kadang aku bertanya
kepada genting-genting tua
yang kusam dan menghitam
"kenapa Tuhan menciptakan siang?
sedangkan pagi terlalu cepat untuk dikagumi?"
genting paling ujung diam
kutatap yang lain
mereka juga diam
ah, genting-genting ini
sudah mati terhisap matahari
kering
terbanting siang
aku teringat akan lukisan warna-warni
visualisasi anak SD depan rumah
ia melukiskan tentang siang
siang yang bahagia
matahari yang tersenyum
dan bunga yang menari di samping sebuah pohon
klasik, budi dan bapak budi mencangkul sawah empat petak sambil tersenyum
dan ani bermain tali bersama gadis-gadis mungil
berambut ikal
apakah siang bisa dijinakan?
realita kadang menjadi
musuh terbesar imajinasi
karna
dalam imajinasi
yan tersisa
hanya rasa bahagia
dan lupa manusia lupa
akan luka-luka yang
ia buat sendiri
dan aku tetap menunggu
genting-genting tua
agar mau bercerita
dan memutuskan prasangka
aku ingin genting-genting tua berkata
"nak, nikmatilah siangmu..
matahari terlalu anggun untuk dicaci maki"
-IA, jogja september 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar