Jumat, 27 April 2012

Mimpi Nala

berubahkah raut seseorang ketika tubuhnya terpendam jauh didalam tanah dan mulai digigit gigi-gigi kecil ulat pemakan daging itu?

apakah mereka bisa membela diri dari kematian?
penipu-penipu itu? penjahat, pembunuh, pemerkosa? apakah mereka bisa menipu kematian, atau sekedar mengelak sejenak dari belaian para zabaniyah? bisakah mereka memalingkan muka ketika belatung sudah berjalan mendekati leher, mendekati telinga? ah aku rasa mereka hanya akan mengumpat dalam hati.
akupun pasti hanya akan mencaci maki. berharap cacing-caing itu tak mencumbu mataku dulu.

berubahkah raut seseorang ketika tubuhnya terpendam jauh didalam tanah dan mulai digigit gigi-gigi kecil ulat pemakan daging itu?
pertanyaan itu kembali terdengar. sebuah pertanyaan yang sebenarnya sangat mengganggu. karna kau akan membayangkan mayat yang busuk. pembusukan adalah hal yang ditakutkan manusia, setelah kematian. manusia terlalu egois untuk menjaga wajah rupawanya dari ulat-ulat yang lapar, belatung yang mengharap makan.

tapi bukan itu yang ia tanyakan. pertanyaanya tak mengarah ke sebuah cerita sadis tentang manusia yang hidup dan busuk dalam waktu bersamaan, pertanyaanya selalu abstrak. dan dialah Nala. kawan yang aku kenal dalam sebuah perjalanan. seorang jamaah sunrise sejati.

namanya nala, dan ia selalu membawa tanya. ia selalu menyala, karna dia adalah nala, sang api.
ia sangat antusias dengan kematian, terlebih dengan pembusukan sebuah jasad. karna katanya, hanya kematianlah jawaban dari semua pertanyaan. pernah aku menawarkan dia racun serangga, atau sebuah petuah bunuh diri, tapi ia menolak dengan alasan yang semakin gelap. aku mau hidup lama untuk membawa pertanyaan lebih banyak, sehingga setelah aku mati, aku puas dengan jawaban-jawaban. setidaknya aku bisa menjadi orang pandai di alam kubur sana. dan ia selalu mengakhiri dengan senyuman dan sedikit asap rokok yang selalu hadir dalam setiap perbincangan.

nala adalah pemburu pertanyaan yang bisa dikatakan militan. tak pernah ia membagi informasi tentang jawaban, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. ia selalu menghadirkan pertanyaan-pertanyaan baru. selalu. ia pernah berkata, bahwa pertanyaan itu satu paket ekonomis dalam ilmu pengetahuan. karna didalamnya mengandung teka-teki yang akan kau gali dan sebuah paket obat kesadaran. kau tak akan mencari tahu dan tak akan sadar jika kau belum membeli satu paket ekonomis ini.

jangan kau bayangkan nala adalah sosok banyak bicara, seperti remaja-remaja televisi. ia juga bukan sosok menyenangkan. jika kau mengharap ia adalah sosok segar, dengan pertanyaan-pertanyaan ramah, maka pulanglah segara, dan buang harapanmu ditengah jalan.

nala adalah sosok gelap, dan kejam. ia adalah iblis yang menyerang diam-diam. (dia marah setelah aku katakan bahwa dia adalah sosok gelap, ia beralasan bahwa apa yang gelap tidak selalu buruk.bukannya setiap mimpi indah harus melewati kegelapan kelopak mata menuju tidur?hmm pertanyaan baru lagi nala!) lidahnya itu api. jika matamu cukup sering melihat pantat-pantat truk, maka pakailah nasihat dari sana. awas, jaga jarak!

ia menyerangku pagi ini. di sebuah pagi yang biru, dan masih perawan. (ah, perawan, sebuah kata yang membawa objeknya seakan terkurung didalam kotak lalu otakmu akan menggiring fantasi kedepan sosok wanita, dengan rok merah muda, dan sebagainya, dan sebagainya). mungkin pagi ini tak perawan, pagi ini adalah pagi yang perkasa. karna aku mampu berdiri dengan kopi kental, yang kata kawan karibku kopi laki-laki. (sadarkah kau bahwa manusia mulai menganggap benda-benda itu mulai memiliki kelamin hari ini?) dan kelamin, hanya akan membawamu untuk mencoba saling menaklukan. label yang membawa kita untuk mencapai ego masing-masing, dan mencari-cari siapa yang lemah dan siapa penguasa. ah, mengapa aku malah meributkan kelamin?nala sudah menggangguku pagi ini, dan mungkin nala masa bodoh dengan kelamin. didepan monitor hitam, posisi bersila, dan keyboard yang menimbulkan bunyi-bunyian khas, nala mengirim pesan. aku menemuinya dalam kotak masuk facebook. cahaya dikamarku remang-remang, karna lampu selalu kubiarkan mati kala pagi. aku merindukan cahaya yang menembus jendela dan terhalang gorden kuning tipis, yang membuat kamar ini sangat melankolik.

-selamat pagi :) sudah bangunkah kau pemalas?aku bermimpi bahwa aku ini pernah hidup sebelum kau kenal sebagai nala. aku pernah hidup sebagai seorang pembangkang yang mati tertembak. aku ingat ketika ujung pistol itu menempel pada kulit kepala. tepat diatas telinga. aku ingat detail-detail itu. aku ingat aku menjerit ketika peluru itu menembus perlahan, lalu semua menjadi berantakan. merah biru, lalu hitam pekat. dan aku ingat detail-detail itu. aku ingat baju lusuh yang aku pakai, dan kain batik yang menutupi kakiku, dan caping-caping petani. aku ingat detail-detail itu. apakah kau percaya reinkarnasi wahai pemalas?-


kau menanyakan apa yang tak aku tahu sama sekali nala. apa pula reinkarnasi itu? kopi pagi ini begitu pekat, kau seperti meminum pasir jika mencobanya. aku tak tahu nala, karna aku benar-banar buta. maukah kau menunggu sedangkan aku akan mencari tahu barang sebentar?oh aku tak bisa menemukanya!

-nala, selamat pagi. aku tak tahu apa yang kau bicarakan. ya, jika reinkarnasi berlaku buatmu, mungkin kau dulu ada di jasad seorang wanita pki, yang dibunuh dan dibuang karna kekuasaan yang sewenang-wenang. aku tak tahu apa yang kau bicarakan. tapi kemanakah jiwamu sebelum masuk kedalam sosok pki itu? ingatkah kau nala? mungkin kau adalah sri asih. oh ya, aku tak tahu reinkarnasi nala-

mungkinkah nala adalah sri asih? sebelum ia masuk ke jasad seorang wanita pki yang ia ceritakan, yang dibunuh dalam peristiwa 66, yang dikira ikut andil dalam kecerobohan cakrabirawa dia adalah sosok sri asih. atau serupa sri asih. tahukah kau kawan siapa sri asih? superhero pertama indonesia? tahukah kau kawan tentang wanita berkemben itu?

-hahaha sri asih?mana aku ingat kawan, yang aku ingat aku berada di tanah. dengan pistol yang mencumbu kulit kepala. yang diteriaki lonthe komunis sebelum peluru menembus kepala. yang aku ingat hanya jeritan yang keras, karna peluru itu begitu manis rasanya kawan, hanya darahlah yang panas ketika keluar dari kepalamu. percayalah. aku ingat semua itu-


nala. apakah kau sedang masturbasi? apakah obsesimu mengenai komunisme itu sedang mengalamai orgasme klimaks?

-nala, sudahlah. hentikan masturbasimu itu, kau bukan petani, dan kau bukan komunis!-

cangkir kopiku hanya menyisakan sedikit air hitam. yang tersisa hanya pasir-pasir hitam yang lembut, dan manis, dan pahit, entahlah. kopiku habis. dan nala belum mengirim balasanya. apakah nala marah? apakah aku terlalu berlebihan. seharusnya aku ingat bahwa akhir-akhir ini ia sedang mencaritahu tentang petani-petani korban kejahatan korporasi. ia sedang tak membela komunisme, ia sedang membela apa yang komunisme bela waktu itu. kaum petani. maaf nala, aku tak ingat kau sedang mati-matian mengingatkan aku tentang itu semua. tentang negara agraris yang melupakan petani-petaninya. kawan, negara kita ini tak akan melupakan pertanian, tapi tahukah kau bahwa negara kita ini selalu menginjak-injak petani? negara kita ini hanya mengurusi perdagangan dalam pertanian. berapa harga beras, harus impor mana, berapa laba yang diterima pejabat-pejabat itu dari panan cabe bulan ini. mereka hanya mengurusi hal-hal itu kawan. maaf nala, aku lupa. aku lupa kau sedang berduka atas peringatan satu tahun korban-korban setrojenar. aku lupa nala...

-aku bukan komunis memang, tak ada hubunganya dengan komunisme kawan, dan sekarang aku bukan petani! belum mungkin. aku tak tahu seberapa besar duka orang-orang setrojenar, aku tak tahu seberapa besar duka petani-petani yang digusur korporasi-korporasi negara. aku tak tahu semua itu! tapi "penglihatan" yang aku ceritakan kepadamu itu seperti tanda. supaya aku tidak lupa asal-usulku dulu, supaya aku ikut meringankan beban para petani-petani itu kawan! supaya kamu, aku, dan semua orang ingat bahwa negara agraris yang kita sebut indonesia ini sedang tidak memperdulikan nasib-nasib petaninya. bukan hanya dari masa pki. sampai sekarang, era reformasi tai kuda ini petani masih dianggap sekecil biji-biji beras-


aku tak ingat nala, sungguh. aku juga ingin sepertimu, yang selalu mencoba meringankan derita petani-petani itu. tapi apa yang bisa aku lakukan nala? untuk mereka? untuk petani? untukmu? aku hanya sebuah katak yang ada di sawah luas, tapi dengan imajinasi yang sudah tebunuh, mata tertutup dan telinga tersumbat. aku berharap menjadi katak dalam tempurung yang imajinasinya bebas berkeliaran. yang  keberanianya mampu memecahkan luas sebuah ruang. aku ini total buta nala, gelap.

-maaf nala, aku tak bermaksud seperti itu. oke, jika dulu kau seorang petani, pki, dan dibunuh serta diteriaki lonthe komunis sebelum ditembak ditanah, apa yang ingin kau lakukan? pertanyaan apa selanjutnya yang akan kita cari nala?-


bodoh. kenapa aku mengetik itu? sudah pasti alasan nala menceritak mimpinya adalah sebagai pemacunya. agar ia tetap survive membantu para petani. agar ia senantiasa berada dijalan itu. maaf nala. maaf. hari ini kopi telah menyumbat saraf-sarafku.


-kawan, aku ingin kau merangkum pagi. agar harimu tak jadi buru-buru. aku ingin membangkitkan kesadaran kita. aku ingin kau tetap tersenyum dan mengingat semua ini. semua ketidakadilan yang belum tuntas selesai, semua kasih sayang yang belum sampai, sehingga ketika kau terpendam jauh dibawah tanah, kau tak membunuh imajinasi bersama mayat tak bergerak itu kawan. bawalah ketidak adilan ini bersamamu, jika kau bertemu Tuhan nanti, adukan semua ini padanya sebelum kau dibakar habis dineraka.berubahkah raut seseorang ketika tubuhnya terpendam jauh didalam tanah dan mulai digigit gigi-gigi kecil ulat pemakan daging itu? berubahkah ingatan dan memorinya? daridulu kau selalu mengatakan aku ini kafir militan, tak percaya satu agama, lembaga kepercayaan, institusi keimanan atau apalah itu, tapi aku percaya Tuhan kawan..dan jika kau bertemu Tuhanmu, laporkan semua ini kawan. aku hanya ingin mulai percaya pada harapan-harapan. pada doa-doaku sendiri-


tenanglah nala, akan aku rangkum pagi ini. dan aku berjanji. akan kuubah doaku mulai detik ini, agar Tuhan membunuhku sebelum pikun membasuh ingatanku dan hilang berserakan bersama histori waktu. semoga aku mati muda dan mengingat semua ketidakadilan ini nala, sehingga akan kubawa dihadapanNya. semoga neraka tak terlalu panas untuk mebakar ingatan-ingatanku nala. semoga..

-nalaku yang selalu menjadi api, akan kuusahan. doakan aku, entah kepada siapa doa-doa kau ucapkan. entah kepada Tuhan yang mana kau beri harapan-harapan, doakan saja aku. doakan saja agar aku mati muda bersama ingatanku, bersama ketidakadilan di setrojenar, bersama ketidakadilan yang ditimpa buruh-buruh itu, kepada orang-orang di mesuji. berharaplah. tapi sebelum aku membawa satu bundel kisah sedih bumi yang tak adil ini aku mohon berusahalah nala. berusahalah sebelum kau meminta aku mengadu kepada Tuhan, berusahalah sampai mati nala. hidupkan harapan-harapanmu, aku akan berusaha sebisaku juga nala, aku janji : ) janji nala, janji-

kutarik nafas dalam-dalam. kuredam suara-suara keyboard yang mendorong perasaan emosional ini.

-terima kasih pemalas :) aku akan selalu mengingatkanmu,segeralah mandi. pertemukan badanmu dengan air-air dingin. itu akan menyegarkanmu. dan semoga siangmu tak jadi sia-sia-


cahaya kamarku mulai tercukupi. semburat cahaya biasan gorden kuning ini semakin terang. dan aku pergi kedapur. kusiapkan air panas untuk teh yang akan kuseduh sehabis mandi. kopi dan teh. teh dan kopi.atau teh dan teh. atau kopi dan kopi. selalu seperti itu. dan air dingin selalu manti dengan nyanyiaan tralala-trilili.

ahh, saatnya merangkum pagi.....

_IA-

Rabu, 25 April 2012

Harapan?

pada suatu hari pak tani bercerita kepada anaknya di sebuah gubuk kecil. menjelaskan tentang harapan, tentang doa agar padi menguning tanpa dikutuk hama,




"jika awan itu tak bisa disentuh, atau diinjak seperti cerita-cerita doraemon, atau tak bisa kita genggam lalu kita masukan kedalam saku dan kembali memandanginya sebelum tidur..biarlah, biarlah aku selalu memikirkan untuk tidur diatas awan, biarkan aku selalu berusaha menangkap awan. iya, kau akan anggap itu sia-sia. tapi bagiku itu berarti."
pak tani itu membuang mukanya pada penyangga gubuk yang terbuat dari bambu di di sampingnya.


"mungkin kah harapan itu seperti awan?dari harapan lalu muncul iman dan segala optimismenya?apakah segala optimisme itu hanya mengelabuhi kita? sejenak melupakan hal-hal yang sedang terjadi? lalu semua hal menjadi semu? apakah apa yang marx katakan itu benar? apakah hidup kita hanya untuk saling membantu manusia? komunitas?"


jangan kau bayangkan anaknya adalah seorang pengembala kerbau yang memegang seruling. anak petani ini memakai jas, berdasi, kacamata, dan semua pakaian "intelktualnya".


sepertinya si anak mencoba kritis. sebelum ayahnya yang petani tua bisa mencerna pertanyaanya, ia terus menerus memutahkan kata-demi kata. lalu kata bangkitmenjelma menjadi tanya.


"apakah kita bisa berharap kepada harapan-harapan? lalu apa itu doa? dan semua hal itu?"


pak tani menarik nafas panjangnya, mencoba menarik dalam-dalam. memejamkan mata sekejap. agar marahnya redup.


"bapak tau kamu ini pinter, bapak tau le. tapi, tidak kah hidupmu terlalu kosong tanpa harapan-harapan itu? apakah kau sudah menjadi manusia yang sombong? yang menihilkan hal-hal ajaib le? ada energi besar yang menggerakan kenapa padi menjadi kuning. oke, mungkin kau akan bilang padi menguning karna usianya, karna proses biologisnya atau entahlah apa itu namanya. tapi dasar segala energi itu apa? itu lah mengapa kita berdoa le, kami ini yang beragama sedang optimis. dan itu berarti buat bapak le, mungkin kau akan anggap sia-sia. tapi nyatanya apa yang bapak lakuin ini ndak sia-sia kok. bapak mantep. dan bapak suka hehe arep opo koe?"


anak itu diam. mungkin mencari keajaiban. meraba-raba harapan yang sudah menjadi remah-remah dikakinya.
"bapak tahu kenapa saya sangat membenci lembaga? semua yang dilembagakan itu sepertinya memang musuh manusia ya pak? agama, korporasi, militerisme, kapitalisme. semua itu seperti gerombolan vampir yang mencoba menghisap darah sebanyak-banyaknya ya pak?"


bapak itu mengambil cangkulnya. ia raba kayu peganganya. ia bersihkan dengan bajunya yang sudah berwarna lumpur.
"bapak ini ndak ngerti maksud kamu. tapi apa iya agama itu musuh manusia yang sebenarnya?apa alasanmu le?"


"begini pak, konflik, penindasan atas nama agama itu sudah banyak sekali pak. agama kok menyebabkan perang, saling menjatuhkan kebenaran dalam pengertian masing-masing. yang beda dianggap musuh, sang liyan. orang-orang militan yang rela bunuh, tebas leher untuk masuk surga. untuk membela tuhannya, untuk membela agamanya. apakah mereka ini tak tahu arti agama?" 


kali ini anaknya seperti meletup-letup. pop corn sudah mulai matang.


"nah itu, mereka belum mengerti apa itu agama le, A-GAMA. mereka kira mereka ini beragama, padahal mereka ini sumber dari gama. bukan agamanya le yang salah. manusianya. mereka salah konsep. mereka pikir tuhan itu perlu dibela. nah Tuhan itu kan maha Kuat bagi bapak, untuk apa dibela. itu malah menyempitkan sifat keTuhananya. kalo kita membela berarti kita anggap Tuhan itu lemah. orang-orang yang mau gorok leher orang karna urusan agama itu pekok le. ini sudah bukan jamannya seperti itu. kalo oran-orang mau agamanya maju, bapak rasa mereka harus saling membagi kasih sayang. hahaha tapi sebentar le, kok bapak ngomong koyo ngene tho? koyo bapak paling ngerti wae, haha bapak iki yo asline ora ngerti opo-opo kok le hahaha tapi buat bapak, bergama itu harus dengan cinta iyo tho? " 


"emang opo agama bapak?" 
anak itu menggali terus. kebun sudah penuh lubang.


"hahaha agama bapak itu kasih sayang le hahahaha"


mereka berdua tertawa. tawa yang menyudahi dialog berbelit tanpa hasil. tawa yang memberi jarak dan mengisyaratkan agar mereka cukup berdiri pada persepsi masing-masing.


dan anak itu pergi dengan seikat bunga ditanganya. entah kalian mau memaknai apa.


......






pak tani dan anaknya. sebuah cerita dari dialog mimpi. sebuah kisah dari jeda mata yang terpejam dan energi yang padam.


agama. seharusnya benar-benar bisa a-gama, seharusnya benar-benar anti gama. tidak menimbulkan kerusakan. tapi kenapa agama sekarang saling melabeli yang lain itu liyan? dan yang liyan lantas menjadi musuh?


tapi aku ini ndak tahu apa-apa. apakah mereka yang menggorok sambil menyeru nama tuhan itu sebenarnya tidak bertuhan, tidak beragama? ah, aku tak tahu. aku tak tahu. akutak tahu apakah orang-orang seperti itu terjebak dengan euphoria spiritualnya sendiri.
aku tak tahu ketika pemuda anshor dengan senang hati menyembelih orang-orang pki dulu, aku tak tahu kenapa agama bisa membangkitkan benci yang sangat menjijikan. mengapa bom bisa meledak ditengah orang yang tak tahu apa-apa? adapa dengan manusia-manusia itu? adapa apa dengan kalian, mereka, aku, kamu? ada apa dengan cinta? hahaha


yang aku yakin, bukan salah agamanya. mungkin tiap individu memiliki persepsi sendiri dengan agama mereka. ya, itu pasti. 


pagi ini, sekali lagi, tulisan ini tak tuntas. mana ada tulisan disini yang memberi informasi, mana ada tulisan disini yang memberi penjelasan-penjelasan? ini adalah kebun tanda tanya. dan kau akan pulang dengan membawa buah-buah membingungkan, pesan pagi ini:
awas, jangan sampai minum racun serangga!


(dan sesombong itukah manusia, sampai serangga yang tak tahu apa-apa diracun? pagi ini aku melakukan genosida kecil, pembantain drakula-drakula terbang. ah, semoga ini tak mendorongku untuk membunuh manusia)


-IA-

Kamis, 19 April 2012

Simbah dan 66


Simbah yang menjual jadah tempe di depan gapura itu ternyata orang bali.
Kemarin ia memakai baju hitam, dan celana kain abu-abu. Ia tampak masih sangat kuat. Tapi tatapan matanya gelap. Dan selalu menatap tanah dengan penuh amarah.

Pagi ini aku membeli jadah tempe, aku tak suka. Tapi aku rela bersepeda untuk menyapa matanya yang gelap. Sejak beberapa hari yang lalu aku kesana. Pagi ini ia memakai baju hitam lagi. Seperti dua hari yang lalu, seperti hari-hari yang lalu. Tapi celanya sudah tak sama.

Simbah itu seperti memiliki dua muka, atau lebih. Kadang tampak sangat keras wajahnya. Matanya selalu menatap tanah. kadang ia lembut dan dingin bau sabun sehabis mandi. namun dalam keadaan lembut pun ia selalu menatap gelap pada tanah yang diam. Tapi ia selalu tersenyum. Tahukah kau kawan, kadang senyum digunakan untuk menyimpan kata-kata yang tak disetujui.

Aku selalu mencari cerita dari orang tua. Karna nyawa menyimpan cerita dalam berbagai versinya, tahukah kau itu?

Tak beberapa lama ada seorang bapak paruh baya, ia memegang seluler berwarna hitam, dan sungguh, aku tak sengaja mendengar percakapanya. Mungkin simbah itu juga.

“hallo..iya, aku kesana nanti siang. Kamu sudah siap? Iya..beneran? kamu ndak takut mati kan? Apa? Hahahaha aku yo ora wedi mati. Yen wis siap tak lungo saiki, aku percoyo karo koe..ra sah wedi..tak sebut jenenge mati ngko. Ra sah wedi!”

Aku hanya mendengar dialog itu, selepasnya otak ku menjadi tak fokus lagi. Ia menutup telponya dan mendatangi kami. Membeli dari simbah. Bayar dan pergi. Aku heran, rencana apa yang akan ia lakukan pagi ini?

“haha lucu yo mas manusia saiki. Banyak yang aneh-aneh. seenaknya mau bunuh orang. koyo sing kuwoso. Ndak pernah beda sama wong mbiyen mas”

Ia menatapku. Ia sungguh menatapku dalam, ia seperti sadar bahwa aku menanti sebuah cerita.

“aku ini lahir di bali mas. Bukan asli jogja. Dulu orangtua terpaksa merantau kesini mas, tak dengar jogja ini lebih aman dari bali”

Ia menatapku sejenak, kemudian kembali merapikan daganganya yang sudah rapi. Dagangannya itu selalu rapi. Sendok,garpu,pisau tak pernah berantakan. Tapi ketika ia mengobrol ia selalu menyentuhnya lagi. Untuk dipindah kesisi lain, lalu ia angkat dan kembalikan lagi kesisi sebelumnya. Selalu seperti itu saat ia mulai mengobrol.

“lho aman dari apa mbah?”

“simbah pindah kesini waktu umur simbah 20 tahun le. Orang tua simbah itu dikejar polisi, simbah denger mereka ini agak ke kiri-kirian. Simbah tak percaya apa yang simbah dengar. Wong keluarga simbah ini petani hindu biasa yang taat”

Ia mengambil nafas dalam, menyiapkan sebuah cerita panjang

“pernahkah kau dengar cerita tentang tragedi 66 mas? Dulu simbah kejogja juga karna tragedi itu mas. Banyak orang bali yang disembelih. Yang pakai seragam atau pakai busana keagamaan sama saja mas. Keluarga simbah takut kalau-kalau jadi korban 66. Wong katanya bapak simbah itu nggak tahu apa-apa. Kamu kira yang dibantai waktu 66 itu Cuma orang jawa? bali semakin mistis setalah tragedi 66, banyak mayat dimana-mana. Teror untuk semua orang yang kekiri-kirian. Banyak temen simbah yang hilang entah dikubur dimana. Untung bapak simbah ini terlalu sayang sama nyawa, akhirnya ia merantau kejogja pake sarung-peci yang katanya nyolong di masjid. Ia mengaku perantauan dari ntt, dan namanya diganti menjadi muhamad ali . nguweeeeri pokoknya le. Untung kamu lahir sekarang mas( bagaimana jika aku ini reinkarnasi dari salah satu korban 66 mbah)?

Ia pun tak melanjutkan ceritanya. Ia memotong ejakulasiku ditengah-tengah cerita. Katanya ia mau pergi mau niliki banyu. Ia lupa mematikan air dirumahnya yang entah dimana. Dan aku disini sendirian. Hanya berkawan jadah tempe yang hanya diam tak bicara apa-apa. Tak berkomentar tentang cerita-cerita yang didengar dari simbah. Apakah jadah tempe ini memiliki sangkut pautnya dengan kata jadah dalam kalimat “anak jadah” ? ahh untuk apa memikirkan kata-kata yang seharusnya merdeka. Aku kembali pada benang kusut yang sekarang malah basah. Membuat tokoh simbah semakin tak jelas historinya.

Apakah ini alasan mengapa matanya yang gelap selalu menuju tanah. Apakah ini alasan mengapa ia selalu memakai baju hitam. Apakha ia sedang melakukan laku berkabung abadi? Sedih sampai mati? Apakah simbah terlalu tak percaya bahwa semua teman dan saudara-saudaranya hilang dimakan cerita? Aku tak tahu itu. aku juga tak tahu apa-apa tentang 66. Generasi kita tak tahu tragedi itu. mungkin ulah librisida.

Tak lama kemudian simbah datang. Dan entah mengapa kami sama-sama tak mau kembali menyambung cerita yang ia ucapkan tadi.

Aku pun pulang dengan kebingungan.
Simbah, apakah simbah menyaksikan tragedi 66 didepan mata? apakah simbah melihat orang-orang hindu yang menjadi vigilante menyembelih komunis-komunis itu? apakah simbah tak menangis ketika kepala terpisah dari leher, lalu menggelinding jatuh kesungai? Apakah saat itu menyangka bahwa Tuhan kehilangan kemanusiaan untuk melindungi namaNya? Sebentar..Tuhan tak memiliki kemanusian..yang Tuhan miliki itu Ketuhanan. Ahh kenapa pikiranku jadi sangat ruwet dan berkabut. Aku butuh rokok saat ini.

...


Tragedi 66. Adalah pembantaian masal. Sebuah genosida yang paling mengerikan,yang disembunyikan agar orangtua tidak harus malu karna melakukanya. Dan akhirnya kita tak dapat berkaca dari cerita lama. Kita tak dapat berkaca bahwa membunuh, demi alasan apapun itu sangat tak masuk akal. Apalagi deengan alasan membela Tuhan. Tuhan itu sangat  Mahasakti, untuk apa kalian bela Tuhan, yang ada kalian ini malah menyempitkan nama Tuhan. Apa kalian anggap Tuhan tak mampu membinasakan yang ingkar kepadaNya?jika ia mau ia bisa, kun fayakun! Tapi ia memiliki rencana, ya paling tidak Ia mau kita berkaca. Ia memberikan kita bandingan-bandingan.

Saya pernah mendengar pedagang roko yang marah dengan salah satu ormas agama, ketika ia menghancurkan kedai miras di pinggir jalan

“koe iki sopo? Putune Gusti Allah opo?!”

Kawan, tahukah kau betapa sejarah kita ini tertutup dengan cat tebal. Sebuah sejarah di tutup dengan cat biru, lalu ditumpuk kuning, merah, abu-abu, hingga biru lagi. Lalu disemen hingga keras. Di plamir, dan dicat putih polos, lalu dicat biru lagi, merah,kuning dan biru lagi.

Pengecat sejarah bisa saja meninggikan nilai estetika. Ia anggap bahwa cat biru itu lebih nyeni daripada tembok yang Cuma warna semen nglumut. Ia anggap bahwa asal-usul tembok kumuh itu tak harus diketahui anaknya yang masih bayi. Ia tak mau anaknya galau karna mengetahui hal-hal aneh yang terjadi pada temboknya. Galau lah anak itu sepanjang masa.

Kini aku tahu kenapa tak banyak orang cina yang hidup di gunung, atau pesisir laut nusantara. Konon katanya waktu tragedi 66, semua orang tionghoa diusir oleh orang-orang dayak.diusir orang-orang pribumi asli. Diusir dari gunung, diusir dari pesisir. Tak jarang pembantaian besar-besaran terjadi saat itu. korbanya adalah semua orang yang tak seseragam, tak sekeyakinan. Orang yang tak bertuhan dibunuh, dibantai, dan dicincang oleh agama.

