hotel kecil, dan sekolah-sekolah teologi kau merasa, sedang tidak ada di indonesia. karna mata kita selalu dihadapkan dengan masjid dan plang-plang sekolah berwarna hijau atau biru. bukan, bukannya aku bosan melihat itu, aku tidak bermaksud berkata ada yang lebih baik dari masa sekarang. aku hanya merasa tak seperti biasanya, ganjil.

aku diam dan menghirup nafas dalam-dalam. menikmati matahari yang terlanjur dicuri awan mendung. awan kali ini hanya menawarkan warna kelabu. kusam dan penuh duka.

salib putih sudah dilewati, dan sebuah perkampungan yang "Seperti bukan kampung biasanya" itu menjadi kenangan. membentuk sebuah pertanyaan. apakah mayoritas selalu mendominasi? tidak hanya di indonesia. seperti halnya di amerika, saat kau akan sangat jarang menemui mushola atau sekolah dengan plang warna hijau atau biru. betapa mayoritas selalu tak mau rendah hati untuk mencoba tak mendominasi apapun di belahan dunia manapun. aku rasa, banyak hal yang tak bisa dijelaskan. termasuk adanya kemungkinan dominasi anomali.

sampailah aku pada titik dingin yang menggemaskan. di sebuah dataran tinggi bernama kopeng, dimana kau akan menemukan suasana pasar yang sedang berbenah. sayur-sayur yang diletakan dilapak-lapak sederhana. buah-buahan besar seperti semangka tak mendapat alas, tergeletak dijalan begitu saja. daging-daging digantung, dan ikan (entah bagaimana ada yang menjual ikan didaerah pegunungan. mungknkah itu ikan air tawar?dulu kakek kita yang pergi berkebun di gunung menukar kan sayur untuk mendapat ikan laut dari kakek kita yang pergi berlaut.hah, sudahlah..) ikan diletakan dalam ember putih yang berair keruh. sisa darah dan lendir-lendir kematian. di kopeng kau akan menjumpai kebun yang tak habis-habis. jalan panjang berkelok dan gerimis membuatku berhenti pada sebuah warung makan yang sepertinya baru saja buka.

seorang bapak yang sedang menanti teh hangat sama sepetiku mengambil rokoknya dan kita saling menyapa, dan basa-basipun terjadi. bapak itu berhenti saat aku menyebutkan nama kota pekalongan. ia mulai mengambil nafas panjang.

"tahukah kamu dengan sejarah haij misbach? orang kiri yang dibuang di pekalongan?"

aku belum menangkap kenapa dia  bertanya hal itu kepadaku. mungkin ia kira aku seorang aktivis atau mahasiswa yang mengebu-gebu dan gemar beorasi. kala itu aku memakai baju bergambar penulis tetralogi buru, dan di tas, pin merah bergambar seorang penyair yang hilang cukup menyita perhatian. aku sempat berpikir bahwa bapak ini salah dan terlalu cepat menilai orang. bapak terlalu sering melihat orang dari luarnya, aku hanya pengagum tokoh-tokoh itu pak. aku bukan mahasiswa yang gemar beorasi atau seseorang yang menulis artikel di koran untuk mengadukan argumen-argumen ideologisnya. aku hanya suka dengan cara mereka hidup pak, apakah aku salah?apakah aku harus mengikuti jejak langkah mereka?membuntuti dan menjadi followers yang buta?apakah bapak pikir seseorang tak boleh memiliki cara nya sendiri dalam berjalan?ah bapak terlalu cepat menyimpulkan bahwa aku tau banyak hal. tapi..aku segan dan kedinginan, aku tak memberi jawaban kepada bapak itu.

aku mencoba bersikap seperti bapak itu yang sejak awal menelanjangi pakaianku. menelanjangi barangg bawaanku. aku menatapnya dengan terperinci. dari ujung kaki tak ada yang salah, ia tak memakai boot, ia tak memakai sepatu kulit atau sepatu aneh yang biasa dipakai para intel dan polisi. disamping tempat duduknya ia hanya membawa karung yang kosong dan terlipat dan sebuah arit kotor, tampaknya seperti basah. ia tak memakai caping, ia hanya memakai kaos dengan tulis petani bersatu. aku lupa detailnya, yang pasti mungkin bapak itu mungkin mengerti tentang banyak hal, termasuk petani dan perlawanan.

"siapa haji misbach pak?"

dia diam, membuang muka seakan berkata betapa tololnya kamu, seorang mahasiswa tak mengerti siapa haji misbach. seorang islam yang komunis, aku tau itu pak. tapi aku ingin mendengar cerita bapak.

"haji misbach adalah tokoh yang gigih berjuang membela kaum tertindas. ia seorang haji yang gemar mengganyang kapitalis. jihadnya adalah melawan kapitalis. ia bergabung dengan partai komunis berlambang palu dan arit. ia tak bergabung dengan bintang dan bulan sabit. ia seorang muslim, tapi komunis juga. tapi komus sama atheis itu kan beda, iya nggak si mas?"

aku tersenyum. bapak ini pintar, mungkinkah ongkos berkebun bapak habis untuk membeli buku?

"apakah di pekalongan ada pergerakan yang memperjuangkan kaum tertindas mas?mungkin saja haji misbach membuat jaringan disana yang sampai saat ini masih bergerilya dari generasi ke generasi berikutnya. adakah anak-anak muda disana yang gencar melawan kapitalis mas?"

kalo yang bapak maksud adalah sekumpulan pemuda yang ortodok, yang tanpa ampun mengganyang hal-hal yang "Tampak" erotis. ada pak, tidak banyak. mereka suka berteriak dan memakai seragam yang sama. mengidolakan gaya hidup negeri yang nun jauh disana. namun aku tak berkata apa-apa kepada bapak itu, aku diam. diselimuti dingin yang tak kunjung lari.

"haji misbach itu mas, muslim (aku tau itu pak, karna siapa lagi yang menyandang gelar haji selain umat muslim), agamanya kuat saya rasa ia pasti membuat jaringan di pekalongan juga mas. dua tiga tahun bukan waktu yang sulit untuk membuat jaringan, meskipun didalam tahanan. pasti ada orang yang simpati dan mengikuti jejaknya, tapi kenapa mas tidak tau?"

saya meremas erat gelas teh yang hangat, berharap dingin lari dan tak kembali. saya pun tersnyum kepada bapak itu. bingung

"saya ini ndak tau apa-apa pak. mungkin ada pak, tapi memang belum banyak yang keluar untuk menunjukan eksistensinya. karna pastilah ada orang yang bersimpati kepada siapapun yang memperjuangkan rakyat kecil, meskipun cuma sekedar janji" aku tersenyum karna hanya ngomong nglantur.

bapak ini diam. menatapku
"ya banyak orang yang simpati dengan orang yang sepertinya (ia menekankan intonasinya pada kata ini) memperjuangkan rakyat lemah. banyak yang pura-pura membela petani untuk mendapat simpati, mendapat suara untuk kontes jabatan. rakyat sering terperdaya"

aku hanya menganggukan kepala. agar bapak itu tak menganggapku menyepelekannya.

"akeh wong kang ketipu, kabeh iku mergone tipi mas. beritane yo ngapusi. filme yo mung gawe wedi. nggawe wateke rakyat tumpul. bujel lan ora wani golek bener kang sejati. koyo wingi pas telongpuluh sepetember. 30 september kemarin semua mengibarkan bendera setengah tiang. agar semua tetap terperdaya dan tertipu. akeh konco-konco sing mbiyen keluargane pki dadi ra iso kerjo. padahal agamane wes islam, sholate yo wes jamaah, tapi bapake mbiyen ik mantan pki, eh ra iso kerjo. jare pki iku koyo setan, seneng mangan daging manungso, padahal setan iku yo ora ketok. setan itu nggak kelihatan, menghisap darah rakyat namun kita tak tau siapa pelakunya. setan sekarang iku nyamare dadi pejabat, nganggo dasi, nganggo peci. pokoke akeh informasi sing asline mleset mas. becik ketitik olo ketoro, ngko bakal ono jamane kawulo ngerti sopo-sopo sing setan lan sopo-sopo sing konco"

bapak ini terlalu banyak bicara. ia berbicara banyak hal di sebuah warung umum, ia seperti tak mau tau jika tiba-tiba ada intel yang datang menyamar untuk mengorek informasi dari agenda forum petani. ah, tapi agaknya bapak ini tau bahwa intel indonesia terlalu pekok-pekok dan paling tak bisa menyamar. rambut gondrong, sepatu kulit jaket kulit dan jelana jeans. memakai kacamata hitam norak. mereka sebut itu pakaian preman. hahaha preman jaman sekarang saja tak suka jika gayanya disamakan intel yang gayanya payah.

pak sudah jangan banyak bicara. bapak harus bekerja. saya tak tau apa-apa pak. namun sekali lagi aku bungkam, karna aku memang benar-benar tak mengerti mengapa bapak ini bercerita tentang banyak hal.