Tahukah kalian mengapa bengawan solo meluap pada saat tragedi 66? Mayat-mayat korban 66 yang dipenggal, dicekik, dan ditembak itu di buang di sungai besar itu. sehingga menyumbat pintu-pintu air. Aaah, betapa ngerinya sungai waktu itu. barangkali yang belum mati ikut membusuk perlahan ketika ia dibuang ke mulut begawan dalam keadaan sekarat. Ahh...gila.

Buku sekolah tak menceritakan kebengisan manusia indonesia pada tahun 66. Mungkin bukan manusia, mereka ini hanya segumpal amarah yang meluap-luap rakus. Pemerintah membakar setiap buku yang bercerita tentang 66. Media dibredel jika menceritakan itu. dan kita buta, kita tuli dengan cerita itu.

66. apakah 66 satu level dibawah angka sakral 666? Kemana 6 yang terakhir pada saat 66? Apakah mungkin suatu saat terjadi pembantai yang lebih besar? 6 6 2016 atau 16 06 2016? Hingga lengkaplah trinitas 6. Dan iblis melakukan syukuran masal pada hari yang dijanjikan itu?hahaha hayalan yang aneh.

Aku tak mengira, bahwa orang tua saat itu begitu bengisnya.
Dan kitapun lucu. Kita yang mengkutuk genosida nazi, mengkutuk terorisme, mengkutuk yahudi di palestina ternyata berakar dari generasi yang memiliki cerita pembantaian kental. Generasi dari genosida tak bercerita. Yang muncul hanya film tentang pki yang menculik para jendral. Mana film yang mengangkat epic 66? Bioskop mana yang menayangkan film itu? dulu anak-anak sd menyaksikan film tentang pki yang bengis hingga tak tahu sama sekali apa yang dilakukan orang non-pki pada angka 66. Tak hanya yang berseragam. Semua orang menjadi vigilante. Semua orang bebas memilih mau jadi batmen, superman, atau spidermen yang bisa mengalahkan musuh dengan cara sesuka hati. Dan sampai saat ini kita tak tahu.

Ahh..kenapa aku meluap-luap? Aku tak lahir pada kala itu. aku bukan berasal dari jaman itu, aku tak tahu yang sebenarnya. Aku tak tahu siapa yang yang salah dan siapa yang benar, lalu kenapa aku meledak-ledak? Kenapa aku begitu peduli? Ahh, biarlah..semoga kelak kalian mau menceritakan dongeng tragedi ini pada anak cucu kalian. Untuk apa? Kalian akan bertanya untuk apa menceritakan cerita lama ini,untuk apa mengunkit luka lama ini? Akupun tak tahu alasan mengapa aku meledak-ledak setelah mendengar tentang tragedi 66 dari simbah, dari teman, dari buku dan berbagai media jaringan maya, lalu jangan kau tanyakan alasan untuk apa mengungkit cerita ini. Akupun tak tahu kenapa menulis ini kawan. Aku tak tahu alasan emngapa simbah bercerita. Aku tak tahu kenapa seorang teman, jamaah sunrise, yang mengaku bernama Matahari itu begitu keras menentang semua lembaga-lembaga yang menutupi cerita 66. Tapi aku ingat kata Matahari

“tidakah hati nurani merasa ditipu oleh keadaan. Tidahkah hati nuranimu selalu berguncang saat kemanusiaan di singkirkan dan genosida di adakan demi kepentingan lembaga-lembaga?”

Wahai matahari, temanku yang selalu tak mau aku kunjungi rumahnya, teman yang pergi sendiri, aku tersentuh, aku marah karna merasa ditipu. Tapi apa yang bisa lakukan sekarang wahai temanku matahari yang tak mau aku kunjungi rumahnya? Apa yang bisa aku lakukan agar mata simbah kembali bercahaya dan mampu menatap awan barang lima menit saja? Aku ini anak peradaban pincang kawan, mataku baru dibuka. Aku tak tahu kemana harus melangkah. Aku tak tahu. Aku tak seperti bayi kura-kura yang mengerti arah pantai meskipun berbulan-bulan dipendam dibawah pasir dan cangkakng. Harus kemana aku?

“kau hanya perlu peduli dan tak mengulangi hal-hal seperti itu lagi. Kau hanya perlu menebar kasih sayang kawan” matahari memberiku saran saat di kaki merbabu dulu.


Kalian ingat dengan sosok yang aku janjikan identitasnya nanti? Belum, aku tak akan memberitahu siapa dia sekarang kawan. Sosok itu akan kau ketahui nanti. Suatu hari aku bertanya, kenapa ia selalu memakai topi saat aku bertemu dia.

“topi ini untuk melindungi kepala ngger. Manusia ini lucu, kadang kemana-mana selalu memakai sepatu untuk melindungi kaki. Memakai dasi untuk melindungi wibawanya. Tapi mereka lupa melindungi kepala yang menggerakan kaki dan membangun wibawa. Jangan kamu terima mentah-mentah ngger. Maksudku iku, kenapa manusia tak menjaga pikiranya? Ia selalu menjaga langkahnya. Ia selalu mepertimbangkan langkahnya. Apakah jalan itu becek atau mulus. Tapi ia lupa untuk melindungi pikiranya dari hujan batu. ia tak tahu bahwa kepalanya sudah bocor kena hujan batu saat melangkah dijalan aspal yang mulus. Karna ia tak peduli dengan yang tak terlihat. Ia tak peduli dengan otak dan hati yang didalam. Ia lebih peduli pada kaki yang tampak. Contohe ngger, seperti tragedi 66, manusia yang melindungi agamanya rela sembelih sana sini, agar langkah sucinya tak terganggu. Mereka lupa bahwa saat itu otaknya sudah hancur lebur diremuk cerita seram komunisme. Mereka lupa menyambungkan otak dan hatinya. Mereka lupa menghidupkan lampu kemanusiaan. Apa kalo tetangganya itu komunis sembahyangnya jadi ndak khusyuk? Mereka terlalu menghargai apa yang tampak, tanpa mencoba memakai apa yang disediakan otak dan hati. Jadi topi ku ini simbol, agar orang yang lupa bisa ingat bahwa mereka perlu melindungi otaknya dari hujan cerita konyol. Dan melindungi hati le. Kalau solar plexus kita bisa ditopine le yo tak topini cah bagus. Tapi kan lucu kalo kita make topi di dada? Opo ra dikiro wong gendeng?”

Aku baru tahu arti solar plexus dari serial supernova karya dee, konon disanalah “hati” kita bersemayam. Itu kata ilmuwan, benar tidaknya akupun tak tahu. Dan ajaibnya sosok itu mengerti solar plexus yang seharusnya di pakaikan topi, tapi sebaiknya jangan, kalian akan dikira gila jika memakai topi didada.

Hari ini, aku tahu bahwa pernah ada jutaan manusia dibunuh dibumi indonesia dalam tahun-tahun gelap. Dengan alasan dendam karna peristiwa madiun, ataupun alasan lainnya. Hari ini aku tahu bahwa untuk melindungi segala hal, manusia rela menghilangkan banyak hal. hari ini aku tahu bahwa pemerintah siap menumpas jutaan nyawa manusia demi melindungi pancasila. Aku tahu bahwa pada suatu masa,yang berwenang bisa sewenang-wenang.

Tapi aku masih belum tahu, apakah sekarang semua hal itu sudah benar-benar berhenti? Masihkah ada yang memenggal manusia demi menyelamatkan sesuatu. Masihkah orang rela mandi darah demi hal yang tak tentu arah? Sudahkah genosida manusia di nusantara benar-benar berhenti?

Ah aku tak tahu apa-apa. tapi hari ini aku mulai tahu apa fungsi hukum yang sewenang-wenang. Hukum itu, hukum yang sewenang-wenang, membiarkan manusia menjatuhkan sanksi sesuka hati. Membuat manusia menjadi tenang-tenang saja walau ia sudah menghunuskan pisau di dada tetangganya yang baru saja menempelkan poster palu arit. Hukum yang mengesahkan pembunuhan hal-hal yang tak sesuai dengan perspektifnya membuat manusia tenag-tenang saja setelah ia memukul tetangganya yang ahmadiyah. Hukum yang sewenang-wenang membuat manusia tenang-tenang saja setelah membakar maling motor didekat pasar baru. Membuat manusia tenang-tenang saja setelah merajam lonte yang membunuh pelangganya karna payudaranya disulut dengan rokok. Membuat manusia tenang-tenang saja setelah menyembelih maling sapi di ponorogo. Ia kira semua itu benar. Karna hukum menguatkan amarah mereka, sehingga ia mampu menyembelih dan tersenyum seraya berkata “semoga engkau jera!”. Jika semua orang meyakini hukum-hukum seperti ini , maka nurani manusia selamanya akan terkunci di salah satu sudut hati yang paling dalam. Dan entah dengan kunci apa manusia mau membukanya lagi. semoga besok, masa depan, kita tak membiarkan otak dan hati kita diserang cerita konyol, sehingga lupa menggunakan fungsinya. Semoga kita bisa melawan tanpa harus mengangkat senjata dan marah. Semoga kita bisa melawan semua hal yang tak pantas dengan kasih sayang.

Tapi apakah kita bisa melawan musuh kita hanya dengan cinta dan kasih sayang?
Entahlah. Akupun tak tahu.


-IA-

Mata Kuliah Kepala


Dalam sebuah pagi yang sunyi, seekor jangkrik berkata:
“ketidakpedulianmu itu yang membuat kamu tak bisa melihat kami yang kecil..kau mengabaikan suara nyaring kami, mana tahu kau siapa jantan - siapa betina? Jangan anggap sepele, karna kami pula lah yang membuat malam mu menjadi merdu”

Aku pun tersentak, jangkrik yang bersuara kita kembali menelusuri ilalang.
-IA

Kadang kita tak tahu apa fungsi anatomi kepala. Kadang kita lupa, tepatnya, bukan tak tahu. Karna sebagian dari kita ini sudah tahu banyak hal, namun melupakanya begitu saja.