"bukannya bapak berkata pki benar dan harus dibangkitkan lagi. bapak hanya kasihan melihat orang-orang yang sampai mengasingkan diri karna urip ning kota iku sulit sekali kalo kita eks-pki. padahal lebih banyak eks-koruptor yang lebih nggilani. pemerintah iku koyone wedinan. wedi banget yen ngadepi wong-wong kang njaluk keadilan. wedi marang liyan." bapak itu menambahkan dengan asap rokok yang tak berhenti keluar.

aku tersenyum. bapak ini pintar dan mengerti banyak hal..

"nggih pun mas kalo mas nggak mengerti. tapi saya tau mas ini mengerti, walalupun mungkin cuma sedikit. dari tadi mas senyam-senyum tok saya bingung mau ngomongapa. mas nggak kenal haji misbach ndak apa-apa, tapi kalo mas kenal "pki yang jahat" saya minta mas coba kaji ulang, apa benar pki dan gerwani gemar mengiris kontol para jendral. ada banyak hal yang disembunyikan mas dan jangan mudah percaya, termasuk karo aku iki mas, ojo percoyo wae, cobo goleki dewe, soale kabeh iku mung perang kekuasaan mas. mbiyen taun enem-limo enem-enem ribuan pki dibantai, sekarang semua heboh dan lupa, semua terfokus kepada aksi penculikan jendral oleh pki. dewe iki butuh keadilan informasi. pki salah, negoro juga salah. kabeh podo rebut kuwasa. hanacaraka datasawala padhajayanya magabathanga"

aku tersenyum. menunjukan bahwa aku simpati terhadap arguman bapak ini. bapak yang didepanku. yang sedang aku kira-kira bahwa dia adalah aktivis kaum tani.

dia mengambil uang dari kantongnya dan ia taruh di meja. uang yang tak lagi bagus. banyak noda tanah. banyak bekas yang dihasilkan dari ratusan tangan. uang itu mungkin sudah berpindah-pindah. seperti halnya kaki bapak itu. mungkin ia sudah berjalan di ladang yang basah dan rumput yang berembun. ia pun langsung meminum teh hangatnya. sembari menelan air yang berjalan pelan, ia matikan rokoknya.

"yu, iki duite ning kene yo yu, turnuwun" ia berdiri dan mebawa serta air yang ia gulungkan dengan karung kosong.

ia menolehku, tersenyum
"monggo mas.."
"ohnggih..monggo pak" aku tersenyum.

seperti kecewa bahwa percakapan mengambang tak jelas kemana akhirnya. seperti sedang ingin mendengarkan sebuah cerita yang biasa diceritakan simbah dulu. simbah, dulu ia sering bercerita sambil menynyikn lagu-lagu jawa. sedang apa simbah?apakah simbah ikut mendengar percakapan bapak tadi?ah simbah terlau asik bermain bersama bidadari..

ibu itu datang, ia menatapku. matanya seperti mengajaku untuk melihat tempat yang diduduiki bapak tadi. ia memonyongkan bibirnya pada tempat itu dan mengangkat tangan kanannya. ia miringkan jari telunjuknya tepat didepn jidatnya yang puith bersih.sebuah simbol. sebuah kode.

aku menarik nafas panjang.
dan tersenyum kepada ibu itu. akupun pergi setelah membayar dan berbasa-basi untuk sekedar tanya jalan ke arah jogja. ia bilang , aku hanya harus mengikuti jalan ini dan menuju arha magelang. akupun pergi.


kini aku kembali di sebuah dingin.
menatap gunung-gunung yang diselimuti kabut teduh. di temani gerimis kecil. daun-daun dan jalanan tampak basah dan begitu ramah. aku ingat tentang merbabu dan bromo yang riang mengajaku menikmati matahari. namun matahari tak kunjung sempurna untuk berkolaborasi dengan awan pagi. ia hnya menghasilkan segurat warna oranye,sedikit kecewa aku terus berjalan pulang.pagi ini awan begitu kelabu, namun gunung-gunung tampak begitu jelas dan seperti memanggil untuk didaki. hari ini apalagi yang lebih indah selain menikmati pagi di samping gunung-gunung yang ramah?

-IA-

Sabtu, 06 Oktober 2012

KEMATIAN

pramodya mati
dan dikubur dengan mereka yang percaya

ia diiringi sebuah lagu yang mengambang
Darah Juang

dan mahasiswa larut
mengingat aksi yang mungkin sejajar dengan puisi

dan nada-nada terlupakan

nanti,
saat aku mati
biarkan sang pagi bernyanyi
biarkan..biarkan..
jangan kau usik pagi
dengan sesuatu yang aku tak mengerti
antarlah aku dengan puisi
dan benyanyilah agar kalian mengerti
bahwa kematian
melebur tanya
menjadi sebuah pesta doa-doa

ia mempertemukan
nyanyian sumbang kehidupan
dengan irama-irama keabadian
melebur dalam satu tarian panjang pada sebuah festival
bernyanyi dan menghentakan kaki
menarilah, untuk merayakan
sebuah kata yang akan berhasil aku pahami nanti: KEHIDUPAN.

-IA, jogja ketika kopi tumpah dan gelas pecah.

Kamis, 04 Oktober 2012

Burung Kecil yang tak pernah berhenti menari

di sebuah senja yang manis
gula menjadi tawar
karna langit begitu anggun
untuk dirasakan.
aku lihat sesuatu yang kecil namun bersemangat
terbang dan berputar-putar
menemani sore yang diperkosa malam
bernyanyi dan menari
seakan
senja adalah nyanyian abadi
pengiring orgasme yang tak putus-putus.

-IA, Pekalongan, september 2012

Rabu, 03 Oktober 2012

Tentang Siang

kadang aku bertanya
kepada genting-genting tua
yang kusam dan menghitam
"kenapa Tuhan menciptakan siang?
sedangkan pagi terlalu cepat untuk dikagumi?"

genting paling ujung diam
kutatap yang lain
mereka juga diam

ah, genting-genting ini
sudah mati terhisap matahari
kering
terbanting siang

aku teringat akan lukisan warna-warni
visualisasi anak SD depan rumah
ia melukiskan tentang siang
siang yang bahagia
matahari yang tersenyum
dan bunga yang menari di samping sebuah pohon
klasik, budi dan bapak budi mencangkul sawah empat petak sambil tersenyum
dan ani bermain tali bersama gadis-gadis mungil
berambut ikal
apakah siang bisa dijinakan?

realita kadang menjadi
musuh terbesar imajinasi

karna

dalam imajinasi
yan tersisa
hanya rasa bahagia
dan lupa manusia lupa
akan luka-luka yang
ia buat sendiri

dan aku tetap menunggu
genting-genting tua
agar mau bercerita
dan memutuskan prasangka
aku ingin genting-genting tua berkata
 "nak, nikmatilah siangmu..
matahari terlalu anggun untuk dicaci maki"

-IA, jogja september 2012

Selasa, 02 Oktober 2012

Serial Pagi

PAGi 1

pagi adalah\sekumpulan warna
paling puitis
dengan warna-warna klasik
sublim dalam dingin
dan nyanyian burung kecil

sesaat aku lupa
betapa siang
akan menjadi sia-sia

pagi menawarkan
sebuah orkestra surga
kecil-kecilan
namun percayalah
pagi akan menjadi
hal yang akan kau rindukan
setelah mati

-IA , 29 september 2012,kotagede-

PAGI 2

embun bukan hanya
cerita tentang air
dan harapan

embun adalah
sekawanan perenung
yang berdialog
kepada sang pagi

ia adalah saksi
ketika hitam menjelma
menjadi warna-warna piyama
buru, oranye, kuning, dan..
entahlah
hanya sang pagi yang mampu menerjemahkan
puisi abadi
tentang malam
yang bergulir habis
tentang merapi
dan puncaknya
yang kugapai-gapai
namun tak sampai

disini, diatas atap
sebuah rumah yang kusewa
aku menatap gunung merapi
yang sedang merangkum doa
berharap
agar pagi selalu hidup lagi
 dan tak lekas mati

-IA, september 2012-

PAGI 3

pagi terlalu panjang untuk diterjemahkan. kadang seperti halnya gunung, pagi tak selalu berbicara tentang dingin. ia merangkum mimpi malam agar tak terhapus rutinitas siang. pagi tak selalu bercerita tentang kopi dan burung yang bernyanyi. kadang pagi mampu berkawan dengan sisa-sisa arak dua puluh ribuan dan suara isi perut yang dipaksa keluar. lalu, apalagi selain pagi yang mampu bertoleransi?

-I.A- september

Sebuah Cerita

tiga kali aku mencoba
membuat sebuah prosa
tentang budaya
tiga kali pula, prosa tak kunjung hadir
ia tersesatdi sebuah euforia besar-besaran
"buah hasil kebebasan coca-cola dan aqua"
itu kata seorang penyair
dua hari yang lalu.

penyair itu, sembari melemparkan botol-botol plastik ke muka pemirsa
ia berteriak
"budaya! budaya! kau lari kemana?"
"indonesia! indonesia! kau sembunyi dimana?"
"aku tak mengenal engkau, wahai indonesia"
"aku tersesat disebuah pabrik besar bernama, Pt. Indonesia!"
dan tak ada jawaban setelah itu..
walaupun ia berteriak
di sudut-sudut kota
barangkali budaya telah tuli
termakan kegalauan arak-arak mahal

lalu aku menyerah
karna tiba-tiba eyang semar muncul dan berkata
"budaya terlalu luas untuk diterjemahkan!"
dan akupun gagal membuat prosa tentang budaya
akupun mencoba membuat cerita tentang indonesia

aku cari sang indonesia ke selatan
dan ternyata yang kutemukan australia
aku kebarat, ternyata hanya ada amerika
aku ke utara, ternyata cuma cina, india, dan saudi arabia
aku ke timur, dan ternyata
aku tak menemukannya juga..

oh dimana kau indonesia?
aku mencoba mampir ke sekelompok
mahasiswa yang sedang asyik berdiskusi
aku bertanya, "bagaimana cara menemukan indonesia?"
dengan semangat mahasiswa itu menjawab,
"cintailah produk-produk indonesia! pakailah produk-produk indonesia..."
tapi tiba-tiba, petruk datang, jalan sempoyongan, muncul begitu saja, mirip eyang semar, iapun ikut berkata-kata
"ngomong opo tho koe? pakailah produk-produk indonesia?! lha agama yang kamu pakai semua itu kan agama hasil impor luar negeri?! iki yen eyang sabdopalon kalihan eyang noyogenggong nganti krungu bakal ngguyu kemekelen nganti ambyar!"
dan ia pun pergi setelah itu
mahasiswa itupun pergi membubarkan diri
aku diam
menihilkan suara
karna takut digebuki dan
diteriaki kafir, atau JIL..haha
apapula itu jil, pil nil, til...ahhh

ah,mungkin indonesia
hanyalah berisi sekumpulan tukang pentung
beda sedikit pentung
lain dari yang lain pentung!
mlenceng sedikit pentung!
owalah...
jangan-jangan, nanti aku juga bakal kena pentung?!
ambyar!

aku tidak bisa seperti al-hallaj
yang sebelum dipancung berkata:
"Tuhan, mereka semua berkumpul untuk membunuhku dalam semangat membela agamaMu dan ingin mencapai ridhaMu, maka dari itu ampunilah mereka Tuhan, Kasihanilah mereka.."
aku tak bisa sepertimu wahai al-hallaj

seandainya saja aku memang bakal mati dipentung
aku akan berkata
"Tuhan, pie iki? wajahku iku mpun ambyar Gusti, kok malah digawe tambah ambyar...pie thoo?"
hahaha dan Tuhan hanya akan menjawab
"nananina" seperti yang dikatan seorang penyair gila yang berbicara tentang percakapan adam dan hawa, kala itu, dijogja.

hah..aku tak mampu berprosa tentang indonesia
karna akupun tak tahu apa yang harus aku katakan kepadamu
katna akupun tak yakin bahwa kamu masih percaya bahwa ada satu negara yang benar-benar bernegara, yang bernama indonesia

karna kekerasan tak akan puitis
dan kebingungan hanya akan
menghasilkan lagu-lagu sendu
tersudut dalam ruang galau tanpa makna

aku menyerah..
puisiku bukanlah sabda yang akan membuat anak muda
kembali menikmati lakon bharatayudha

orang-orang terlanjur sakit dan takut
PARANOID
terinfeksi imajinasi pemilik modal
karna apalagi yang lebih menakutkan selain pasar televisi?

budayapun bungkam
dan indonesia hingga kini tak menuturkan kepadaku
betapa hebatnya ia dahulu
betapa kisah heroik tak kembali terucap untuk sebuah optimisme kekal
siapa yang mengerti benar siapa ajisaka?
siapa yang mengerti benar tentang perjalanan amongraga?
siapa yang tahu nama kakak dari kartini?yang lebih sakti dari surat-surat adiknya...

budaya bungkam
dan aku terpaksa berhenti bicara\karna cerita sudah habis
dan legenda hanya mati sia-sia
terkubur dalam konspirasi mitos
dan membusuk dalam perangkap dongeng-dongeng yang buruk
ah..kau pasti terlanjur bosan!

-IA-
jogja,setelah harga arak lokal mencapai duabelas ribu rupiah

Minggu, 30 September 2012

Perjalanan

perjalanan terlampau panjang untuk diselesaikan dgn nyanyian. Seperti hal nya pagi yang tak akan selesai dengan secangkir kopi,aku kembali ke titik dimana,sesuatu seperti tak kunjung jelas. Dan di titik ini, buku, tak lebih dari pohon-pohon tua yang lelah bercerita. Apakah perjalanan memang tak lebih dari dongeng panjang?

-IA-

Kamis, 27 September 2012

Tentang Kematian

kematian selalu berbicara tentang kehilangan. ia adalah sesuatu yang tak jelas untuk dicerna,namun ia pasti datang. pagi ini, seorang lelaki tua, dengan dagelan-dagelannya mungkin sedang bersandar sembari merokok dengan seseorang yang lain disana, disebuah tempat yang tak bisa kita cerna. kadang seperti angin, kematian adalah sebuah kebebasan yang paling rupawan. karna ia tak meninggalkan sebuah jeda untuk menampilkan tanya. kematian membuat yang hidup beropini dan merenung,meraba-raba sebuah zona yang tak terjangkau nalar.
 (untuk alm. pak gudel)

-IA-

Senin, 24 September 2012

Kebun Binatang

selalu saja ada
orang-orang yang
berhasrat untuk melihat binatang

manusia dilahirkan
dengan kemampuan
untuk selalu menatap cahaya dan menampik gelap
entah bintang dalam ruang gelap angkasa
entah harapan dalam keganasan rutinitas
entah manusia lainya
secara acak, manusia selalu berhasrat untuk melihat

dan tahukah kalian?
bahwa orang-orang buta
melihat sesuatu dengan lebih terperinci?
detail hingga titik paling mustahil
hingga hati yang paling dalam
mereka tau apa yang kau sembunyikan dan kau tampakan

siang ini terlalu panas untuk diterjemahkan
dan aku coba mengerti
suara-suara lain
yang berontak

kebun binatang di hari minggu
adalah samudra birahi visual
mereka saling menelanjangi
satu sama lain
tanpa lupa berkedip
mata menatap,
memeriksa cacat
dan sesuatu yang beda

aku terjebak dalam keramaian kolosal
semua tampak sama  dengan bawaannya
kebun binatang di hari minggu
adalah sebuah pesta mata
semua tampak sama
dan sejak dari dulu, selalu begitu
selalu saja ada rantan, payung dan kacamata hitam

kadang aku lebih tertarik dengan pohon-pohon disana
yang terlalu tinggi untuk ditangisi
pohon-pohon tua yang pandai bercerita
daun-daun lebat menghimpun bayangan hitam
menyembunyikan Cahaya
untuk siang agar menjadi tenang
 karna siapa yang mampu berhadapan dengan Cahaya?

anak-anak berlari
dan aku tetap menulis
tanpa mencoba menerjemahkan siang

sepertinya pesta tak akan pernah usai disini
mata tak pernah lelah untuk menelanjangi

-IA, gembiraloka, september 2012-

Sabtu, 30 Juni 2012

one email

apa yang membuat kunang-kunang melupakan cahaya?
malam yang lalu aku mendapat satu pesan, entah, mungkin puisi. puisi itu dikirim melalui email
dengan nama, senja

perubahan
adalah salah satu kata yang kita, manusia , tidak mengerti benar
apakah kita sedang berubah, sudah berubah, atau sama sekali tak berubah
kita hanya mengira dari perspektif yang sakit
apa indahnya gunung jika kau hanya bisa melihanya dari satu sisi awan, 
topografi mana yang menyajikan bias warna-warni matahari tebenam?

laron adalah pencari cahaya
ia tak suka kepekatan malam
laron mengejar apa saja yang bercahaya,
lampu kamar, lampu jalan, atau cahaya kecil di ujung gang
tapi, apakah ku kira laron menyukai malam yang terang?
apakah kau kira laron berharap menarik matahari untuk beredar di garis malam?
apa kau kira laron selalu ingin menarik matahari?

laron adalah pencari cahaya
ia tak suka diam dan tak berubah
ia tak mau diam di tempat pekat yang lembab
ia selalu mencari cahaya, tapi laron mengenal batas.
ia tahu bahwa
menarik matahari dimalam hari
sama saja mengajak malaikt langit untuk melucu 
didepan orang-orangan sawah.

dari: senja.
untukmu: gelap gulita

pernah kah aku pikirkan sebenarnya? bahwa perubahan-perubahan yang sedang aku kejar kadang seperti melucu didepan orang-orangan sawah? dimana sistem dan lingkungan yang memang buta tuli terhadap perubahan gerak dan laku. dimana sistem sudah impoten terhadap rangsangan-rangsangan. senja, teman dalam dunia maya itu, memberi satu pesan yang entah mengapa, bahwa kita tak mungkin menarik matahari untuk beredar di malam hari. mari kita mundur satu hari sebelum aku menerima pesan itu, seorang yang akan kau ketahui nanti pernah berkata tentang perubahan yang sebenarnya tak berubah

"dimana saat kau merasa melawan, dan mengambil arah mainstream, merasa berbeda dari yang lain, dan merasa berjalan di arah yang lain atau bertolak belakang dengan orang-orang lain, dan kau merasa itu benar-benar melawan, siapkan kepkaanmu, jangan-jangan kau malah sedang menjalankan kerangka rancangan sistem mereka yang sakit"

ia selalu mengolah kata-kata untuk susah dipahami.

semoga beberapa hari lagi aku bisa mendapat penjelasan tentang senja dan apa yang dikirimkn olehnya.