Kawan,kau ingat tentang jamaah sunrise?
Ketika itu di pos dua dalam perjalanan menuju puncak merbabu. aku bertemu salah satu dari mereka. Aku ajak dia dekat tendaku yang pintunnya robek ditusuk teman waktu badai datang. Kami berdua menikmati teh hangat, pada saat matahari tenggelam. Ingat mereka tak menolak matahari tenggelam. Kita berdua melihat segerombolan monyet di atas pohon. Ada satu yang besar, diam di pohon yang batangnya agak putih dan daunya jarang. Monyet itu diam tanpa gerak. Melihat awan yang berwarna oren kala itu. oren atau orange? Aku pernah ditegur dosen karna menuliskan kata “oren” untuk mendefinisikan warna kuning yang bertemu merah, tapi bunyi dan kata di indonesia memang selalu di permasalahkan. Apakah kau tahu nama anak calon arang yang sebenarnya? Manggali atau manjali?sudah lah, kenapa kita membahas kata-kata yang seharusnya merdeka?

Monyet itu, yang diam di atas pohon berbatang hampir putih dan jarang daun sepetinya menikmati fungsi mata. ia menikmati tatanan warna yang tepat di langit.  Tuhan maha Designer, tahukah kau sifat Tuhan yang satu itu? Aku berpikir sejenak tentang fungsi mata seorang kera. Apakah keindahan dimatanya sama? apakah keindahan visual tersebut mampu ia kirimkan ke otak untuk direfleksikan menjadi laku bersyukur? Kita tak tahu kera, dan parahnya kita anggap kera ini sebagai saudara tua kita. Maaf, salah, saudara tua sipil adalah militer. Itu kata tetangga saya yang kerja di kodim. Seraya menepuk bahuku, biasanya ia memberi nasihat seperti “jadilah penerus negara yang baik” dan aku akan jawab “nggih om”.

Monyet. Sebagian dari kita percaya bahwa monyet memiliki kecerdasan yang mendekati kecerdasan yang sama dengan manusia. (saranku untuk monyet, tetaplah menjadi monyet, jangan kau dekati kecerdasan manusia. Manusia itu lebih rakus dari pada kalian wahai para monyet, tak usah kau meniru kami, akan repot jika kau mengikuti kecerdasan kami dengan rupa yang masih berekor dan berbulu. Manusia kebanyakan ini melihat segalanya dari fisik, hanya manusia yang masih memiliki sisi kemonyetan yang tak mempedulikan fisik..hahaha). jika monyet itu memang bisa menggunakan otaknya seoptimal manusia (ini sudut pandang manusia) apakah ia mampu menggunakan inderanya?

Suatu saat ada monyet sedang berdiri di pohon. Dibawahnya ada satu desa yang sedang dibantai oleh kekuasaan tiran. Apakah monyet akan menangis? Sepertinya tidak, karna ia tidak mengerti. lalu ada seorang manusia, yang tertawa melihat monyet di ikat dengan rantai kecil, lalu dipaksa menarik gerobak. Sesekali dicambuk. Dan tendang bertalu-talu mengiringi adegan monyet membawa gerobak. Biasanya monyet ini dipanggil sarimin. Lalu apakah manusia akan menangis? Tidak, karna manusia tidak mengerti. malah manusia memberi uang seribu kepada pencambuk monyet itu. disinilah letak “optimalisasi indera berperan”.

Mari kembali pada sore dan teh hangat yang sedang kami nikmati. Biarlah monyet menjadi apa maunya. Sore ini, orang disampingku, yang mengaku sebagai jamaah sunrise mulai membuka pertanyaan, dan seperti biasa, kretek lah yang membawa kami pada percakapan
“tahukah kau betapa sangat diperhitungkanya jumlah struktur dalam tubuh kita?”

Aku melongo, masih belum menangkap apa yang ia katakan

“contohnya apa yang ada dikepala. Sungguh. Kau harus memanfaatkannya sesuai bilangan. Yang ganjil tak perlu kau bagi kepada orang lain, jika kau bagi sesuatu yang ganjil harus hati-hati. Dan yang genap harus kau gunakan. Harus kau bagi sama rata dan jangan berat sebelah. Pahamkah kau maksudku?”

“ganjil dan genap? Pada hal apa? Gelap, aku tak tahu maksudmu” saat itu aku tak begitu peduli.

“mata, telinga, lubang hidung kita ada dalam bilangan genap. Sedangkan mulut hanya dalam bilangan ganjil. Tuhan tak sembarangan”

Ia melanjutkan

“kita memiliki dua mata, itu genap, maka gunakanlah mata kita sebaik-baiknya. Tekankan penglihatan kita agar optimal, lihat apa yang tak terlihat tapi pantas. Telinga kita, ada dua, itu genap. Maka dengarkanlah setiap keluh kesah yang lemah. Bantulah sebisamu. Percuma jika kau mendegar atau melihat tapi tak bergerak. Percuma guna dua tangan dan dua kakimu. Lalu hidung. Itu dua, dan itu genap. Hidunhmu itu, tak hanya berguna untuk mencium bau-bauan yang kasat. Tuhan itu puitis. Maka ciumlah penderitaan mereka yang membutuhkan, dan bantulah”

Takjub. Ia melanjutkan kuliah dadakan sore itu

“ dan mulut. Ganjil, satu. Hal yang ganjil, terutama satu itu sangat ampuh, tapi berbahaya. Kau bisa lihat kenapa pedang berbentuk lurus macam angka satu, karnanya pedang tak berbentuk angka delapan. Bicaralah seperlumu”

Aku memikirkan hal yang aneh tentang jaman sekarang
“lalu bagaimana dengan fungsi jari-jari. Kita sekarang mewakilkan telinga, mata, lidah dan hitung dengan fungsi jari-jari. Apakah kita bisa sesuka hati dengan jari?”

Saat ini giliran dia yang diam mendengar pertanyaanku waktu itu. aku memperjelas pertanyaanku

“kita sekarang mengenal internet, facebook, twiter dan lain sebagainya. Dan kita mengaksesnya menggunkana jemari kita. Kadang lewat tuts-tuts yang keras atau lembut. Kadang hanya dengan sentuhan touchscreen

Ia seruput tehnya, dan berkata

“tak kau pikirkah betapa hebatnya Tuhan? Ia sudah memikir tentang facebook dan hal-hal lain yang kau gunakan itu! jemari, yang pada kasus formal berjumlah sepulu (jari tangan). Itu genap. Tapi ia membawa sepuluh angka ganjil. Betapa harus hati-hatinya kita dengan sepuluh pisau kecil di ujung lengan tangan? Dengan angka sepluh kita harus ekstra hati-hati, karna kita menyangkut sebelum sampai pada sepuluh, kita memiliki lima angka ganjil. Dan hanya empat angka genap. Dibawah sepuluh terdapat 1-3-5-7-9 melawan 2-4-6-8. Dan sepuluh menyempurnakan yang genap, agar kita menyikapi yang ganjil seimbang. Betap rumitnya? Tidak. Kalian hanya perlu berimajinasi. Dan yakin bahwa setiap fungsi tubuh ini sudah digariskan, sebenarnya kamu, kalian para manusia, tak perlu repot memikirkan formasi jumlah jari, tapi apakah kalian bisa terima begitu saja jika diperintahkan untuk “hati-hati memakai seluruh tubuhmu”. Kita ini perlu berdialog agar apa yang dilempar mau kita tanam kuat”

Jancuk! Dia bisa menjawabnya juga. Aku Cuma geleng-geleng. Kera diatas pohon yang nyaris putuh dan berdaun jarang itupun Cuma garuk-garuk pantat. Lalu meloncat kepohon lain, dan pergi entah ke mana, masa bodoh.



Kita tak jeli, bahkan tak mau melihat dengan perspektif yang imbang. Kita hanya menggunakan satu mata tok. Dalam hal apapun, sepertinya kita sudah dibutakan oleh sesuatu (mungkin hantu kotak?). kita menilai yang buruk kata mereka juga buruk bagi kita. Apakah kalian pernah mengupas Tragedi 66?

Apa kalian tahu bahwa untuk menyelamatkan pancasila, para penjaga ideologi itu melakukan genosida yang sangat memilukan. Apakah kalian pernah mencoba melihat dari sudut pandang keluarga yang dibinasakan tersebut? Betapa butanya kita saat itu.

Apakah kalian pernah memikirkan kenapa rumah-rumah di porong sana tak pernah di cat baru lagi? Apakah kalian tahu bahwa jawabanya adalah keputusasaan karna lumpur yang menggila? Kesalahan sebuah perusahaan yang dianggap sebagai bencana alam , sehingga negara yang menampung seluruh biayanya. Kemana uang pemilik perusahaan itu? aku dengar pemilik perusahaan lumpur itu seperti bisa mencetak uang sendiri. Semalam ia hasilkan satu kamar uang lembaran sepuluh ribuan, itu sangat mungkin ia lakukan.

Batapa jarangnya mata kita ini digunakan, jangankan telinga atau hidung. Kita terlalu asik memakai mulut kita. Atau jari-jari kita.

Apakah kau, kawan, pernah mendengar cerita tentang anak kecil yang menyusu mayat ibunya yang mati kelaparan di daerah timur indonesia? Apakah kau pernah mencium bau bangkai, pesta mayat, di istana negara? Kita telalu asik menggunakan mulut dan jemari kita.

Sebentar, sepertinya aku juga seperti manusia-manusia korban hantu kotak itu. memang aku mendengar, aku melihat, bahkan aku mencium hal-hal ganjil. tapi aku juga terlena dengan mulut dan jari-jariku. Apakah aku sudah bergerak? Apakah aku sudah mengoptimalkan fungsi tangan-kaki, dan dompet? Hahaha sepertinya aku hanya bertugas mengganggu pikiran kalian...