IA

wanita yang ingin jadi kaya

hari ini aku mendengar
bahwa wanita yang kurus itu sedang bercita-cita
untuk menjadi kaya
sukses dengan gelang emas ditangan kanan,
dan jika memungkinkan anting berlian
yang menyapa dengan kerlap-kerlip cahayanya

hari ini aku mendengar
bahwa wanita yang kurus itu
rela untuk makan nasi putih dan ikan asin
uang belanja ia sisakkan
ia simpan, dipendam agar kelak menjadi segunung
dan orang-orang melihat hartanya menjulang menembus awan

hari ini aku mendengar
bahwa wanita yang kurus itu
rela menahan keinginan anaknya untuk beli mainan
atau beli es krim seribu lima ratus rupiah yang baru saja lewat
ia menutup telinga ketika anaknya menangis
ia berharap agar anaknya cepat tumbuh dewasa dan dijejali dengan pengetahuan
bahwa kesuksesan itu adalah uang banyak
dan batu mulia bergantungan di tubuh
pating crentel
dan semoga anaknya cepat mengerti

hari ini aku mendengar
bahwa wanita yang kurus itu
rela diam di depan televisi
hiburan murah meriah, daripada ia harus repot-repot ke taman kota
melihat dangdut yang akan menghabiskan uang untuk beli gorengan
atau kacang rebus, atau es sirup seribu perak

hari ini aku aku tak hanya mendengar
ia muncul didepanku
aku melihatnya
wanita yang kurus dan memiliki senyum ganjil
di matanya tergantung sesuatu yang aneh
sepertinya bukan imajinasi
bukan juga harapan

sampai detik ini ku masih tak mengerti apa yang bergantung dimatanya
disenyumnya yang ganjil
di raut mukanya yang tertahan

aku coba menerka,
mungkinkah itu yang disebut ajal?
sepertinya dia sudah mati sejak ia ingin jadi kaya
lalu apa yang ada dihadapanku saat ini?

IA
sragen,01-07-2012


Selasa, 19 Juni 2012

Dialog bulkubulkubul

pada suatu pagi yang renta
aku terbangun, tertatih menuju pintu cahaya, yang entah berasal dari mana
mungkin lampu-lampu pasar malam lupa dimatikan pagi ini
atau mungkin sekumpulan kunang-kunang yang lupa pulang

aku keluar, mencari, meggapai nafsu keingintahuanku
dan tak hanya semburat cahaya yang entah apa
Tuhan?bukan..musa dan sinai tak mampu, apalagi aku
Tuhan mana yang bisa terlihat oleh mata belekan dan mulut bau iler?
Tuhan mana yang susah payah menungguku bangun dan berdiri di pintu seberang?
Tuhan mana yang mau menemuiku, yang kalian sebut tolol, atau malah najis mugholadhoh
hahaha aku yakin itu bukan Tuhan!

dan, tiba-tiba guntur menggelegar
angin meniup, kencang menerbangkan apa saja
celana dalam, celana luar, celana samping

dan disinilah cahaya itu menawarkan dialog-dialog

"APA YANG ENGKAU KETAHUI TENTANG TUHANMU?SEHINGGA KAU BERKATA 'INI BUKAN TUHAN, ITU TUHAN, ITU BUKAN TUHAN, INI TUHAN' SESUNGGUHNYA KAU TAK TAHU SEGALA SESUATU!"

aku ketakutan, menangis, bukan karna terharu, aku menangis karna aku kira aku sudah gila..suara tangisku tak terdengar, semua yang ada terserap, tanpa terkecuali, hnya aku dan celana dalam
dan celana luar, dan celana samping..

"siapa kamu?! jin jenis mana kamu?!aku tak ada urusan denganmu"

"URUSAN MANA YANG BISA LEPAS DARI KEPUTUSAN-KEPUTUSANNYA. AKU HANYALAH UTUSAN YANG DIPERINTAHKAN MENEMUIMU! BUKANKAH KAU MEMBUTUHKAN SESUATU YANG LEBIH? BUKAN KAH KAU INGIN TAHU SEGALA SESUATU SEPERTI MEREKA MENCARI INI-ITU YANG SEBENARNYA TAK AKAN MEREKA TEMUKAN SAMPAI KAPANPUN? ITU URUSANNYA! ITU KUASANYA! ITU RAHASIANYA!"

"sopoooo koe?! jangan ganggu aku, aku tak pernah menggangu kaum mu, aku tak pernah mengusik bangsa jin, setan, sundelbolong, dan wewe gombel, pergilah, pergilah, mataku sakit, mataku sakit! 

"SIAPA ENGKAU?! HINGGA MERASA MENGERTI INI SETAN, ITU SETAN DAN MENJATUHKAN FATWA-FATWA YANG KAU TAK BERHAK MEMENGELUARKANNYA! BUKANKAH KAU, UDIN, IZYUDIN, BODHI, ATAU BERPULUH NAMA YANG COBA MENYEMBUNYIKAN KE-AKU-ANMU SELALU MENCARI INI ITU, UNTUK BISA MENJAWAB INI ITU?!"

"ampuun..ampunn, aku tak pernah ingin tahu ini itu, aku tak pernah ingin tahu semua rahasia langit tujuh lapis, atau daratantujuh lapis, aku tak pernah ingin tahu tentang apa yang terjadi pada komunitas langit, apa yang terjadi pada bumi dan para penggerak nya rotasinya! aku hanya berjalan, dan mencoba mengikuti arah cahaya, aku mencoba bertanya, agar aku tak salah jalan, bukannya aku ingin membuka pusat informasi yang menyilaukan mata orang lain!ampuun, ampun jika aku sudah mengecewakan kaum para penjaga langit!

"SIAPA ENGKAU HINGGA MENUNJUK INI BAIK, ITU BAIK, INI DARI LANGIT, DAN ITU DARI LANGIT, INI MALAIKAT, DAN ITU MALAIKAT, SIAPA ENGKAU DIN?APAKAH KAU INGIN AKU MEMIMINTAKAN KEPADANYA AGAR KAU DIBERITAHU SEGALA SESUATU?DAN JANGAN MEMOHON AMPUN KEPADA SIAPAPUN YANG BERCAHAYA KECULI IA!YANG MEMILIKI SEGALA ESENSI CAHAYA!"

"jadi, kalau begitu sampaikan ampunku kepadaNya, dan aku hanyalah manusia. wong cilik sing ora ngerti opo-opo. aku adalah manusia yang selalu merindukan cakar kemarahan dan selendang kelembutaNya. aku hanya mencoba menggapai-gapai apa yang ada dimataku, didepan jalanku, aku tak menuduhmu setan, atau malaikat. aku hanya ingin menggapai penjelasn-penjelasa tentang apa yang ada didepan mataku, yang tepat ada di depan jari-jari kakiku,dijalanan yang entah tak ada siapa-sisapa ini. aku hanya ingin kau tergapai oleh penjelasan-penjelasan imaji ku, siapa kah kau?"

"APA KEUNTUNGMU MENGETAHUI NAMAKU?APAKAH KAU AKAN MERASA BANGGA DAN BERDIRI DI UJUNG TEBING DAN MENGAKU SEBAGAI SANG PENCERAH BARU YANG DIDATANGI OLEH SEBUAH CAHAYA, YANG KAU KIRA INI WAHYU UNTUKMU, TAPI BUKAN! AKU HANYA BERTUGAS MENGHIBURMU, DAN BERCAKAP-CAKAP DENGANMU! DAN KAU BELUM MENJAWAB PERTANYAANKU! APAKAH KAU MAU MENGETAHUI SEGALA SESUATU?"

"ampuuun, ampun, emoooh aku emoh..biarkan aku ada dijalan ini tanpa petaNya, biarkan aku tak tahu apa-apa, agar aku bisa selalu bertanya kepadaNya, agar aku bisa selalu menangis manja kepadaNya. aku tak mau kettika aku membawa peta, Ia tak mau memberiku petunjuk lagi karna aku sudah memiliki peta, aku tak mau ia diam dan menganggapku tahu kemana jalan yang tepat, aku lebih suka selalu ada di terkamannya, biarpun itu murkaNya sekalipun. aku tak ingin kau menjelaskna segala sesuatu yang bukan pada kapasitaskuwaha makhluk yang tak mengenal gelap"

"SIAPA ENGKAU HINGGA MERASA PALING TAHU TENTANG CAHAYA?TENTANG KEGELAPAN DAN SILAU SEMBURAT WARNA TERANGNYA?KENAPA KAU TAK MAU TAHU SEGALA SESUATU TAPI KAU MENCARI SEGALA SESUATU? APAKAH KAU ADALAH KAUM-KAUM YANG TERTIPU?"

"ampun, sampaikan ampunku kepada Sang Raja. kegelapan dan terang benderang adalah milikNya, kuasaNya. aku hanya menggapai kenyataan yang ditangkap indra mataku. yang mana kegelapan adalah sesuatu yang tak disusuri oleh partikel-partikel cahaya, yang mana terang benderang adalah sesuatu tanpa aling-aling, tanpa penghambat cahaya yang menghasilkan bayangan pada sisi lainya, terang benderang adalah kesempurnaan ruang pada penampungan cahaya. dan aku tak mencari segala sesuatu, aku hanya ingin berdialektika dengan sekitarku, aku hanya ingin mengenal dan menyapa semua yang aku lewati dijalan ini, aku tak ingin membawanya, memilikinya dan mengusainya, bukankah ada yang lebih Berkuasa atas segala sesuatu?biarkan aku diliputi rasa ketidak tahuanku, biarkan aku dikelilingi kebun tanda tanya, biarkan yang tahu segla sesuatu dan memberikan ku segala jawaban atas buih-buih pertanyaanku hanya Dia, yang Maha Tahu Segala Sesuatu"

"APA YANG KAU MAKSUD CAHAYA ITU SUNGGUH-SUNGGUH CAHYA? APA YANG KAU KIRA KEGELAPAN ITU ADALAH KEGELAPAN? APA YANG KAU KIRA BAYANGAN BENAR-BENAR BAYANGAN?"

"nuraniku berkata iya wahai makhluk yang bersembunyi dibalik KuasaNya!"

"APAKAH KAU KIRA JALANMU ITU, ILMU MU ITU SUDAH BENAR?"

"nuraniku berkata iya, untuk masalah penampilan, Ia lebih tahu. biarkan aku selalu tampak busuk, hancur lebur, agar Ia mengasihi aku dan tak mengacuhkanku"

"KENAPA KAU TAK MEMAKAI PAKAIN SOPAN, MENGAPA KAU TAK MENGIKUTI CARA-CARA PARA PENDAHULUMU YANG LEBIH TAU SEGALA SESUATU DARIPADA KAMU DIN?KENAPA KAMU MALAH SEPERTI ORANG GILA? MENGOTORI TUBUHMU DAENGAN SEGALA SESUATU!"

"sampaikan ampun pada Gusti yang Maha Agung, aku tak ingin dikira tahu segala sesuatu tentang urusanNya, aku tak mau dipandang tahu segala sesuatu tentangNya, biarkan! biarkan! biarkan aku berada di level paling hina bagi mata manusia lain, biarkan aku dianggap tak tahu apa-apa tentangNya, karna aku takuut..aku takut jika aku bisa menjerumuskan orang lain degan penampilanku aku tak mau orang tersesat dengan alam pikiranku ..biarkan aku menyendiri agar bis bermesraan dengaNya. sampaikan maafku kepada Sang Raja karna sudah mengotori pakaian pinjamanNya. segala keputusanny nanti kupasrahkan kepaada Sang Maha Adil"

"KENAPA TAK KAU MINTA SENDIRI AMPUNANMU?BUKANKAH KAU PERCAYA BAHWA IA MAHA MENDENGAR SEGALA SESUATU. IA MAHA MELIHAT SEGALA SESUATU, KARNA SEJATINYA TAK ADA SEGALA SESUATU YANG LEPAS DARI NYA"

"sudah pakdhe, aku sudah minta ampun, tapi siapa tahu njenengan bisa membantu memberi penjelas kepadaNya tentang kesungguhanku meminta maaf dan ampun"

"BETAPA BELUM MENGERTINYA KAMU TENTANG IA! TAK ADA YANG MAMPU MEMBERI PENJELASAN KEPADA YANG MAHA JELAS! TAK ADA YANG MEBERI PENGETAHUAN KEPADA YANG MAHA TAHU! TAK ADA YANG BISA MENIPU YANG MAHA MENDENGAR DAN MELIHAT SEGALA SESUATU!  BAHKAN KEINGINANMU YANG BELUM SEMPAT TERPIKIRKAN OLEHMU, IA SUDAH TAHU DIN !"

"ampun.ampun, mafkan aku, jangan pakdhe ikut marah..santai pakdhe, santai hehehe ampun"

"TAK MAUKAH KAU MENGUBAH PENAMPILANMU?MAUKAH KAU DIBERI KEAJIABAN AGAR BERPENAMPILAN SEPERTI ORANG-ORANG TERDAHULUMU YANG TAHU LEBIH DARI KAMU DIN?"

"tidak..tidaaaak! jangan kau rubah aku, aku tak mau orang menganggapku bisa segala sesuatu lantas meraka ikut memboncengku yang mungkin sedang menuju raden Malik yang menjaga pintu menyeramkan itu, aku tak tega orang-orang ikut memboncengku menuju api-api, aku tak mau orang percaya kepada apa yang aku lakukan, aku tak kuasa memberi mereka panutan. biarkan aku berada pada tubuhku yang hina ini, atau bahkan sedang bekembang menjadi lebih hina"

"SIAPA KAMU, HINGGA MERASA PALING TAHU AKHIR DARI TUJUANMU NANTI?"

"aku serahkan hasil akhir, rapor ku, pada Maha Guru. bolehkah aku bertanya sesuatu?siapakah kamu?"

"TAK USAH KAU INGIN TAHU SEGALA SESUATU YANG BUKAN KUASAMU! DAN JANGANLAH MERASA INGIN TAHU SEGALA SESUATU, UBAH TAG LINE BLOGMU ITU DIN!JANGAN MERASA INGIN TAHU, BIARKAN ITU MENGALIR, JANGAN KAU RAIH SEMUA, OTAKMU TAK MAMPU! BIARKAN KAMU BERJALAN RINGAN TAK MEMBAWA BEBAN PIKIRAN, KARNA SEGALA SESUATU SUDAH KAU GANTUNGKAN KEPADANYA. BIARKAN IA SAJA YANG MAHA TAHU SEGALA SESUATU. TUGASMU HANYA BERJALAN PADA JALANMU, TANPA HARUS MENYIKUT ORANG LAIN, TANPA HARUS MERAMPOK BUAH-BUHAN DIJALAN. KAU HANYA PERLU MENYINGKIRKAN KERIKIL-KERIKIL KECIL, BATU-BATU YANG MASUK AKAL UNTUK KAU PINDAHKAN, HALANGAN YANG TAK MENGGANGU JALAN ORANG LAIN DAN JIKA DIDEPANMU ADA GUNUNG BESAR, JANGAN KAU LEDAKAN! JANGAN KAU BELAH! JANGAN KAU ANGAT, BERPUTARLAH MENCARI JALAN LAIN. KARNA DIDALAM GUNUNG TERDAPA BANYAK SESUATU YANG BUKAN DALAM KUASAMU! DAN INGAT, KAMU HANYA BOLEH MENERIMA BUAH PEMBERIAN ORANG, TAPI JANGAN KAU COBA-COBA MENCURINYA. KAMU BOLEH SESEKALI BERHENTI UNTUK MENANAM POHON AGAR BISA MEMETIK BUAHMU SENDIRI DAN KAU BAGIKAN BAGI ORANG-ORANG YANG ADA. TAPI JANGAN SEKALI-KALI KAMU MENCURI BUAH ORANG LAIN, JANGAN MEMAKSA INGIN TAHU, JANGAN INGIN MENGUASAI APAPUN YANG BUKAN DALAM KUASAMU!!"

suara akhirnya menggema, memantul kesegala sesuatu.
lalu semua hening, cahaya meredup. mati kemudian menyala. nyala kemudian mati. dan akhirnya berkedip-kedip.

kuberanikan untuk menuju pintu yang pelan-pelan ditinggalkan cahaya. ketika aku masuk..

bum!

aku seperti terbanting dari lanti tujuh, dan mataku membuka. aku bermimpi.
khayalan, imjinasi, mimpi? apakah maksud semua ini? 
aku membuka mataku, mencoba mengingat sesuatu.

aku mencoba merentangkan pandanganku, siapa tahu ada sisa-sisa mimpi yang tertinggal

dan..disudut kamar, dia, sosok yang akan kau kenali nanti, masih hanyut dalam nyanyiaanya
ia membacakan pucung pada serat wedatama dengan penghayatan yang mengerikan
membat bulu kudukmu berdiri jika mendengarnya waktu itu

ia menatapku
ia tersnyum..lalu ia berkata
"capat mandi, hari ini kamu ujian fotografi!"

handukpun ia lemparkan tepat pada mukaku...