Setidaknya aku tak seperti korban uya kuya
jika lihat api kalian akan tidur”

Aku masih membuka mata kawan, walaupun belum bergerak dari depan ranjang monitor yang empuk...tapi aku tak tidur ketika melihat api..
-IA-

Rabu, 18 April 2012

Asu Nesu Nesu Karo Asu

seorang teman pernah bertanya kepadaku,
"apakah kau benci militer begitu dalam? sampai kau pun enggan mencari tahu tentang apa-apa yang mereka lakukan?"

aku diam, dan aku menarik nafas panjang, tanda kata-kata akan keluar mencari cahaya
"tidak kawanku, aku tidak pernah membenci mereka. para tentara adalah satria. aku percaya itu. polisi, tentara, pemadam kebakaran, dan semua penjaga keamanan. dari mulai yang mengangkat senjata untuk stabilitas negara di perbatasan, sampai dengan mereka yang duduk dengan sabar, menarik garis keras wajahnya sebagai satpam (yang terkadang kau akan menemukan senyum mereka di bank). tapi seberapa banyak di negeri kita yang mengemban kesatriaanya dengan tulus? memang mungkin banyak yang kita tidak tahu namun kita merasa cukup tahu. kita tarik garis lurus, dipertebal, atau bahkan kita tumpuk dengan "stabilo". kita menarik opini sesuka hati setiap hari. tapi yakinlah bahwa aku tidak benci mereka, para satria. aku hanya tidak suka dengan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh sebagian dari golongan militer itu. memang tak ada bedanya sipil dengan militer, malah kau akan kaget jika kekerasan yang dilakukan sipil ternyata lebih banyak. tapi, ketika yang memiliki kuasa, seragam, dan senjata itu melakukan hal sewenang-wenang, membunuh sesuka hati, memperkosa hak-hak, merampas sana-sini itu sangat menyaktkan buatku. sepertinya sangat tidak adil. siapapun. tidak hanya tentara kawan. semua yang memakai senjata untuk melakukan hal seenaknya sendiri itu pekok! semua, sekali lagi s-e-m-u-a. tapi kau tahu sendiri siapa yang memakai semua itu seragam, kuasa, dan senjata. tolong mengerti kawan, aku tak membenci mereka. kadang aku hanya tak suka dengan cara-cara yang dilakukanya"

ia tertawa.
"lho memang yang caranya tidak sesuai itu hanya militer? kamu, aku dan semua orang yang gembar-gembor anti kekerasanpun kadang caranya tidak sesuai. aku setuju dengan pandanganmu kawan, tapi banyak diluar sana yang bengak-bengok tapi motone picek! "

aku merasa ditelanjangi detik itu juga.
"wah, hahaha kenyataan yang ada memang koyo' ngono. tapi..entahlah, aku masih tak bisa berlaku adil buat mereka yang memegang kuasa, seragam, dan senjata. aku terlanjur tak suka dengan cara-cara yang dilakukanya. tapi aku tak membenci mereka kawan, sungguh. aku hanya membenci pilihan yang dilakukan. aku merasa setiap orang, tidak hanya militer, pasti punya pilihan. dan kenapa harus menumpahkan darah jika ada pilihan yang lain?aku tak tau kawan, aku hanya tak suka pilihan-pilihan mereka"

ia tersenyum.
"kamu ini sepertinya belum bisa menepatkan sesuatu pada porsinya. tugas mereka yang kamu sebut punya kuasa-seragam-senjata itu memang begitu. tugasnya untuk menjaga. apapun yang dihadipnya ia harus menjaga. kalo perlu membunuh, bantai hingga bersih, agar ia bisa menjaga apa yang ia jaga. seperti negara-agama-dan lain sebagainya kawan. memang kasus papua mungkin gawe koe pingin misuhi tentara, nek tentara sing mateni sak penake dewe kui pancen asu-asu. tapi jangan kamu ambil garis, pertebal atau "stabilo". ada tentara yang rela mengorbankan nyawanya kawan. walaupuns sedikit. tapi aku yakin banyak tentara yang mati itu karna bukan pilihanya, kalo ndak ketembak karna apes ya ceroboh. tentara yang mati karna pertimbanganya sendiri itu satria, mung memang sitihik. hahaha"

aku ikut tertawa.
"jadi mungkin kita harus menempatkan semua pada porsinya? susu sapi pada anak sapi. susu kambing pada anak kambing?" aku menggoda argumenya

ia tertawa keras.
"susu sapi yo saiki wis dicolong menungso dab. ora ngerti po koe? hahaha intinya seperti ini, aku setuju dengan alasanmu membenci semua kekuasaan yang sewenang wenang..."

"tapi jangan ditarik garis, dipertebal dan di stabilo?hahaha"
aku memotongnya

ia tertawa lagi.
"haha asu koe iki cen. sek tho. kamu harus lihat lebih luas, bahwa tidak hanya dari militer yang begitu. yang pakai baju keagamaan juga banyak yang sewenang-wenang. menjadi vigilante yang ganas"

"tapi baju keagamaan itu kan seragam, dengan berseragam mungkin mereka merasa memiliki hak untuk melindungi agamanya. lalu dihantam rata kanan-kiri yang tak seiman. pekok tenan tho?" aku memotong

"hahahaha nah kui wis ngerti. jadi banyak kawan yang masih melakukan tindakan semaunya sendiri setelah mendapat kuasa-seragam-dan senjata. tapi ini tak hanya militer. semua orang seperti itu jika merasa diinjak. kesalahan mereka hanya tak mau mencari pilihan lain. mung senggol bacok tok kelar. semoga dengan kita sadar bahwa masih banyak orang dengan kuasa-seragam dan senjat yang pekok-pekok itu kita bisa semakin bisa memilihi tindakan. ojo melu pekok"

aku menyimaknya. ia memberiku mata pelajaran kasih sayang. pelajaran yang tak ada di sekolah-sekolahan.
"kalau kamu membenci kesewenang-wenangan dengan sewenang-wenang pula, apa bedanya kamu dari orang-orang pekok itu?kamu punya pilihan untuk menyelesaikan sesuatu. selalu ada pilihan. hanya kita kadang merasa mateni bajingan kui cara satu-satunya. lhah opo ra podo bajingane nek ngono?"

"walaupun mungkin kelihatan mustahil cobalah. lawan dengan pilihan yang terbaik bagi semua pihak, ojo mung terbaik buat kamu."

"kamu selalu memiliki pilihan. mau jadi bajingan tau bujangan, hahaha bujangan itu santai, tapi nek bajingan grusah grusuh...hahaha mungkin maksud yang lebih tepat begini kawan, kita, menungso, selalu punya pilihan dalam menghadapi sesuatu. ojo mung bengok-bengo tapi mripate micek terus. kalo mau teriak pakai tiriaklah, tapi ndak usah kamu teriaki orang yang masih nangis. kalau lihat pencuri ya kamu teriakin, kamu kejar kamu tangkep, kasih ke polisi, ra usah ndadak dibakar. nah sesuke koe ra usah melu maling. nek koe maling juga ra ono bedone. bedone mung maling itu ketahuan dan kamu tidak, maka matimupun lebh nista darinya karna kamu membawa kebohongan dalam kubur kawan hahaha wes koyo kyai rung aku?hahaha"

aku tertawa meliha ia berbicara panjang lebar. dengan muaka merah. ia pun tertawa
"oalah...dewe iki lucu yo. kok iso-isone ngomong ngene. wong padahal dewe iki podo pekok'e. podo-podo asune kok sok-sok an dadi kyai. jiaan edaaaan"

temanku tak tahan juga dengan obrolan ini. dan tertawa lepas
"haha wes dadi asu rak masalah. sing penting ora nyokoti liyane. dewe iki gaweane mung ngrusak awake dewe kok. hahaha duh Gusti ampuuun gusti"

dan setelah itu aku minggat dari muka kawanku.
dan kencing disebuah tiang listrik. dengan kaki diangkat satu .aku tersenyum sendiri
wah, aku cen asu! asu gendeng!
hahahaha

-IA-


Malam Ini Cukup Ikuti Gelombang Saja


Malam ini aku mengikuti gelombang
Berputar diantara hening dan pusat keramaian
Mencoba mencari celah agar keluar
Dari dua hal yang membingungkan

Aku coba minum susu pagi-pagi benar
Agar aku kuat mengambi keputusan
Agar aku bisa berjalan dengan benar
Tapi susu tak memberikan kekuatan itu
Susu hanya memulurkan tulang-tulang
Itu kata iklan di televisi kemarin

Aku makan roti, keju , dan telur mata sapi siang ini
Berharap bisa membuat aku bertahan kala badai

Jangan kau remehkan hening. Ia tenang dari luar tapi memekakan telinga dari dalam
Dan keramaian. Kau tahu sendirilah. Ia merusak kita dari luar.
Dua hal ini, adalah badai yang mengerikan

Tapi roti, keju dan telur mata sapi tak membantuku hari ini
Makanan ini hanya menambah berat badanku, itupun hanya sedikit.

Lalu apa yang aku butuhkan untuk keluar dari hening dan keramaian?
Aku menginginkan sebuah tempat dimana hening dan keramaian ada dalam porsi yang pas
Sehingga menimbulkan harmoni seperti kicau burung, suara ombak, atau sekedar tetes embun

Tapi dimana tempat itu?
Dimana celah yang bisa mengeluarkanku dari badai sempurna ini?