-IA
jogja20.06.2012-

Rabu, 06 Juni 2012

apa kabar puisi?

apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


hari-hariku di rampas penolakan demi penolakan. imajinasiku dibungkus kain hitam. entah berapa orang lagi yang memberikan aku ceramah moral. mereka menggunjingku dari belakang, dan mengatakan "anak itu tak bermoral, lihat badan nya, lusuh dan urakkan!". atau akhir-akhiri ini aku ditampar oleh kenyataan yang sering mereka ucapkan "lihat anak itu, agamanya itu kok jalan hidupnya kayak gitu! apa pantas orang beragama seperti itu?!". atau yang lain, atau yang lain. yang semuanya adalah prasangka. dan aku ucapkan terimakasih yang besar karna aku yakin, prasangka juga merupakan bentuk cinta, walaupun dalam rupa yang berbeda. terimakasih.




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


hari ini aku katakan kepada mu. aku bukan imam untuk dirimu, apalagi untuk mereka. betapa tak beraninya aku menyandang status layak menjadi imam. aku tak mau seperti orang-orang yang memaksa.banyak orang yang tak pantas memimpin tapi tetep mekso mimpin, banyak orang yang tak pantas ngimam tapi mekso ngimam. dan apa yang pantas dalam tubuhku sehingga kalian bisa menerimaku? apa yang pantas dari tubuhku, dari badan luarku sehingga sistem harus repot-repot menerimaku? aku tak pantas untuk sistem kalian, aku tak pantas hadir dalam moral yang kalian kibas-kibaskan setiap hari. biarlah. biarlah...biarlah Tuhan saja yang menerimaku, biarkan Tuhan saja yang mengasihi aku, melihatku, menyayangiku dalam murkaNya dan menciumku dengan siksaNya. kupasrahkan tiap jiwaku untuk keputusanNya.




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


aku bukanlah mahasiswa. kaum intelektual. budayawan. apalagi dermawan. aku bukan pemimpinmu. aku adalah pemimpin atas diriku. aku bukan gurumu, aku adalah guru atas diriku. maka berilah aku sedikit ruang dalam hatimu, walaupun dalam bentuk kebencian. agar aku bisa membelaimu setiap saat, agar aku bisa mengabdikan diriku walau dalam bentuk paling remeh temeh untukmu. aku tak bisa memeberi tahumu segala sesuatu, karna akupun tak tahu segala sesuatu. biarlah kugantungan pengetahuan dan penjelasan-penjelasan oleh segala sesuatu kepada Nya. Yang Maha Tahu atas tiap-tiap keadaan di tujuh lapisan langit, tujuh lapisan bumi dan semua keadaanya. biarlah aku bercinta dengan kebodohanku, kesesatanku, jangan kau ikuti aku dari belakang, carilah jalanmu sendiri, agar kamu tak berpelukan denganku saat di neraka nanti. surga dan nereka ku sudah kupasrahkan penuh kepadaNya Yang Maha Berwenang. Tuhan dari pencipta sanghyang wenang. kepadaNya aku gantungkan segala sesuatu.




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


hari-hariku disita, dan dicuri. entah oleh siapa. entah nuri, entah rutinitas, atau mungkin tersedot habis oleh tabung televisi. aku menemui puncak putus asa dimana kebenaran yang aku kira sejati luluh lantak. porak poranda dan badai kegalauan benar salah menyerangku. hujan lebatnya menyibakan debu-debu tebal. dan di ujung sana, dijalan yang memang harus aku lalui meski harus memutar seribu gunung, menampakan cahaya. ia berasal dari nurani. ia terpantul oleh besarnya cahaya para kekasihNya.


apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


kalian aggap aku pesakitan. atau preman, atau maling, atau gali kecil, atau seniman gadungan, atau apapun itu. kalian tenggelamkan aku dalam budaya pop kosakata. kalian golong-golongkan aku, kalian kotak-kotakan aku. dan kalian mencuri hakNya, yang sampai matipun sebenarnya kalian sedang ditertawakan oleh malaikatNya karna sedang melucu. kalian pikir kuasaNya ada ditangan kalian, bukankah tiada hak untuk kalian untuk mengkotak-kotakan aku, kami dan mereka? bukankah tiada hak untukmu untuk mengatur balasan akhirat, surga-neraka, dan apa-apa yang akan menimpaku? aku dan kamu tidak mengetahui segala sesuatu, dan untuk apa aku mengganutngkan keputusan-keputusanku kepada keputusanmu? kepada penggolanganmu? hanya Dia yang meliki hak atas segalanya, atas segala kebenaran dan pengetahuan. lalu biarlah aku berteriak didepanNya, biarlah aku berlari dengan luka dikaki untuk menemuiNya, biarlah..biarlah aku pasrahkan diriku pada api murkaNya. murka, siksa, dan cobaan-cobaanya adalah cinta dalam bentuk yang diluar kepala kita. kasih sayangnya tak terjangkau oleh alam pikiran kita...


apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


aku menggantungkan segala sesuatu bukan kepadamu, bukan kepada kaum-kaum inteletual atau religius yang mengkotak-kotakanku, menggollong-golongkanku.
aku menggantungkan segala sesuatu kepada Ia yang memiliki pagi, matahari terbit dan kabut tipis di pelataran merapi-merbabu. aku menggantungkan segala sesuatu kepada Ia yang memiliki ombak laut selatan, dan semua yang ada di bumi ini...




apa kabar puisi?
apa kabar dua tiga kata yang tak membosankan jika dibaca berulang?


aku menantimu wahai Sang Maha Pujangga Agung. aku menanti prosa-prosaMu, agar plastik hitam yang menyingkap segala sesuatu di sampingku hilang diterkam kasih sayangMu.


-IA-


(jogja,07-0602012)

Lepaskan...jangan terjebak!


Dalam sebuah perjalanan pulang untuk ketemu orang-orang yang mau ikut membangun RUMAH HUJAN aku bertemu dua sosok yang wajahnya mirip wiji thukul! Ya..memang aku ndak pernah liat wajah pak wiji itu, tapi di buku atau internet aku punya pandangan tentang gestur mukanya hmm, atau obsesiku saja yang berlebihan? Orang yang pertama adalah seorang supir travel gila yang aku tumpangi. Dengan trevel tua dan bercat pudar dia gaspol teruuus jogja pekalongan tanpa tarik nafas mungkin. Yang kedua ada di warung, sosok itu, yang mirip pak wiji, memkai baju superman! Di senyum-senyum ngeliat dangdutan yang diadain empunya warung. Entah, kenapa, aku tiba-tiba menuliskan cerita ini. Sebuah cerita yang sebenarnya nggak ada hubunganya sama sekali dengan tulisanku. Mungkin dua sosok itu jadi pengingatku yang hampir-hampir lupa dengan perjuangan-perjuang pak wiji, semoga kalian yang terus berjuang tak lupa dengan yang pak wiji tempuh...dan untuk pak wiji, kita rindu bapak dalam fisik, maupun dalam sajak...hmmmm
Beberapa hari ini aku benar-benar digilakan oleh tuntutan yang tak habis-habis. Dan tahukah kalian? Disela-sela kegilaan yang sedang aku jalani, sosok itu, yang akan kau temui nanti lebih sering menampakan diri! Ya dia memang bukan genderuwo, tapi kehadiranya menyeramkan, ia bisa datang begitu saja (jangan bayangkan dia bisa menghilang!). dan terserah kalian bagaimana menyikapi tulisan-tulisan ini. Karna fakta tidak bisa membuat kalian percaya lagi. Dan apa yang kalian percaya sekarang ini hanyalah imaji-imaji yang bisa memperluas kekuasaan.
Kalau ndak salah waktu itu hari rabu malam. Rabu adalah hari yang cukup menyita keringat. Aku terpaku oleh rutinitas dari jam delapan pagi sampai jam enam sore! Dan malamnya melanjutkan apa yang tak bisa diselesaikan sore! Hahaha homunculus-ku pasti lebih sering pingsan pada hari rabu, karna akut ak mendengar kebisingan-kebisingan di hari ini. Saat itu, rabu malam, dan aku duduk di depan nasi kucing, tempe bakar, dan jeruk anget. Didepanku ada bapak-bapak paruh baya. Satu memakai jaket kulit, satu memakai kaos polo lusuh dan disamping kerahny ada lubang kecil, dari lubang itu, kulit coklat legam mengkilat tampak mengintip. Entah salah apa aku, atau mungkin dari awal mereka sudah curiga aku ikut mendengar percakapan mereka, bapak yang memakai jaket kulit bertanya.
Aku terjemahkan ke bahasa indonesia, biar ndak nulis terlalu banyaak (trnyata nulis jawa-indo-jawa-indo terus itu capek bung!)
“dek, dulu pernah dapet pelajaran bahasa jawa?”
“pernah lah pak, kenapa pak? Njenengan guru bahasa jawa ya hehe?” aku malah cengar-cengir kurang ajar

“bukan..adek pernah dengar kata ajining diri saka lathi ajining raga saka busana  agama agemaning diri?”

“pernah pak, sd saya malah nulis itu di kertas asturo buat ditempel dikelas pak”

Bapak yang memakai jaket kulit diam untuk meminum kopinya, dan bapak satunya, dengan wajah berkeringat menggntikan peran rekannya yang masih minum kopi

“adek tahu artinya?”

“hahaha ndak pak, saya tahunya bahasa indonesianya tok pak, kalau artinya ndak paham, bapak mau kasih tahu saya?”

Bapak dengan baju polo lusuh itu menghisap kreteknya, kemudian tertawa, entah kenapa

“hahaha bapak ini Cuma tukang becak dek, tapi semalam waktu bapak pergi ke musola di kampung bapak ada orang tua, orang sepuh, dia duduk di di latar sama bapak habis sholat isya..dia bilang: mas orang-orang kota itu lucu ya, mereka tahu tentang agama agemaning diri ndak tho? Kok banyak sekali orang yang merasa berpakaian ternyata telanjang bulat, dan orang telanjang kok ternyata berpakaian”

“terus bapak ngomong apa?”

“ya saya Cuma cengengesan  dek hahha orang saya ini ndak tahu apa-apa. Tapi kalo buat saya ya yang penting kelakuan kitanya dek, terserah mau pakai pakian apa. Toh Gusti Alloh itu ndak liat dari pakain kita, tapi dari kelakuan kita setelah memakai pakaian mas. Ndak patut juga sih dek kalo kita mau bantu orang tapi telanjang, anunya gondal-gandul hahaha”

Tawa di gerobak angkring pecah...

“iya..yang penting kan lakunya mas, bukan seragam atau pakaiannya”

Tiba-tiba bapak dengan jaket kulit itu ikut berbicara lagi. Mungkin ia sudah bosan dengan kepulan kopi, yang panasnya tak kunjung reda.

Dan akupun pulang, setelah melewati beberapa pembicaraan penting. Ditangan, kutenteng plastik hitam yang isinya penuh, rencanaku waktu itu untuk nonton film-film baru, dan samapai dirumah...dia, sosok yang akan kau ketahui nanti itu sudah muncul dengan kretek menyala ditangannya.

“darimana?”
 Ia bertanya dingin, hampir-hampir seperti polisi yang mengajukan pertanyaan di ruang introgasi..

“beli makanan, kamu ini tahu wae yo waktu yang pas...sial, ini gorengan, kita makan bareng-bareng”

Setelah kopi hitam kental dan gorengan tersiap, aku hapus dengan kecewa yang masih tersisa acara nonton film-film baru (atau biru)

“kamu ini masih buat lingkar diskusi?”
Lagi-lagi ia bernada seperti polisi, hmm...aku ndak pernah ada di posisi tersangka yang diintrogasi polisi dengan rokok disulutkan dikulit, aku hanya meniru apa yang televisi beri. Bukankah televisi sudah banyak mencuri peran imajinasimu?

“iya, ya masih kecil kok, Cuma dua tiga orang, belum bisa membentuk lingkaran lah kalo buat duduk haha”

“malah cengangas-cengenges! Kamu pikir dengan berdiskusi itu kamu bisa menyelesaikan ini itu?! Masalah itu kamu jalani, bukan kamu bicaraka!”

“tapi bagaimana aku bisa menjalani kalo saya ndak paham, saya bentuk diskusi agar setidaknya paham”

“ya maksudmu itu bagus, tapi tahukah kamu?pernahkah kamu dengar kata-kata, bahwa cocot iku seje ceker su! Betapa kata asu disitu menegaskan kita, bahwa kita yang masih Cuma gonggong itu belum bisa dikatan sudah menangkap maling, apakah kamu tidak tahu bahwa banyak maling sekarang yang budeg atau sekedar memakai penutup telinga, maling-maling sekarang ini kebal suara, kamu harus berjalan dan menerkam, baru kamu bisa dibilang anjing penjaga. Itu kalo kita sebagai posisi anjing, nah kalo kita ini merasa manusia yang jangan Cuma berdiskusi, ingat, awan tak akan mengubah haluanya hanya karna kita menyanyikan lagu sendu, kamu perlu melakukan aksi langsung, agar awan mau berkumpul membentuk mendung lalu memanggil hujan”

Aku tak paham apa yang ia ucapkan. Aku tak mengerti...aku pun ingin menghentakan protes, berontak barangkali

“awan mana yang bisa diatur oleh manusia, aksi seperti apa yang bisa dilakukan oleh manusia?manusia hanya bisa membicarakan awan, dan berharap agar ia mau mengikuti lagu-lagu sendu kita”

“hahaha..kamu ini sudah jadi orang kota kebanyakan, yang tak percaya dengan keajaiban-keajaibn! Apa kamu kira setiap jalan yang kamu tempuh, pilihan-pilihan yang kamu gunakan itu ndak berpengaruh buat alam? Apa kamu kira harmoni kamu itu Cuma diseputaran lingkungan manusia? Tahukah kamu tentang teori yang orang barat katakan sebagai chaos theory? Kita ini ndak tahu apa-apa, kita ndak bisa mengatur langkah-langkah alam, baik yang tampak dan besar apalagi yang kecil tak kasat mata. Kita ini maha tak mengetahui apa-apa. Setiap langkah dan jalan yang kita pilih pasti memiliki dampak. Ingat dan garis bawahi, yang akan berdampak hanya yang sudah berlaku, langkah, bukan hanya pembicaraan panjang atau buah pikiran!”

Aku merasa dikebiri, apakah lingkar diskusi ku ini benar-benar tak berati dimatanya? Dia menarik dalam-dalam kreteknya..dan menyambung lagi..

“dengarlah ini, lingkar diskusi mu itu adalah sumber mata air, yang harus dijaga benar-benar. Jangan sampai kemasukan racun! Dari sumbermu itu akan mengalir, dan mengalir. Lalu dikonsumsi banyak manusia lain. Jangan sampai kalian mempermainkan ilmu pengetahuan! Aku ragu, apakah kamu ini benar-benar sudah tahu tentang konsep ilmu pengetahuan?”

“belum..apakah untuk pengetahuan saja aku perlu konsep?”

“hahaha memang, konsep dan teori itu juga buah pikiran, masih cocot tok, tapi kamu perlu tau arti dari kata tau Tau itu ndak ada batasnya. Bahkan jik kamu ndak tahu itu berarti kamu masih tahu. Tahu bahwa kamu ndak tahu. Nah manusia kebanyakan ini merasa tahu segalanya, dan ia merasa pengetahuanyalah yang paling benar. Jangan sampai kamu menghasilkan orang-orang seperti itu di diskusimu! Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang tertipu! Kamu tak bisa mengetahui segalanya. Dan jangan harap untuk bisa tahu segalanya. Setelah kau tahu segalanya kau akan jauh  denganNya. Dia yang Maha Tahu enggan memberi tahu padamu sesuatu karna kamu sudah merasa tahu akan segala sesuatu, padahal kamu ndak tahu tentang segala sesuatu, apakah kamu mau menciptakan orang-orang yang jauh dan buta tuli kepada Tuhan Yang Maha Tahu. Sang Hyang Segalanaya”

Aku diam. Untuk menghentakan nafas saja berat sekali, aku tak bisa berontak. Kubangun sedikit demi sedikit energiku, untuk membela apa yang aku bangun..

“tapi lingkar diskusiku ini hanya membicarakan aksi-aksi yang kita ambil, agar aksi yang kita ambil masih berkesinambungan dangan konsep-konsep yang kita rancang dan tidak keluar jalur, hanya itu..”

Dia tertawa dan batuk sesekali. Kreteknya terlalu dalam ia hisap...

ya, itu dari kamu, apa kamu kira semua orang di diskusi itu gobloknya sama dengan level goblok dan pekokmu? Apa kamu kira level kelicikan mereka ini sama dengan kelicikan mu?apa kamu kira kecerdikan mereka ini ndak lebih tinggi dari kamu?sehingga mereka ndak mungkin menipu daya niat lugu mu yang masih kacau balau itu?”

Saya berontak..

“saya percaya dengan mereka! Walaupun masih banyak yang Cuma bermulut besar, tapi biarlah, itu bisa menjadi acuan mereka untuk jadi lebih baik kok! Daripada kamu nyela terus apa yang tak lakuin, ceker mu sendiri sudah sampai mana?”

Dia menatapku tajam..mampus.

“hahaha! Cekerku ini ndak perlu kamu tahu sampai mana, cekerku ini tak sembunyiin, saya ndak suka orang melihat jejak-jejak kaki yang saya buat. Bukankah jejak kaki itu menunjukan eksistensi kita? Seandainya kamu benar-benar tulus, berjalanlah seperti hantu, jika kamu sulit jadi malaikat. Jangan sampai meninggalkan jejak untuk setiap kebaikanmu. Tapi biarlah, menjadi hantu atau malaikat itu terlalu sulit untuk orang-orang kota yang tak percaya dengan hal-hal tak kasat mata. Orang-orang membutuhkan hal fisik, data, dan bukti tersentuh. Mereka sudah menihilkan hal-hal tak kasat mata, kekuatan alam, atau apapun yang tak berwujud. Karna orang-orang sekarang ini suka memperlihatkan apa-apa yang ia lakukan. Ya mereka semua dan kamu ini termasuk pemuja fisik. Kamu mau orang lain melihat kerja kerasmu, untuk apa? Kamu mendustai dirimu sendiri!”

Aku mengelak waktu itu
“sudahlah, jangn terus mebunuh alam pikiranku!”