Lalu dari kejauhan terdengar suara
Semua tergantung darimu.
Tak perlu kemana-mana, ubah saja sudut pandangmu.
Lalu kau akan temukan porsi yang tepat untuk berjalan dengan benar.
-IA-

Sabtu, 14 April 2012

Cerita Hantu Kotak



Nanti
Ada seuatu masa
Ketika manusia yang sesungguhnya
Tergugah
Dan bangun
Dan berontak
Melihat alamnya di dorong habis oleh kekuasaan
Dan buminya dilubangi dalam-dalam

Ada suatu masa
Ketika manusa yang sesungguhnya
Muak
Marah
Dengan mereka
Para birokrat yang menghisap darah rakyat
Yang menebar benih ke putus asaan

Nanti

Manusia akan merdeka
Dan menyuarakan gelegar kebaikan kasih sayang
Menghancurkan semua cawan birokrasi yang memuakan
Menghancurkan gergaji-gergaji yang merobohkan
Menghancurkan senapan-senapan kekuasaan

Bukan, bukan dengan mengangkat senjata kawan
Bukan dengan bensin, kain dan botol kecap
Tapi dengan kasih sayang yang tulus
Yang dengan hati menegakan sendi-sendi yang roboh,hampir mati.
Demi manusia dan batinnya
Demi alam yang sudah muak dilukai
Demi tumbuhan, hewan dan bakteri

Dan demi kebaikan-kebaikan yang siap tumbuh disegala sisi bumi
-IA-

Orang jawa sekarang ini terjebak oleh apa yang dibawa hantu kotak. Kalian pernah dengar cerita tentang hantu kotak? Aku sangat benci hantu ini, hantu kotak itu menyeramkan. Jika kalian belum pernah mendengar cerita hantu kotak, hari ini aku ceritakan kalian tentang hantu kotak, musuh manusia jawa, musuh manusia indonesia. Simak baik-baik, karena siapa tahu, hantu kotak ada disekitar kalian.

Hantu kotak itu hantu yang sangat menakutkan. Sangat sakti, karna ia bisa muncul disiang dan malam hari. Bahkan ketika adzan, ketika hantu-hantu lain menyembunyikan diri, hantu ini datang dan siap mencekik apa yang didepannya. Ia bisa mencekik manusia yang terlena. Ini sangat fatal, karna jika kalian tercekik hantu kotak, urat-urat kalian akan berantakan. Urat leher terpotong. Dan anda akan menjadi manusia beringas dan tidak bisa berpikir panjang. Cekikan hantu kotak bisa memutuskan hubungan saraf otak sehingga membuat manusia menjadi gila dan sangat irasional. Jika hantu kotak menjelma pada wujud lain, ia akan menyemburkan kabut yang membutakan mata korban, ia akan menyerang dengan kabut pada saat pagi, siang, sore dan malam. Kabut ini membuat kalian buta berkepanjangan. Kalian tidak bisa membedakan mana tahi mana tahu. Pandangan kalian akan kabur, sehingga sulit berjalan dengan benar. Saat maghrib telas habis, hantu kotak akan mengganti modus menyerang. Hantu ini akan mencolok mata kalian. Sehingga kalian benar-benar kesakitan dan enggan membuka mata lagi. Air mata kalian keluar tiba-tiba. Kalian tidak bisa mengerti realitas yang ada. Hantu kotak menyerang kerangka pikiran. kalian tidak akan sadar hingga waktu yang lama. Berhati-hatilah. Cara terbaik menghindari hantu kotak ini adalah dengan berlari secepat-cepatnya ketika kalian bertemu hantu ini. Atau jika kalian memiliki nyali colok saja matanya, agar ia tidur. Dan jangan biarkan ada orang lain yang terlena untuk membangunkanya lagi. Atau jika kalian memiliki keberanian, tarik saja ekornya, sehingga ia lemas dan mati, karna ekornya itu menghubungkanya dengan kekuatan gaib. Saat kalian berani menarik ekornya, maka terputuslah hubungan hantu kotak dengan kekuatan gaib tersebut. Lalu ia akan diam, seperti mati, dan tampak bagaikan kotak tak berguna. Tapi masih ada kemungkinan ekor itu terhubung lagi dengan kekuatan gaib tersebut. Orang yang menyambungkan, atau terlena untuk membangunkan hantu kota adalah orang yang sudha terhipnotis. Jangan salahkan orang itu, orang itu hanya korban dari hantu kotak. Orang-orang itu benar-benar sudah terinfeksi. Kalian bisa menyembuhkan korban itu, tapi butuh waktu yang lama. Jika kalian adalah orang yang selalu ingat dan waspada, hantu kotak tidak akan mempan menyerang kalian. Tapi tetap waspada. Karna ia bisa menular lewat udara, atau lewat manusia yang sudah terinfeksi. Waspadalah, kepada setiap ancaman hantu kotak!

Hantu kotak ini sebenarnya bukan hanya mitos dari tanah jawa. ia sudah ada diseluruh nusantara, bahkan ia sudah mendunia. Tapi orang-orang jawa merupakan korban terbanyak di indonesia. Jawa- seluruh pulau jawa.

Kadang aku heran. Orang jakarta tak mau dikatakan orang jawa. mungkin seluruh jakarta sudah di cekik oleh hantu kotak. Tapi tak hanya jakarta, hantu kotak sudah mencekik seluruh kota. Aku bahkan pernah tercekik hantu ini. Untunglah, sedikit demi sedikit aku mulai memiliki nyali untuk melawan hantu ini.

Salah satu pengaruh hantu cekik adalah membuat kita tak bisa memisahkan hal “klenik” dan “misteri”. Setiap misteri akan dihubungkan dengan klenik. Setiap klenik menyembunyikan sosok misterius. Dan sosok misterius selalu membawa kekuatan negatif.

Percayakah kalian dengan hal-hal gaib? Dengan apa yang menjaga bumi atas kuasa dari langit? Hantu kotak telah merubah harmoni ini. Kita hantam rata yang ada. Lalu pantai selatan menjadi klenik. Dan ada yang tersesat memuja kekuatannya.

Sedekah laut. Apa yang dilakukan nenek moyang orang jawa itu bukan sesat. Mereka – nenek moyang kita-bukan menyembah yang ada dilalui. Mereka menghormati. Hormat bukan tunduk, mereka menghargai keadaan mereka yang menjaga harmoni alam. Ingatkah kalian dengan kata “kencana” yang dulu aku singgung saat membahas sebuah bus yang gemar merenggut nama orang? Kita anggap ini klenik. Lalu kita salahkan apa yang tak kasat mata. betapa egoisnya manusia.

Lalu munculah ratu selatan dalam perwujudan alm.suzana. munculah sundel bolong dan wewe gombel yang menyiutkan otak kita. Sehingga kita dengan menutup mata menyusun keberanian untuk menumpas para penjaga harmoni bumi. Kita jadi buta karna pengaruh hantu kotak.

Dulu, ketika pohon masih dikeramatkan. Ketika orang kencingpun harus bilang permisi. Orang jadi takut membabat hutan. Tak ada yang berani menebang pohon sembarangan.

Dulu, ketika laut masih dihormati dan disunyikan. Tak ada yang berani buang sampah dilaut. Jangankan buang limbah,kawan, orang dulu tak ada yang berani berak di laut. Kuwalat.

Dulu, ketika gunung, sungai dan mata air dikeramatkan, diberi bunga tujuh rupa setiap malam jum’at. Tak ada yang berani merusak. Tak ada yang berani seenaknya bangun rumah di gunung. Tak ada yang berani mengkotori sungai. Tak ada yang berani merusak mata air. Sekarang?

Ketika hantu kotak merusak kerangka pikiran kita, sehingga dengan mata tertutup kita memberanikan diri melawan apa yang tak kasat mata. yang sebenarnya ada untuk harmoni bumi. Jangan salahkan pohon keramat ketika ada yang mengharap pesugihan dibawahnya. Yang goblok itu manusianya. Pohon besar itu ndak salah. lalu dengan gegabah kita rusak pohon itu dengan alasan keselamatan iman. Pohon pun tumbang ditebang. Tunggu beberapa hari lagi saat tiba-tiba tanah longsor datang. Akan ada banyak suara hasil budidaya hantu cekik

Yang klenik akan berkata “lihat sing njogo uwit jengkel!”
Yang keberanianya buta akan mengatakan “betapa jahanamnya penunggu pohon itu?!mari kita doakan agar mampus”

Semua itu adalah akibat dari hantu kotak

Mereka tak sadar bahwa ada harmoni disana. Lebih dari hantu sundelbolong dan sebagainya. Disana itu ada kehidupan. Yang jika kita memutusnya akan ada akibatnya. Kita membunuh orang saja akan dipenjara. Apalagi membunuh pohon yang memiliki akar untuk mencengkram tanah, dan memiliki daun untuk filter udara. Betapa pendeknya kita menyikapi hal yang tak kasat mata.

Kadang kita terlalu sok mengerti apa yang dibawakan nenek moyang kita. Peraturanya sudah ditetapkan sejak lama. Apa kamu kira ketika kun fayakun Tuhan tak memikirkan harmoninya? Apa kamu kira Tuhan tak menyelipkan konsep sebab akibat didalam kata ajaibnya itu? ketika kita menebang pohon, kita merusak harmoni alam, kita memutus harmoni kehidupan, lalu akan munculah apa yang disebut manusia bencana. Tanah longsor itu refleksi sebab dan akibat. Mungkin bagi tanah , longsor itu bukan bencana, memang itulah waktunya tanah jatuh bergulir kebawah karna tak ada pohon yang mencengkram tanah dengan akar-akarnya.

Konsep go green! Itu sudah dirancang nenek moyang kita dari dulu. Mereka sudah memikirkan adanya harmoni dibumi. Lalu mereka mengkeramatkan pohon agar tak ditebang seenaknya. Mereka mengkeramatkan laut, sungai, hutan, dan gunung agar tak dirusak dengan kerakusan-kerakusan. Sadar kah kita?! Hantu cekik membuat kita berani, tapi kita berani dengan mata tertutup.

Beberapa hari yang lalu aku bertemu dia, sosok yang akan kalian ketahui nanti, ia berjalan disekitar pantai selatan. Seperti biasa, dibibirnya selalu menempel rokok kretek. Ia melambaikan tangan dan menyapaku

ngger, sini. ayo buang sial. Sini ngger mandi dilaut selatan. Ben beban uripmu ilang. Rontok kesele ngger”

Waktu itu aku masih tak sadar betul apa maksudnya, aku buka baju dan celan jeans biru setiap hari ku, dan aku kini berada ditengah ombak yang bertenaga. Hanya dengan celana dalam dan sosok itu.

jangan kamu yakini apa yang kamu nggak tahu, jangan kamu putuskan hal yang samar-samar. Harmoni itu ada bukan untuk dipuja. Harmoni ada untuk mengingatkan kita bahwa ada satu kekuatan yang menggerakan semua kekuatan-kekuatan ini le. Kekuatane Gusti Allah. Kabeh kui uwis diatur. Ketika kita menemui kekuatan-kekuatan tak kasat mata, ingat lah yang membuat kekuatan itu. ingatlah Tuhan ngger. Sing ono ning tivi kui ngapusi kabeh. Ra sah melu-melu. Ra sah gumunan. Kabeh sing dadi trend saiki, sing lagi mok tiru-tiru iku ngger, go green lah, anarki lah, kui wis ono soko mbiyen le. Kita saja yang ndak mau membaca apa yang sudah ada di saku kita. Kita malah dengan susah payah mencopet-merogoh saku orang lain. Kita susah payah hingga keblinger membaca apa yang disaku orang lain. Padahal sakumu dewe kui komplit le. Tapi di eling-eling. Ojo mung moco dengan satu kacamata ngger. Jangan dilihat dengan satu mata. gunukan semua matamu. Mata kanan dan kiri mu itu Cuma mata fisik. Kamu harus bisa membuka mata-mata yang lain”

Lalu benar, apa yang menjadi beban pikiran, semua lelah, semua sakit hati luluh dibawa ombak pantai selatan. Karna alam mengobati dengan energi postif. Bukan, bukan klenik kawan. Ketika suhu kita panas, lalu kita rendam dalam air yang dingin menghangatkan, semua pikiran itu dibuyarkan oleh suara ombak yang terpecah batu. Oleh buih yang hilang dan datang. Oleh langit biru. Atau jika beruntung oleh mata hari terbit. Bukan karna klenik. Ini karna harmoni yang Tuhan berikan. Tidak hanya dipantai selatan. Kalian bisa hilangkan stress kalian di pantai manapun. Saat matahari tenggelam atau terbit. Tapi di pantai selatan, dengan matahari terbitnya, alam begitu menyembuhkan. Pantai selatan adalah apotik jiwa yang Tuhan siapkan. Bukan klenik, ini adalah harmoni. Dan harmoni bukan untuk kita puja. Harmoni ada untuk mengingatkan kita bahwa dibelakang harmoni, ada satu kekuatan kekal dan maha dahsyat yang menggerakannya. Ialah Tuhan.

Tuhan itu misteri. Tapi Ia bukanlah hal yang misterius..



Kamis, 12 April 2012

Sekolahan


Apa dosar besar institusi?
Apa yang dibawa pada nama sebenarnya? Apakah dosa- ataukah doa?
Perbedaan kedua kata tersebut sangat tipis dosa-doa.
Peran “s” hanya lah penyekat antara “d-o” dan “a”.
Menghambat harmoni karna munculnya ego yang menyekat,ialah “s”
Lahirlah dosa. Yang ganjil jika digenapkan akan membuat tatanan yang harmoni rusak.
Kita tidak harus menggenapkan hal yang sudah berjalan sempurna dengan keganjlianya.

Aku selalu menutup mata dengan mereka yang berjalan membawa mahkota nama besar. Tak baik jika kebencian ditemukan kesombongan. Tidak kawan, aku tidak membenci mereka secara bulat-bulat.

Lucu saja jika ada yang berjalan dengan dada diangkat. Menyombongkan diri seraya berkata

“lihatlah, aku yang menusuk naga disana! Lihatlah kalian wahai manusia lemah” lalu ia berjalan dengan pedang terangkat diudara.

Ia tak tahu jika ia hanya menusuk naga mati. Yang membunuh naga itu adalah orang-orang yang datang sebelumnya.

Beberapa hari yang lalu aku mendapat kabar dari seorang teman bahwa ada satu institusi pendidikan yang sangat bagus. institusi tersebut memberikan apa yang orang inginkan, tapi lupa membekali apa yang orang butuhkan. Semua lulusan dari institusi tersebut berotak kristal. Tapi hatinya hanya susunan kertas toilet yang rapuh disiram air. Orang-orang institutsi tersebut sangat gila teori-teori. Orang-orang ini melupakan ilmu yg diberikan dongeng-dongeng lama.

Lalu “beberapa” orang dari institusi tersebut biasanya berteriak seperti pemuda yang menusuk naga terakhir. mereka lupa bahwa ada orang yang datang lebih dulu, yang menusuk naga itu ketika masih beringas. Ia lupa bahwa di luar sana masih banyak orang yang mencoba menusuk naga beringas, ia lupa bahwa ia hanya menusuk naga mati. Ia hanya meneruskan apa yang pasti dan tanpa resiko.


Aku ingat ketika dulu memilih tempat kuliah. Aku ingat kenapa aku masuk sekolah swasta yang namanya belum meroket. Aku ingat kenapa aku tak mencoba universitas dengan nama yang sudah besar. Aku ingat ketika aku bertemu sosok yang memberi jawab setiap aku tenggelam dalam pertanyaan.

“le, ngger, cah bagus, kamu boleh masuk institut itu. kamu bisa masuk sana le, tapi apa nggak dipikir lagi? Memang bagus sekali pendidikan disana. Memang besar sekali namanya. Tapi itu kan Cuma masalah nama dan prestasi. Eyang lebih seneng kalau kamu nanti “besar” bukan karna sekolah di universitas besar. Apa yang bisa kamu banggain le kalo kayak gitu? Sing apik kan sekolahmu, bukan kamunya ngger. Bagus lagi kamu cari sekolah yang namanya biasa saja le- ndak usah yang besar, asal kamu dapat pendidikan yang cukup. Nah masalah pengembanganya, kamu jangan kembangin disekolah tok, kamu keluarlah-bergaulah dengan semua orang,berjalananlah sejauh mungkin. jangan mung mubang-mubeng nggon kuliah mu iku. Metu dolan. Dadi wong sing kendel tapi eling. Yen pingin dadi wong sakti goleko konco sing akeh. Yen koncomu akeh, musuhmu sithik. Yen musuhmu sithik, koe sakti le, cah baguus. Sejating wong sakti iku dudu mergo gurune le. Bukan dari padepokanya. Banyak padepokan silat yang bagus dulu, tapi apa banyak yang jadi pendekar disana? Banyakan bajingan le. Pendekar padepokan itu memang bagus, tapi itu hasil cetakan. Kui wis akeh pendekar koyo ngono, akeh tur ora iso ngubah jaman. Lha koe opo arep nambahi sing akeh tapi ra iso ngubah jaman? Luwih apik dadi pendekar sing sinau seko alam, seko lingkungan, seko gunung, laut, alas. Dadio pendekar menurut versimu dewe – ra sah melu-melu. Dadi wong sing kendel, wani sinau macem-macem, wani mlaku sing adoh nganti ngrusuk, yen perlu nganti mlebu jurang. Tapi ojo lali. Dadio wong sing kendel tapi eling. Pie ngger? Goleko sekolahmu dewe. Ora usah memaksakan kehendak buat masuk universitas besar- nggon njobo iku akeh banget sekolah sing gede tapi ora nggedeni. Wujude sekolah sing gede tapi ora nggedeni iki ciri-cirine yo ora gede. Malah ora wujud sekolahan le. Kampung, alas, gunung, laut, laan ndalan iku contone. Kui sekolah sing ora nggedeni”


Setelah itu sosoknya hilang, tapi aku yakin akan bertemu sosok itu lagi. Bukan, aku tidak beranggapan bahwa sekolahku sekarang ini masuk dalam ciri-ciri yang diungkapkan sosok tadi. Aku, sampai sekarang masih mencari dimana sekolah itu. mencari sekolah sing gede tapi ora nggedeni. Aku ingin menjadi besar untuk memayungi yang kecil dari terik siang. Bukan yang besar lalu jatuh menimpa yang jauh kecil dibawah. Sosok itu akan kalian ketahui nanti...

Lalu apa dosa institusi yang membawa nama besar?
mungkin ia menyublimkan dosa dan doa itu sendiri. Menghasilkan hal yang samar. Dan jika yang samar menjadi jelas, munculah gelap bayangan. Bayangan inilah yang akan mewujud orang-orang penghunus naga terakhir. orang-orang semacam ini adalah bayangan. Dan kalian tahu bagaimana bayangan tercipta. Bayangan tercipta dari adanya sebuah benda yang menghalangi cahaya. Lalu munculah hal yang gelap, yang merupai bentuk benda asli, tapi tak tersentuh. tak memiliki berat dan bau.

Ahh, apa yang aku bicarakan sekarang? Aku rasa ini terlalu kusut..biarlah institusi yang congkak tetap congkak...yang penting yang tak congkak berusaha agar tak menjadi congkak, bukan begitu kawan?


-IA-

TIDUR


Tidur

Suatu saat saat kelopak mata memudarkan fungsinya
Suatu saat ketika bintang mulai menjaga malam
Suatu saat ketika bulan bersinar terang

Kita terbuai dengan lelapnya

Ketika malaikat jibril enggan menyampaikan tugasnya
Ketika semua jenis cahaya mulai kehilangan tenaganya

Kita terbuai akan mimpi indahnya

Tidur
Tidur
Tertidur

-IA-