“orang kira mereka ini tulus kerja buat oganisasi sosial, padahal mereka mau dipandangan berbakti dn berguna. Orang rela mati syahid hanya untuk dianggap pahlawan, orang jadi dermawan hanya untuk memberi thu bahwa ia suka membagikan harta. Tapi biarlah, aku tak masalah juga dengan niat-niat busuk dibalik kebaikan. Asalkan kebaikan itu benar-benar dilksanakan, biar Tuhanyng menentukan. Tapi kamu? Apa kamu ndak khawatir nanti lingkar diskusimu itu Cuma terjebak di alam pikiran?kamu ndak bisa merubah sistem hannya dengan cara berpikir keras siang dan malam, kamu butuh turun lapangan dan mengganti sistemmu sendiri”

Aku semakin tak tahu dan merasa dihina. Bahkan ketika aku tak tahu sesuatu aku merasa dihina, betapa cepatny aku mengambil keputusan setiap hari...

“sudahlah, mendingan kita habisin gorengan ini, aku ndak mau kasih kamu banyak-banyak hari ini, ayo bsana buatkan aku teh hangat”

Seperti terhipnotis, kala itu aku pergi dan membuat teh hangat, dua gelas.lalu duduk diam melewatkan tempe dan pisang goreng yang habis disambar sosok itu..ia pun pergi. Dn aku sendiri dengan kebingungan-kebingunganku..

Sekarang aku sudah didepan komputer, merancang postingan blog dan artikel untuk zine minggu ini, tapi..semua itu hilang, dan aku menjadi paranoid. Aku takut jika aku jadi sosok yang hanya memakai cocot tok. Memakai mulut tok untuk mengatasi semua masalah, aku takut aku terjebak dalam alam pikiranku..

Tiba-tiba telponku berdering, dia, yang akan kau ketahui nanti mengirim pesan pendek..

“lepaskan, lepaskan semua hal yang memberatkanmu, taruh disakumu untuk sementara, kau urai lagi nanti saat waktunya tepat, jika memang kamu harus berjalan, berjalanlah, jangan sampai terjebak dalam alam pikiran. Berjalan dan uraikan hal-hal tadi dalam perjalananmu, jagan terjebak dalam alam pikiran, jangan terjebak dalam kerang-kerangka pikiran,lepaskan dan urai lagi nanti”

Aku pun berhenti menulis...dan membuat teh hangat dengan sedikit perasan jeruk nipis..aku keluar memandangi langit yang biru,jingga,oren ,gelap dan entah warna apa lagi..ternyata ini sudah pagi..dan aku belum menulis sesuatu, biarlah, aku tak ingit terpaku untuk selalu menulis, lepaskan, dan jangan terjebak kerangkan pikiran dan rutinitas yang membunuh perlahan..

jika pikiranku terlalu keras, lidahku terlalu kotak, maka imajinasiku terbungkus plastik hitam tebal. saat-saat seperti itulah aku tak bisa menulis. karna sesuatu dariku telah dicuri entah oleh siapa. entah burung nuri, entah rutinitas, atau diam-diam tersedot televisi...

-IA-

Kamis, 24 Mei 2012

Ilmu Jare

kalo anda tanya saya bagaimana cara menjadi ini, menjadi itu, bagaimana menemukan hasil seperti ini, seperti itu kok rasanya anda ini makhluk mubazir. untuk apa tangan, kaki, mata, otak, telingan, dan solar plexus di tempelin ke tubuhmu? ndak usah banyak tanya, wong jawabanya juga ndak mesti bener, mending kamu jalanin dulu, kamu cari sendiri dulu, itu ilmu yang paling nyata, bukan "ilmu jare"....


sebuah kalimat yang berhasil di tamparkan ke mukaku dua jam yang lalu.
siapa lagi kalo bukan, dia, sosok yang akan kau kenal nanti.


aku sedang bertanya waktu itu, bagaimana agar kita menjadi orang yang kuat menjalani cobaan. aku tak sedang bertanya bagaimana cara agar jadi sakti mandraguna. sosok yang kukenal itu adalah seorang yang sakti. ia selalu ada tiba-tiba disaat aku sangat tidak membutuhkanya! dan dia akan selalu menghilang ketika aku mencarinya, menggapainya. dia bukan makhluk gaib, bukan benda astral, apalagi metafisik! dia nyata, hanya saja ia bisa datang dan pergi tiba-tiba. sesuka hatinya. terserah, kalian percaya atau tidak. 

"ketika kita tak memiliki ilmu jare (ilmu katanya, kata si ini begini, kata si itu begitu) apa yang jadi patokan kita untuk menentukan berhasil atau ndak?sudah sampai apa belum?"

aku meneruskan pertanyaanku. aku tak mengerti kenapa dia menyebutku makhluk mubazir?!

"hahaha mungkin kamu ini bener-bener wong mubazir. kamu kira apa yang ada di tubuhmu itu barang rongsok semua apa? apa kamu kira otaku lebih bagus dari otakmu? apa kamu kira solar plexus mu tak lebih peka dari punyaku? apa kamu kira Gusti itu ngasih kekamu barang-brang dari barkas? ilmu jare itu ya harus kamu dengar dulu setidaknya, tapi bukan kamu yakini. ilmu jare ada untuk jadi pedoman kamu menemukan teori baru, rumusan baru, formula baru!"

aku diam. melongo dan sangat merasa gobol. 

"lalu apakah aku harus trabas kiri kanan, ndak pedulikan kanan kiri? apa aku harus rubuhkan apa-apa yang ada didepanku, masa bodoh dengan jare-jare mereka?"

dia menatapku, alisnya dinaikan, tajam. lalu tawanya mencair

"hihihi hhhhihhh kamu itu ndak tahu yang namanya harmoni? kalo kamu trabas tok itu namanya gembagus! yang dimaksud laku tanpa jare, itu ya kamu lakukan sendiri, kamu jalani sendiri apa yang ingin kamu cari, kamu gapai, dengan melihat peta-peta jare. ndak masalah kok kamu ndak ikutin arah jare-jare tadi. asal kamu masih dijalan, ndak nyemplung kali ya ndak papa, nanti yang capek kan kamu sendiri! ilmu jare bukan untuk kamu percayai total! tapi cuma sebagai pedoman paling kecil, selebihnya kamu tentukan sendiri, baik buruknya kan bisa kamu timbang dengan mengasah kepekaanmu dengan harmoni!"

aku mulai sedikit mengerti. pengertianku mulai muncul, walaupun masih temaram. walaupun masih samar-samar tak karuan.

"jadi apa kesimpulanya? apa berarti aku harus melupakan semua nasihatmu? apa aku harus melupakan semua kata-kata orang?"

dia tertawa keras sekali. aku serba salah dimatanya.

"lhah kamu ini jadi orang kok lucu. kamu tanya nasihatku untuk melupakan nasihat-nasihatku? sontoloyo. sudah, semua itu yang penting kamu bisa tahu batas, peka dengan harmoni kanan-kirimu. ilmu jare itu cuma sebagian ilmu kecil kok. ndak usah dibikin repot. kamu ndak boleh percaya sesuatu dengan berlebih, tapi kamu juga ndak boleh nggak percayaan. kembali ke harmoni tadi. perluaslah cakrawalamu!"

aku rasa, ia sedang memaki kebodohanku didalam hatinya.

"jadi itu kesimpulanya?"

dia menatapku

"oalah asu tenan koe iki, kalo untuk kesimpulan saja kamu masih tanya aku? kenapa kamu ndak buat patung wajahku? kamu sembah dan kasih buah-buahan tiap sore? kesimpulan itu ya dateng dari kamu! kok kamu percya banget sama keputusan-keputusanku?! percaya nuranimu itu lho, kamu obrak-abrik hatimu, benahin nafsumu, bersihin nurani, itu bisa dipercaya kok, ndak usah lagi-lagi tanya kesimpulan sama aku! sontoloyo! cari kesimpulan sendiri, cari jawabn sendiri, itulah ilmu sejati, kalo kamu masih tanya kesimpulan dari aku, itu lak podo wae koe seh ngasah ilmu jare! sudah pusing aku kalo ngobrol sama kamu, tak pulang ya...!"

oalah, dia pergi begitu saja. dia menggantungkan apa yang dia beri. ndak senyum ndak apa, malah pergi begitu saja. dia pake sandalku lagi. jancuk!

hah, kutinggalkan teras, dan masuk, memutar keran kamar mandi. mulepas baju. dan mulai membasahi diri.
dan aku sadar, aku tahu hakikat air itu dingin, bukan kata dia dingin. aku tahu cabe itu pedes bukan karna kata dia itu pedes, hakikat dingin dan pedas itu ndak akan kita rasakan kalo belum kita temui betul. yang ilmu jare ungkapkan hanya sebuah makna ilusi, emosi sebuah kata-kata. dinamika kata kerja. hakikat pedas, dan dingin tak bisa dirasakan hanya dengan ilmu jare..apakah mungkin ini yang dia maksud?


ah masabodoh, aku harus cepat-cepat mandi..dosen sudah kurang kerjaan datang kekampus cepat-cepat..
-IA-